Sunday, July 5, 2020

3 Juli 2020 Hari Raya Santo Thomas


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Pesta Santo Tomas 3 Juli 2020
Gereja St Petrus Katedral Bandung


Tidak Melihat Namun Percaya

Bacaan I Ef 2:19-22
Mazmur Tanggapan Mzm 117:1.2
Bacaan Injil Yoh 20:24-29

Saudara saudari yang terkasih,
kiranya wajar kalau kita mencari bukti nyata dalam hidup sehari-hari. Ada keraguan, apalagi kalau pernah berhadapan dengan orang yang berjanji tetapi tak mampu memberi bukti, atau orang yang berjanji tetapi sengaja ingkar janji, atau malah ada orang yang berjanji dengan maksud mengelabui. Hal ini juga dipengaruhi oleh pendidikan sejak kecil, di mana pengetahuan ilmiah yang memberi bukti fisik yang bisa ditangkap oleh lima panca indra dan masuk dalam tatanan rasional serta kalkulasi matematis selalu diunggulkan, IPA, A1. Walau demikian ternyata tidak semua kenyataan dan kebenaran bisa dibuktikan secara ilmiah dalam perspektif rasional, kita membutuhkan wilayah lain, yang menggunakan perspektif spiritual.

Sebagai ilustrasi seorang anak ditunggui ayahnya belajar, karena sering main game. Selama ayahnya duduk sambil membaca, anaknya juga turut membaca di situ. Waktu ayahnya pergi ke toilet, anak itu langsung mengambil gadgetnya dan main game sebentar, karena tahu ayahnya tidak ada.  Waktu bunyi flash air toilet berbunyi, anaknya segera mengambil buku lagi, ayahnya masuk dan ayahnya lihat, senyum, senang, karena melihat anaknya sedang membaca buku. Orang melihat ada atau tidak, kalau ada berarti ada, kalau tidak ada berarti tidak ada.

Pernah juga ada ilustrasi cerita seorang guru bertanya kepada anak-anak,
“anak-anak ini apa?”
“Apel”, katanya di negara lain, lalu guru berkata,
“apel sekarang, apel ada tidak?”
“Ada”.
“Apel ada, karena ada”.
Lalu dia tanya,
“Tuhan, mana Tuhan? Siapa yang percaya pada Tuhan?”
Semua anak diam, satu orang tunjuk jari, percaya kepada Tuhan.
Dia bilang,
“tunjukkan Tuhan di mana?”
“Ya… tidak bisa saya tunjukkan, tapi saya percaya!”
“Kalau tidak ada - tidak ada, ada - ada. Apel ada tidak?”
“Ada”.
“Maka tunjukkan Tuhan!”
Lalu anakk itu berkata,
“Ibu guru, tunjukkan otak ibu guru! Ada di mana? Kalau tidak ada, berarti tidak ada otaknya, Bu!”

