Friday, June 19, 2020

19 Juni 2020 Hari Raya Hati Yesus Yang Maha Kudus


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus 
19 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung


Bacaan I Ul 7:6-11
Mazmur Tanggapan Mzm 103:1-2.3-4.6-7.8.10
Bacaan II 1 Yoh 4:7-16
Bacaan Injil Mat 11:25-30

Saudara saudari yang terkasih,
setiap sembilan belas hari setelah Pentakosta, yaitu pada hari Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, kita merayakan Hati Yesus Yang Maha Kudus, sejak ditetapkan oleh Paus Pius XIX tahun 1856 untuk menghormati Hati Yesus yang penuh belas kasih. Untuk mengimani misteri inkarnasi pribadi Putra Allah yang telah menjadi daging, di mana belas kasihNya tanpa batas, Ia wafat di kayu salib, TubuhNya ditusuk tombak dan mengalirlah air darah yang menjadi sumber sakramen-sakramen yang memberikan rahmat Ilahi kepada kita. Devosi pada Hati Yesus Yang Maha Kudus bukanlah sekedar sikap hormat dan bakti pada Yesus yang murah hati dan penuh belas kasih, tetapi juga niat untuk meneladan Yesus  hingga kita memiliki Hati Yesus yang rendah hati dan lemah lembut. Saat menghormati HatiNya kita juga mencintai Tubuh mistikNya yaitu Gereja. Maka orang yang berbakti kepada Hati Kudus Yesus, Hati Yesus Yang Maha Kudus, akan mencintai sesama yang juga dikasihi oleh Yesus.

Ada satu ilustrasi, seorang bocah berusia 12 tahun di San Salvador ditemukan di bawah mayat ibunya. Nenek dan tiga saudaranya mati ditembak. Ia dan satu saudarinya lolos. Teman-temannya berusaha menghibur, tapi melewatkan hari-harinya dengan tiada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Ia dikejar-kejar dendam, hingga hidupnya murung tanpa sukacita. Peristiwa kematian ibunya sudah menjadi beban, beban ini semakin besar dikala dendam menguasai hatinya. Dendam tidak bisa membangkitkan ibunya dari kematian, malah menyengsarakan dan membuatnya seolah-olah ia mati selagi hidup juga. Maka ia datang memohon pada seorang Imam untuk dilepaskan bebannya dan penderitaannya, “Bapa, Pastor, berdoalah bagiku, agar aku dapat mengampuni serdadu yang telah membunuh ibu dan adik-adikku. Saya tidak ingin hidup dalam kebencian di hati terus menerus”.

Saudara saudari yang terkasih,
dalam Injil Yesus mengajak orang yang berbeban berat karena penderitaan tertentu untuk datang kepadanya. Penderitaan menjadi semakin berat kalau orang menghadapinya dengan kasar, brutal, berontak dan protes, tanpa tahu alasan dan mencari makna di balik penderitaan itu. Kemarahan dan kebencian selalu terungkap dalam kata dan laku. Yesus menawarkan jalan baru agar penderitaan itu lenyap meskipun beban tetap ada. Yesus tidak menghilangkan beban, Ia membebaskan manusia bukan dengan mengambil beban, tetapi mengubah cara menanganinya, yaitu dengan lemah lembut. Ada orang yang diambil bebannya, tetapi ada juga yang dibiarkan, tetapi Yesus mengajaknya untuk bersama-sama memikul beban. Ia membebaskan manusia bukan dengan mengambil beban tetapi mengubah cara orang menanganinya, orang diajar belajar lemah lembut : apa yang keras menjadi lembut, apa yang bengis menjadi halus, yang buas menjadi jinak dan yang kasar menjadi sopan serta yang liar menjadi tenang, yang benci menjadi cinta. Yesus mengundang kita untuk memikul kukNya. Kuk atau gandar adalah kayu yang ditaruh di atas punggung ternak, kerbau atau sapi untuk membajak. Jadi harus ada dua kuk. Yesus itu adalah seorang tukang kayu, Ia biasa membuat kuk. Dan kuk atau gandar yang dibuat Yesus itu enak karena customized, disesuaikan dengan kerbaunya, jadi enak dipakai. Jadi Yesus tahu cara membuatnya. Maka kuk yang dipasang Yesus itu enak dan bebannya ringan, jika dihadapi seperti yang diminta oleh Yesus yaitu dihadapi bersama. Sebagaimana kuk itu ditempatkan pada dua ekor sapi, demikianlah ketika kita menarik beban hidup diberi kuk, kuk yang satu di bahu kita dan kuk yang satu lagi di bahu Yesus. Kita membiarkan Yesus untuk menanggung bersama-sama. Kita berjalan bersama-sama dengan Yesus, sehingga beban bajak yang dilakukan itu menjadi lebih ringan. Lemah lembut berarti selalu bersikap sabar dan sadar, lemah harus tunduk taat kepada Allah, saya bisa salah, org lainpun bisa salah. Lemah lembut adalah hati yang penuh pengampunan dan belas kasih. Jalan hidup inilah yang tampak dalam diri Yesus yang tenang, walaupun banyak rintangan, karena Yesus memanggulnya bersama dengan Bapa dalam kesatuan dengan Roh Kudus.

Saudara saudari yang terkasih,
banyak orang menderita bukan semata-mata karena beban tertentu, beban itu sudah membuat kita menderita, tetapi ditambah oleh kekuatan beban yang lebih menekan, yaitu cara kita kasar, penuh dendam dan rasa terpaksa, tidak mengampuni dan tidak memaafkan. Mungkin kita juga berkata, sudah dibaikin kok begitu saja, kok kenapa tidak meminta maaf. Sudah diberi maaf kita bertanya kenapa dia tiba-tiba meminta maaf,  kalau tidak minta maaf dia, kita berkata kok seperti itu. Sudah diberitahu tidak bertobat juga, maka saya berkata, doakanlah! Biarlah Hati Yesus Yang Maha Kudus yang lemah lembut yang mengubah dirinya. Orang tidak bisa memaafkan sehingga hidupnya tertekan sendiri, seperti ilustrasi tadi di atas, anak San Salvador.
Orang suka curiga hingga berpikiran negatif pada orang lain. Orang bekerja keras mencari nafkah tetapi karena terpaksa maka merasa lelah dan sia-sia. Orang pergi ke gereja tanpa niat baik hingga merasa ke gereja hanya membuat diri bosan. Orang mendidik dan membesarkan anak tanpa kasih sayang, akan tersiksa, hingga muka cemberut, membuat kulit menjadi keriput. Perasaan dan sikap hati inilah yang seringkali menambah beban kita. Yesus mengajak kita untuk menanggung beban, kesulitan dan penderitaan dengan perspektif Yesus yang rendah hati dan lembah lembut, memaknai, mau apa Tuhan dengan penderitaan ini. Orang sakit marah-marah, tidak akan sembuh. Bagaimana kita menghadapinya dengan mengikuti nasehat dokter, memakan obat dan istirahat mungkin itulah yang akan menyembuhkan

Saudara saudari yang terkasih,
selain minta kita untuk memikul beban dengan perspektifNya, Yesus sekali lagi mengajak kita untuk memikul beban bersama-sama dengan Yesus, bukan berjuang seorang diri. Yesus adalah partner kita, teman kita, sahabat dan saudara kita untuk memikul beban bersama, hingga beban apapun yang kita alami akan terasa ringan, sebab kekuatan Yesus menopang beban kita.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...