Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Hari Minggu Biasa XIII 28 Juni 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung
video : Minggu Pekan Biasa XIII 28 Juni 2020
Bacaan I 2 Raj 4:8-11.14-16a
Mazmur Tanggapan Mzm 89:2-3.16-17.18-19
Bacaan II Rom 6:3-4.8-11
Bacaan Injil Mat 10:37-42
Saudara saudari yang terkasih,
kadang ada orang bertanya, mengapa untuk
menjadi Katolik saja susah, lama, orang dewasa butuh satu tahun. Kiranya bukan
soal pengetahuan, pelajaran, tetapi perubahan hidup yang disampaikan dalam
Injil dan Bacaan Pertama hari ini. Kehidupan baru yang disediakan seseorang, apakah
ia siap memasuki kehidupan baru seperti yang dinyatakan Yesus di dalam Injil
hari ini. Maka selama setahun itu mempersiapkan orang untuk sungguh memasuki
kehidupan baru itu. Maka setelah dibaptis banyak orang yang terlibat dalam
pelayanan, kemudian nanti diperkokoh oleh sakramen penguatan. Dan ada beberapa kesaksian
orang yang berkata setelah dibaptis ia berubah dan sungguh berubah, hidup baru,
cara berbisnisnya lain, cara usaha lain, cara bekerja lain, cara hidup lain,
cara dengan keluarga lain, dan itu bertahan lama, dan itulah kiranya
pembaptisan, meninggalkan kehidupan lama dan memasuki kehidupan yang sungguh-sungguh
baru sebagai manusia, bukan semata pelajaran-pelajaran. Pengetahuan Katolik
dapat dipelajari kapan saja dan di mana saja. Bentuk radikal dari pembaptisan
itu adalah kaul-kaul religius, orang yang hidup bakti, suster, biarawan,
biarawati dan mereka semua yang mengucapkan kaul, baik secara publik dan privat.
Pernah dalam suatu pertemuan dengan para suster, saya meyakinkan mereka bahwa
hidup bakti itu adalah hidup di Surga yang dihadirkan di dunia ini. Maka ini merupakan
panggilan yang luar biasa. Maka kalau ada orang bertanya, “Suster, kalau
kehidupan di Surga itu seperti apa?” Para suster atau mereka semua yang
mengucapkan kaul harus berani berkata, “lihat hidup kami, inilah kehidupan
surgawi yang ada di dunia”. Para hidup bakti meradikalkan Sakramen Baptis
dengan tiga nasihat Injil secara total. Kesaksian hidup kelak untuk mati bagi
dirinya dan hidup untuk Kristus melalui ketiga kaul. Dalam Injil hari ini Yesus
meminta duabelas rasul, tidak seperti biasa, ini dua belas rasul yang dipilihNya
untuk memasuki babak kehidupan baru dengan cara meninggalkan kehidupan lama, mati
dalam dosa, agar mendapat kehidupan baru, bangkit dalam Kristus yang sebenarnya
dirindukan oleh setiap orang. Rupanya secara tidak langsung, Yesus menyampaikan
misteri pembaptisan yang kelak menjadi tugas perutusan bagi mereka. Dalam Bacaan
Kedua, Paulus mengatakan, “jadi jika kita telah mati dalam Kristus, kita
percaya kita akan juga hidup bersama Dia”. Mati terhadap dosa berarti
meninggalkan kehidupan lama yang dikuasai nafsu dan naluri beralih menuju
kehidupan baru yang dihembusi oleh roh Ilahi , yang diwujudkan dalam mengasihi Allah
dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan. Maka Yesus berkata, “kalau
engkau tidak mencintai Aku lebih dari pada mereka, engkau tidak layak”. Yesus
tahu betul bahwa perintah Allah pertama dalam fondasi perintah manusia, yaitu pada
urutan bagian manusia, perintah keempat, hormatilah ayah dan ibunya yang
berarti muliakanlah, kasihilah ayah ibumu, ini harus dilaksanakan, karena
bagaimana mungkin orang bisa mengasihi sesama, melaksanakan hukum perintah Allah
yang lain, jika mereka, yang melaluinya, kita mendapat rahmat kehidupan dan
kelahiran, kita tak memuliakan, tak mengasihi. Kalau kepada orangtua saja yang
melahirkan, yang memberikan kepada kehidupan, kita tak menghormati, tidak
memuliakan, tak mengasihi, bagaimana mungkin kita bisa mengasihi orang lain? Kasih
kepada Yesus adalah fondasi kasih kepada orang tua. Di sini secara implisit Yesus
mau menyatakan bahwa dirinya adalah Allah, yang lebih penting dari semuanya, karena
dalam tradisi Yahudi diucapkan setiap hari atau setiap kali, “kasihilah Tuhan Allahmu
dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap tenagamu”. Hanya
Allah yang berhak mengatakan dan menuntut kasih total seperti ini dan sekarang Yesus
kepada keduabelas rasul berkata, “kamu harus mengasihi Aku seperti itu, kalau
tidak, engkau tidak layak bagiKu”. Menyatakan secara implisit, di sinilah Aku Allah
yang hadir. Ia tidak bermaksud agar muridNya membenci orangtua, anak-anak dan
saudara saudari tetapi mengajak mereka meningkatkan kualitas cinta dengan
mencintai Allah yang adalah DiriNya sendiri, Yesus Putra Allah. Tanpa kasih itu,
mereka tak layak menjadi murid. Maka kelayakan ditentukan bukan oleh apa yang mereka
lalkukan, jasa ataupun pertobatan dari dosa, tetapi oleh cinta total, tidak
terbagi, pada Tuhan. Maka dalam doa komuni, “ya Tuhan, saya tidak pantas, karena
apa? Kita berdosa! Maka kita membuat pantas dengan mengasihi Ia secara total,
memusatkan diri secara penuh, sebelum menyambut komuni, maka saya menjadi
pantas dan dibuat pantas oleh Allah.
