Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Rabu Paskah VII 27 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
video : Rabu Paskah VII 27 Mei 2020
Bacaan I Kis 20:28-38
Mazmur Tanggapan Mzm 68:29-30.33-35a.35b.36c
Bacaan Injil Yoh 17:11b-19
Saudara saudari yang terkasih,
Roh Keperkasaan atau Roh Kekuatan adalah
Karunia yang membuat kita teguh mempertahankan iman, kekudusan gereja dan
kemuliaan Allah Tritunggal, dari berbagai godaan dunia sekular dan ancaman
kekuatan iblis.
Pada abad ketiga, ketika gereja masih
dalam jaman penganiayaan, misa masih diadakan di Katekombe, di kuburan-kuburan
bawah tanah. Pada suatu hari, Tarsisius seorang muda berusia 12 tahun, remaja,
senang sekali karena boleh ikut misa bersama dengan Ibunya. Pada waktu itu ada
banyak orang Kristen dipenjara, karena imannya dan hendak dilempar ke kandang
singa menjadi martir. Sebelum mati, mereka ingin menyambut komuni. Seusai misa,
Pastor yang merayakan Ekaristi mengatakan bahwa ia hendak mengantar komuni
kepada umat di penjara, tetapi umat melarangnya karena takut Pastor ditangkap
dan siapa nanti yang merayakan misa. Akhirnya ada seorang serdadu Romawi yang
sudah bertobat, yang ada di situ menawarkan diri. Tapi ia juga dilarang karena
sedang dicari-cari. Waktu itu Tarsisius menawarkan diri untuk mengantar, tetapi
ia ditolak karena ia masih kecil. Tapi rupanya Tarsisius meyakinkan mereka
bahwa Sakramen Mahakudus di tangannya akan dijaga sekuat tenaga. Akhirnya ia
diijinkan, sayang dalam perjalanan ke penjara, ia bertemu dengan sekelompok
anak remaja yang tidak percaya kepada Tuhan, lalu ia memaksa Tarsisius yang
menggenggam sesuatu untuk diperlihatkan kepada anak-anak itu. Tapi Tarsisius
mempertahankan Sakramen Mahakudus itu dan tetap menggenggamnya, sehingga tidak
dapat direbut dari tangannya. Akhirnya Tarsisius dilempari batu, dirajam,
hingga ia terjatuh, waktu terjatuh seorang di antara mereka mengambil batu agak
besar, lalu ia berkata, “mana yang lebih kuat, batu ini atau genggaman tanganmu?”
Dilemparkanlah batu itu ke kepalanya hingga Tarsisius tak sadarkan diri, tapi
genggaman tangannya makin kuat. Pada saat itu datanglah serdadu yang sudah
bertobat tadi rupanya dan mengusir anak-anak itu, mengangkat Tarsisius.
Tarsisius yang tak sadarkan diri, mulai sadar dan ia berkata, “Sakramen Mahakudus,
Tubuh Kristus masih ada di tanganku”. Ia segera dibawa ke Katekombe dan dalam
perjalanan ia mati. Itulah Roh Kekuatan yang meneguhkan Santo Tarsisius yang
masih muda.
Saudara saudari yang terkasih,
Yesus memohon Roh Kekuatan kepada Bapa untuk
murid-muridNya. “Aku tidak meminta agar Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi
supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat”. Yesus tidak menghendaki mereka
dibebaskan dari rintangan dan ancaman, tetapi diberi kekuatan untuk menghadapi
dan melampauinya, hingga mereka tidak jatuh ke dalam dunia dan menjadi sama
dengan dunia yang sekular. Memisahkan orang dari godaan dan menghindarkan orang
dari tantangan adalah jalan yang mudah untuk membuat orang selamat, tetapi
belum tentu membuat orang itu makin tahan terhadap godaan, makin matang dalam
hidup dan makin kuat menghadapi keganasan dunia, hingga berhasil di dalam
hidupnya. Firman Allah adalah kebenaran yang menjadi pijakan, yang menjadi
kekuatan untuk menghadapi dunia, hingga mereka pun manjadi kudus, yaitu terpisah
dari dunia, hidup sakral yang berbeda dengan hidup sekular. Roh Kekuatan
dimintakan Yesus kepada Bapa untuk murid-muridNya agar mereka mampu meneruskan
karya Yesus.
Dalam bacaan pertama, Paulus meneguhkan
umatnya agar menjaga diri, melindungi diri kuat karena ancaman iblis, serigala-serigala
ganas terus mengintainya. Paulus meneguhkan kita juga untuk kuat, untuk perkasa
dalam iman, sebagaimana ia sendiri telah memberi teladan untuk hidup sesuai dengan
karunia Roh Keperkasaan.
Saudara saudari yang terkasih,
Roh Keperkasaan memampukan kita untuk
teguh dan tangguh dalam melakukan kebajikan dan menghindari kejahatan. Roh ini
menguatkan kita untuk mewujudkan kasih kita kepada Allah dengan resiko apapun,
termasuk hilangnya kenyamanan, keamanan bahkan kehidupan sendiri. Karunia Roh Hikmat,
Pengertian dan Nasehat memampukan kita mengenal rencana kasih Allah dan
kehendakNya. Karunia Keperkasaan membuat kita pantang mundur, mampu melaksanakan
kehendakNya, walaupun kita masih memiliki kelemahan. Roh ini tampak dalam
keberanian para martir, seperti Santo Tarsisius yang masih berusia remaja 12
tahun, kegigihan para misionaris, kesetiaan suami istri, perjuangan kedua orangtua
atau single parent dalam membesarkan
anak-anak sesuai dengan nilai-nilai Injil, perjuangan orang sakit dan miskin untuk
tetap bersandar pada Tuhan, pengabdian Imam, Biarawan-Biarawati serta kegigihan
umat untuk hidup suci sebagai ungkapan menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti
Yesus.
Paulus menulis dalam Roma 8:31.35.39 “…
Jika Allah ada di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Siapakah yang
akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya atau pedang? tidak
akan ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah”.
Roh Keperkasaan membuat kita menjadi
pribadi pantang menyerah, setia sampai mati pada janji iman dan komitmen hidup,
panggilan, karya dan penebusan. Dengan Roh ini kita selalu mengalami apa yang
disebut dengan di-tune up, disegarkan
dan ditegarkan. Bagaikan mesin kendaraan, agar memperoleh performa maksimal dan
keadaan yang optimal, demikianlah kita di-tune
up, disegarkan dan ditegarkan oleh Roh Keperkasaan agar dapat melakukan apa
yang kita renungkan dua hari yang lalu, fine
tuning, dan live tuning kemarin, sehingga
kita sungguh-sungguh dapat hidup perkasa, kuat dalam iman sesuai dengan
kehendak Allah, seperti apa yang Allah pikirkan, hingga kita tabah mewujudkan
perutusan pembaptisan dan berani memilih yang baik dan benar, sebagai
perwujudan iman.
No comments:
Post a Comment