Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus
29 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Bacaan I Kis 12:1-11
Mazmur Tanggapan Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Bacaan II 2 Tim 4:6-8.17-18
Bacaan Injil Mat 16:13-19
Saudara saudari yang terkasih,
Petrus dan Paulus dikenal dua rasul yang
berbeda latar belakang, pengalaman iman, dan tugas perutusannya. Tetapi mereka
memiliki iman dan komitmen yang sama luar biasa dalam pelayanan dan pewartaan
Injil. Petrus mengutamakan pewartaan kepada bangsa Israel dan Paulus pada
bangsa bukan Yahudi. Perjalanan iman Petrus panjang, dari seorang nelayan
sederhana menjadi rasul yang dipilih memimpin komunitas murid Yesus, Gereja. Perjalanan
iman Paulus singkat padat, dari seorang terpelajar, terhormat, penganiaya murid
Tuhan, secara mendadak dijumpai Yesus yang telah bangkit, diterangi, hingga
menjadi rasul yang ulung.
Saudara saudari yang terkasih,
kadang-kadang dalam hidup sehari-hari,
ada orang yang berbisik-bisik memberitahu berita heboh, dengan berkata,
“ssstt… jangan bilang-bilang”.
Lalu kan kita tanya,
“kamu tahu dari siapa?”
“ada saja, ada saja, ada sumbernya,
berita heboh dari siapa”.
Orang lain lagi berkata,
“kamu akan pindah ya?” atau “kamu akan
pergi ya?”
“Lho tahu dari siapa? Tak mungkin kamu tahu
kalau tidak diberitahu oleh dia, karena saya hanya memberitahu kepadanya”.
Jadi ada sumber yang memberi tahu berita
yang benar, berita yang rahasia.
Saudara saudari yang terkasih,
tak mungkin orang tahu tanpa ada yang
memberi tahu, demikianlah Petrus tak mungkin tahu siapakah Yesus kalau tak ada yang
memberitahu. Apalagi rahasia surgawi, pewahyuan Ilahi yang menjadi inti iman
akan Yesus. Setelah menanyakan menurut pendapat orang lain, Yesus bertanya
kepada Petrus, “siapakah Aku menurutmu?” Petrus langsung menjawab apa yang
belum pernah ia pikirkan, katakan atau bicarakan dengan teman-temannya, “Engkau
adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Petrus kaget akan jawabannya sendiri,
seakan tak percaya dirinya yang berbicara. Bagaimana mungkin seorang nelayan
sederhana bisa berbicara seperti seorang teolog ternama? Mungkin ia juga
manggut-manggut, bahagia, bangga bisa menjawab pertanyaan seperti itu. Itulah
pernyataan atau jawaban orang berkelas, berpendidikan tinggi dan berjabatan
mulia seperti Kayafas, Imam Agung yang mengajukan pertanyaan yang sama pada Matius
26:63, ketika Yesus diadili, “demi Allah yang hidup, apakah Engkau Mesias Anak Allah
atau tidak?” Yesus bukan sekedar Mesias biasa seperti Daud leluhurNya, tetapi Anak
Allah yang hidup. Hanya Putra Allah yang tahu kenyataan itu. Darimana Petrus
tahu? Petrus tidak akan tahu kalau bukan Bapa atau Yesus yang memberi tahu. Karena
menurut Matius 11:27, Yesus berfiman, “semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu,
dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa dan tidak seorangpun mengenal Bapa
selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan”. Terhadap
jawaban Petrus atau disebut Kefas, Yesus mengatakan, “berbahagialah engkau, Simon
bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang
ada di Surga”.
Pengakuan iman adalah iluminasi Ilahi,
penerangan dari Allah, yaitu rahmat Allah untuk percaya akan kenyataan dan
pewartaan Ilahi, bukan karena pengetahuan, bukan karena pengalaman atau
kepandaian dan kedudukan seseorang. Kepada siapa Allah berkenan, iman akan
dinyatakan, apapun latar belakangnya. Seperti Yesus memilih Saulus, penganiaya Gereja
menjadi Paulus, rasul istimewa yang berjasa mengembangkan Gereja dalam
kebersamaan dan di bawah kepemimpinan Petrus yang disebut Kefas, yang kelak
menjadi Imam Agung, Paus, pemimpin Gereja. Ia adalah ‘Kayafas baru’, Kefas -
Kayafas, ia adalah Kayafas baru. Kefas mengakui siapakah Yesus dan diserahi Gereja
sedangkan Kayafas yang punya otoritas dan kapasitas untuk mengakui Yesus
sebagai Imam Agung, Anak Allah, tetapi justru mempertanyakan dan menyerahkan Yesus
untuk disalib.
Saudara saudari yang terkasih,
apapun rumusan iman, bukanlah hasil
usaha dan jasa insani, tetapi anugerah Ilahi karena Allah berkenan
menyatakannya. Maka marilah kita bersyukur kepada Allah karena Yesus berkenan
kepada kita, hingga kita mau dan mampu percaya seperti yang kita ungkapkan dalam
Credo, dalam Aku Percaya, Syahadat Para
Rasul : Aku percaya akan Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus serta
kepada gereja Katolik. Dalam Credo
panjang, yang satu, kudus, apostolik, kepada persekutuan para kudus,
pengampunan dosa, kebangkitan badan dan
kehidupan kekal. Iman yang kita miliki ini adalah karena anugerah Allah, Allah
berkenan kepada kita, seperti Allah berrkenan mengatakan siapakah Yesus kepada Petrus.
Darimana kita tahu dan mampu percaya, kalau bukan Yesus yang mewahyukannya, yang
menyatakan kepada kita. Dalam pelayanan dan pewartaan Injil, janganlah ada
paksaan atau rayuan yang mengecohkan.
Semoga usaha kita menjadi jalan untuk
terbuka pada karya Roh Kudus. Biarlah Roh Kudus yang diutus Yesus, menyatakan
wahyu kepada orang untuk mau dan mampu percaya. Doakanlah mereka yang belum
percaya agar Yesus berkenan menyatakan rahasia iman ini kepadanya.
No comments:
Post a Comment