Sunday, May 24, 2020

24 Mei 2020 Minggu Paskah VII


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Minggu Paskah VII 24 Mei 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung


Bacaan I Kis 1:12-14
Mazmur Tanggapan Mzm 27:1.4.7-8a
Bacaan II 1Ptr 4:13-16
Bacaan Injil Yoh 17:1-11a

Saudara saudari yang terkasih,
ada cerita dua orang sakit di satu ruangan. Kedua-duanya berbaring tidak dapat bangun, kecuali yang satu, yang tidur dekat jendela, sehari boleh dua kali selama satu jam untuk duduk. Dan yang di pinggir jendela itu selalu bercerita keindahan yang ada di luar rumah sakit: danau, ada burung, ada hewan-hewan hutan, ada keasrian, ada keceriaan. Dan temannya yang berbaring di seberangnya, yang hanya ada tembok, ia menikmati cerita itu dan ikut bersemangat, walaupun sakit. Pada suatu hari, orang yang berbaring di dekat jendela meninggal. Lalu temannya ini minta pindah untuk berbaring di samping jendela, karena ingin menikmati apa yang diceritakan oleh temannya yang sudah meninggal tadi. Lalu ia belum boleh duduk, tapi karena ingin melihat keindahan, ia berusaha untuk melihat ke jendela dan ia kaget, ternyata yang dilihat bukan apa yang diceritakan, bukan alam tapi hanya tembok kosong. Lalu ia memanggil perawat dan protes kepada perawat ia mengatakan,
“apakah saya salah? Kenapa saya hanya melihat tembok kosong, sementara teman saya yang sudah meninggal itu menceritakan ada keindahan”.
Perawat itu menjawab,
“barangkali dengan bercerita yang indah, ia ingin memberimu semangat hidup, sekalipun mungkin hatinya merintih, karena ia sebenarnya adalah buta, tidak dapat melihat. Tetapi dengan kisahnya, ia ingin memberi semangat kepada kamu, supaya kamu punya semangat sembuh, punya semangat hidup”.
Mendengar itu ia kemudian diam dan bersyukur, karena masih bisa melihat tembok. Baik orang yang tidak bisa melihat, bisa menikmati keindahan ciptaan Tuhan, sedangkan ia yang bisa melihat kurang bersyukur. Iapun ingin membuat tembok biasa sebagai kisah luar biasa yang bisa membangun dan memberi semangat kepada sesamanya.

Saudara saudari yang terkasih,
pada bagian awal pesan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke 54 yang berjudul “Hidup Menjadi Cerita. Supaya Engkau Dapat Menceritakan Kepada Anak Cucumu”. Sri Paus Fransiskus mengajak kita membuat dan menyebarkan cerita yang membangun, bukan menghancurkan. Cerita yang membantu menemukan kembali akar dan kekuatan untuk bergerak maju bersama. Di tengah-tengah hiruk pikuk suara dan pesan yang membingungkan, kita butuh cerita manusiawi yang bicara tentang diri sendiri dan segala keindahan di sekitarnya, cerita yang mampu memandang dunia dan peristiwa dengan penuh kelembutan.

Saudara saudari yang terkasih,
Yesus berkomunikasi dengan BapaNya, ia berbicara soal dunia dan murid-muridNya. Dalam doaNya, Yesus membuat sebuah kisah kasih, bagaimana Bapa mempermuliakan Putra dan Putra mempermuliakan Bapa melalui karya keselamatan sesuai dengan kehendak Bapa. Yesus menceritakan kasih ini dalam doaNya dengan mengkomunikasikan, siapakah Bapa dan siapakah diriNya Yesus Putra Allah yang sebenarnya, dan bagaimana Bapa dan Putera mengasihi manusia. DoaNya menjadi sebuah cerita dari hati ke hati kepada BapaNya. Cerita tulus ini mengungkapkan relasi dan komunikasi yang dekat dan akrab, hingga tak ada salah paham, tak terjadi salah pengertian. Karena komunikasi terus menerus dengan BapaNya, Ia tidak pernah kehilangan arah dalam menjalankan hidupNya, yaitu menghadirkan Kerajaan Allah. Karena hubunganNya yang erat dengan Allah, Ia tahu betul mana godaan iblis dan mana kehendak Allah yang sesungguhnya. Ia tetap setia kepada Bapa dan seia sekata denganNya. HidupNya telah menjadi kisah kasih keselamatan manusia.

Saudara saudari yang terkasih,
setiap hari kita mendengar cerita atau bahkan menceritakan sesuatu atau membuat cerita sendiri. Cerita apa yg paling banyak kita ciptakan, kita dengar dan kita sebarkan? Saat kita menulis sms, membuat WA, menulis email atau hal-hal lain di medsos, kata-kata atau kalimat apa yang paling pertama kita buat? Dan mana yang paling sering kita tulis? Apakah kata-kata kasih, pujian, syukur, hormat, maaf, peneguhan? Ataukah tuduhan, hujatan, kecurigaan, kekecewaan dan kebencian? Sri Paus Fransiskus mengingatkan kita, bahwa ada banyak cerita yang berisi ujaran kebencian, yang dibuat dan disebarkan iblis untuk mengacaukan manusia, untuk mengganggu damai sejahtera manusia. Kita diajak untuk membuat, mendengarkan dan menyebarluaskan kisah kasih Allah kepada manusia dan cinta manusia kepada Allah serta relasi saling mengasihi manusia satu sama lain yang dengan jelas dapat kita baca dalam Kitab Suci sebagai cerita segala cerita.
Semoga tangan kita menulis, handphone kita hanya merekap dan media sosial kita hanya mencatat love speech, kata-kata kasih yang meneguhkan, yang memberi semangat hidup dan membawa damai sejahtera, bukan hate speech yang memicu kemarahan, yang membuat ketidaknyamanan dan memicu kebencian. Yesus adalah Kabar Baik. Ia adalah Injil sejati. Ia adalah kisah kasih Allah kepada manusia, karena lewat hidupNya belas kasih Allah diceritakan dengan sempurna.
Marilah kita menjadikan hidup kita ini kisah kasih kepada Allah dan kepada sesama, hingga cerita hidup kita berujung dengan happy ending, akhir yang membahagiakan.

Seorang filsuf berkebangsaan Kanada, Charles Taylor berkata, life is an unfolding story, hidup adalah sebuah buku cerita yang kita buka setiap hari. Kita sudah tahu endingnya, kita sudah membuat buku itu, buku itu kita tulis sendiri. Maka untuk membuat kisah yang sesuai, buatlah buku itu happy ending, akhir mana yang membahagiakan yang hendak kita tulis dan itulah setiap hari yang kita buka. Maka untuk dapat membuat hidup kita sebagai kisah kasih, mari kita selalu belajar bercerita dengan Allah yang adalah kasih melalui doa kita. Paus Fransiskus menulis, bercerita kepada Tuhan berarti masuk ke dalam tatapan cintaNya yang penuh belas kasih kepada kita dan kepada orang lain. Makin intens doa kita, berkomunikasi dengan Allah, kita makin mampu menjadikan hidup kita sebuah kisah kasih. Mari kita tulis hidup kita, mari kita rencanakan akhir dari cerita buku kisah kasih kita, di mana kita bukan hanya loudspeaker, tetapi loud love speaker, suara yang mengisahkan kasih Allah dengan lebih kuat lagi kepada sesama dan kepada siapapun, sehingga sungguh hidup kita menjadi cerita kasih.



No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...