Orang diminta mengasihi Allah agar
mencintai sesama. Dalam Bacaan Pertama Elisa disambut oleh suatu pasangan suami
istri yang sudah lanjut dan tidak memiliki anak. Mereka berbuat baik kepada Elisa
sebagai abdi Allah bukan karena perbuatan baik semata, tetapi mereka melihat
kehadiran Allah di dalam diri Elisa. Perbuatan baiknya sama tapi maknanya
berbeda. Maka ganjarannya pun berbeda, mereka mendapat mukjizat, ganjaran karunia
anak yang sudah dinantikan sejak lama. Misteri ini juga, yang diajak kepada
kita untuk mampu melihat kehadiran Allah, kehadiran Yesus di dalam diri sesama
sebagai Tubuh MistikNya. Maka Yesus mengajak kita juga, “lihat, kehadiranKu di
dalam diri sesama”, Ia menyatakan misteri gereja, komunitas murid sebagai Tubuh
MistikNya. Maka sikap orang atau sikap kita kepada para murid, kepada para
gereja adalah sikap kepadaNya juga, hingga orang menyadari kehadiran Kristus akan
mendapat ganjarannya. Memberi minum pada orang yang lemah, menyambut mereka seperti
menyambut Kristus. Misteri itu juga disampaikan Yesus dengan sangat padat di dalam
Injil hari ini. Bagaimana mungkin seorang bisa melihat kehadiran Yesus kalau ia
tidak mencintai Yesus? Untuk itulah Yesus pernah berkata, “Aku berkata kepadamu
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu
yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku (Matius 25:40). Untuk sampai pada
kemampuan itu, Yesus mengajak kita menyangkal diri, memikul salib.
Saudara saudari yang terkasih,
hari ini kita disadarkan akan rahmat
baptisan dan daya luar biasa dari pembaptisan yang mengubah kita, baik secara
simbolik melalui upacara ritual dengan nama baptis baru. Namanya siapapun
terlahir, tetapi diberi nama baptis yang luar biasa, dan secara sakramental, berpartisipasi,
ambil bagian dalam misteri Paskah, wafat dan kebangkitan Kristus. Hidup lama
dikuburkan, maka tiga kali dikucuri, jaman dulu tiga kali dibenamkan, itu ada maknanya
: pertama, dikucurkan yang pertama : manusia lama dikuburkan, manusia lama dengan
dosa dikuburkan dalam dosa. Dikucurkan yang kedua : manusia hidup baru
dibangkitkan. Dan yang dikucurkan yang ketiga : hidup kini, hidup dalam Kristus
dan mati dalam dosa. Itu adalah peristiwa seperti Yesus dikubur, Yesus bangkit dan
Yesus yang mulia, yang tubuhNya tidak dikuasai lagi oleh badan tetapi hidup
mulia. Demikian orang yang dibaptis hidup mulia, sekalipun masih berdosa tetapi
tidak dikuasai dosa dan maut. Hidup mulia ini harus terus dijaga dengan
mengasihi Allah dengan segenap hati, budi, tenaga dan pikiran. Luar biasa! Makna
rahmat sakramen baptis mengubah hidup kita. Untuk itulah Yesus meminta para
muridNya bukan soal komitmen saja, tetapi kasih total kepadaNya yang menjadikan
dasar bagi kasih kepada sesama dan diri. Orang-orang seperti inilah yang akan ‘hidup’
penuh sukacita dan damai sejahtera di manapun, kapanpun dan dalam situasi
apapun, ia/mereka berada.
No comments:
Post a Comment