Monday, June 29, 2020

29 Juni 2020 HR St Petrus dan St Paulus


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus 
29 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung


Bacaan I Kis 12:1-11
Mazmur Tanggapan Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Bacaan II 2 Tim 4:6-8.17-18
Bacaan Injil Mat 16:13-19

Saudara saudari yang terkasih,
Petrus dan Paulus dikenal dua rasul yang berbeda latar belakang, pengalaman iman, dan tugas perutusannya. Tetapi mereka memiliki iman dan komitmen yang sama luar biasa dalam pelayanan dan pewartaan Injil. Petrus mengutamakan pewartaan kepada bangsa Israel dan Paulus pada bangsa bukan Yahudi. Perjalanan iman Petrus panjang, dari seorang nelayan sederhana menjadi rasul yang dipilih memimpin komunitas murid Yesus, Gereja. Perjalanan iman Paulus singkat padat, dari seorang terpelajar, terhormat, penganiaya murid Tuhan, secara mendadak dijumpai Yesus yang telah bangkit, diterangi, hingga menjadi rasul yang ulung.

Saudara saudari yang terkasih,
kadang-kadang dalam hidup sehari-hari, ada orang yang berbisik-bisik memberitahu berita heboh, dengan berkata,
“ssstt… jangan bilang-bilang”.
Lalu kan kita tanya,
“kamu tahu dari siapa?”
“ada saja, ada saja, ada sumbernya, berita heboh dari siapa”.
Orang lain lagi berkata,
“kamu akan pindah ya?” atau “kamu akan pergi ya?”
“Lho tahu dari siapa? Tak mungkin kamu tahu kalau tidak diberitahu oleh dia, karena saya hanya memberitahu kepadanya”.
Jadi ada sumber yang memberi tahu berita yang benar, berita yang rahasia.

Saudara saudari yang terkasih,
tak mungkin orang tahu tanpa ada yang memberi tahu, demikianlah Petrus tak mungkin tahu siapakah Yesus kalau tak ada yang memberitahu. Apalagi rahasia surgawi, pewahyuan Ilahi yang menjadi inti iman akan Yesus. Setelah menanyakan menurut pendapat orang lain, Yesus bertanya kepada Petrus, “siapakah Aku menurutmu?” Petrus langsung menjawab apa yang belum pernah ia pikirkan, katakan atau bicarakan dengan teman-temannya, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Petrus kaget akan jawabannya sendiri, seakan tak percaya dirinya yang berbicara. Bagaimana mungkin seorang nelayan sederhana bisa berbicara seperti seorang teolog ternama? Mungkin ia juga manggut-manggut, bahagia, bangga bisa menjawab pertanyaan seperti itu. Itulah pernyataan atau jawaban orang berkelas, berpendidikan tinggi dan berjabatan mulia seperti Kayafas, Imam Agung yang mengajukan pertanyaan yang sama pada Matius 26:63, ketika Yesus diadili, “demi Allah yang hidup, apakah Engkau Mesias Anak Allah atau tidak?” Yesus bukan sekedar Mesias biasa seperti Daud leluhurNya, tetapi Anak Allah yang hidup. Hanya Putra Allah yang tahu kenyataan itu. Darimana Petrus tahu? Petrus tidak akan tahu kalau bukan Bapa atau Yesus yang memberi tahu. Karena menurut Matius 11:27, Yesus berfiman, “semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu, dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan”. Terhadap jawaban Petrus atau disebut Kefas, Yesus mengatakan, “berbahagialah engkau, Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang ada di Surga”.
Pengakuan iman adalah iluminasi Ilahi, penerangan dari Allah, yaitu rahmat Allah untuk percaya akan kenyataan dan pewartaan Ilahi, bukan karena pengetahuan, bukan karena pengalaman atau kepandaian dan kedudukan seseorang. Kepada siapa Allah berkenan, iman akan dinyatakan, apapun latar belakangnya. Seperti Yesus memilih Saulus, penganiaya Gereja menjadi Paulus, rasul istimewa yang berjasa mengembangkan Gereja dalam kebersamaan dan di bawah kepemimpinan Petrus yang disebut Kefas, yang kelak menjadi Imam Agung, Paus, pemimpin Gereja. Ia adalah ‘Kayafas baru’, Kefas - Kayafas, ia adalah Kayafas baru. Kefas mengakui siapakah Yesus dan diserahi Gereja sedangkan Kayafas yang punya otoritas dan kapasitas untuk mengakui Yesus sebagai Imam Agung, Anak Allah, tetapi justru mempertanyakan dan menyerahkan Yesus untuk disalib.

Saudara saudari yang terkasih,
apapun rumusan iman, bukanlah hasil usaha dan jasa insani, tetapi anugerah Ilahi karena Allah berkenan menyatakannya. Maka marilah kita bersyukur kepada Allah karena Yesus berkenan kepada kita, hingga kita mau dan mampu percaya seperti yang kita ungkapkan dalam Credo, dalam Aku Percaya, Syahadat Para Rasul : Aku percaya akan Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus serta kepada gereja Katolik. Dalam Credo panjang, yang satu, kudus, apostolik, kepada persekutuan para kudus, pengampunan dosa,  kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Iman yang kita miliki ini adalah karena anugerah Allah, Allah berkenan kepada kita, seperti Allah berrkenan mengatakan siapakah Yesus kepada Petrus. Darimana kita tahu dan mampu percaya, kalau bukan Yesus yang mewahyukannya, yang menyatakan kepada kita. Dalam pelayanan dan pewartaan Injil, janganlah ada paksaan atau rayuan yang mengecohkan.
Semoga usaha kita menjadi jalan untuk terbuka pada karya Roh Kudus. Biarlah Roh Kudus yang diutus Yesus, menyatakan wahyu kepada orang untuk mau dan mampu percaya. Doakanlah mereka yang belum percaya agar Yesus berkenan menyatakan rahasia iman ini kepadanya.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...