Saudara saudari yang terkasih,
Tomas yang jengkel karena tidak bertemu dengan Yesus yang bangkit, seperti diceritakan oleh teman-temannya mempertanyakan penglihatan mereka, mungkin ia berkata, “apakah bukan ilusi dan halusinasi, yang engkau dan kalian lihat itu?” Dengan membela diri bahwa ia akan percaya, wajar, kalau melihat dan menyentuh Yesus. Bisa jadi Tomas sebetulnya berpikir bahwa Yesus sungguh bangkit, karena terjadi perubahan luar biasa dalam diri teman-temannya, ada kasih, ada sukacita, damai sejahtera, buah-buah Roh, tiga buah Roh pertama. Jadi Tomas juga sudah heran, “tidak mungkin terjadi perubahan besar dalam diri teman-teman saya kalau tidak terjadi sesuatu”. Maka Tomas pun sebetulnya bisa jadi berpikir, “rasa-rasanya Yesus sungguh bangkit, karena teman-teman saya hebat”. Yesus datang kembali, padahal pintu yang bisa diraba dan dilihat terkunci. Logika rasional runtuh, tak masuk akal, maka logika spiritual dan masuk wilayah iman. Apalagi Yesus memberi damai sejahtera kepada Tomas yang meragukanNya. Yesus tak menghakimi Tomas, Yesus tidak mengadili Tomas, “Tomas, mengapa engkau tidak percaya, mengapa engkau ragu-ragu?”  Tidak! Tetapi Yesus berbelas kasih membimbing Tomas, “taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu. Ulurkanlah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambungKu. Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah!” Mendengar itu Tomas langsung percaya, ini persis ciri Yesus dulu. Pasti ini sungguh Yesus, bahkan dia bukan sekedar Tuhan Yesus yang bangkit, tetapi Allah sendiri. Dan Tomas pun berseru, “ya Tuhanku dan Allahku!” Inilah pengakuan dan ajaran iman yang menjadi seluruh tujuan Injil Yohanes dari awal sampai akhir, baru kali ini Yesus dinyatakan sebagai Allahku. Putra Allah, pribadi yang kedua. Dari mulut Tomas terungkap iman para rasul, iman gereja, wahyu ilahi bahwa Yesus adalah Tuhan, manusia dan Allah, Anak Allah. Di atas Yesus inilah berdiri Gereja sebagai batu penjurunya, di atas situ ada bangunan, ada para Rasul sebagai fondasi lain. Yesuspun memberkati Tomas dan juga kita semua, bukan membuat dikotomi, Tomas yang melihat tidak dikatakan bahagia, lalu yang tidak melihat bahagia, tidak! Sebetulnya bukan dikotomi, Tomas pun diberkati dengan kata lain, berbahagialah Tomas karena engkau melihat, engkau percaya, maka berbahagialah semua yang melihat Yesus dan percaya. Lalu berbahagialah mereka yang tidak melihat, kita semua, tidak melihat Yesus secara fisik dan percaya.

Saudara saudari yang terkasih,
ada orang yang tak percaya pada Tuhan karena berpikir bahwa Kitab Suci dan ajaran agama tak masuk akal. Apalagi melihat kelakuan orang yang beragama. Prinsipnya ada – tidak, lihat - tidak. Ada juga orang yang pindah agama karena merasa agama lain lebih rasional atau paling rasional. Bisa saja ada di antara kita juga yang sedang mengalami keraguan, karena pengalaman tertentu yang dipengaruhi oleh penglihatan, perabaan, apa yang ada - ada, yang tidak ada - tidak ada, padahal iman mengatasi itu. Maka berkata, “apakah Tuhan sungguh ada? Apakah Yesus itu Tuhan dan Allah? Karena tak mampu melihat bukti seperti yang diharapkan, doa terkabul, terkabul atau tidak. Iman dalam logika spiritual berbeda dengan pengetahuan dalam logika rasional. Iman dan rasio tidak bertentangan, tetapi berjalan berdampingan. Iman mendorong orang untuk makin mencari tahu, apa dan bagaimana realitas sebenarnya dan pengetahuan mendorong kita untuk makin mengimani mengapa saya berada dalam realitas tertentu, mengapa saya hidup begini, apa tujuan dan makna hidup saya? Pandemi covid19 bisa dijelaskan secara ilmiah, apa dan bagaimana, tetapi maknanya, “mengapa saya sekarang berada di keadaan seperti ini? Mengapa saya kok menerima akibatnya?” Hanya bisa dipahami secara imaniah, “Tuhan mau berbicara apa pada saya, pada keluarga, pada Gereja, pada Negara dan pada dunia ini?” Kiranya pengalaman pandemi ini bisa mengantar kita pada pengakuan iman seperti Tomas, “ya Tuhanku dan Allahku”. Marilah, bukan berhenti pada pengakuan iman saja, tetapi lalu apa yang harus kita lakukan.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...