Sunday, June 28, 2020

28 Juni 2020 Minggu Pekan Biasa XIII Tahun A/II

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC

Misa Hari Minggu Biasa XIII 28 Juni 2020

Gereja Santo Petrus Katedral Bandung


video : Minggu Pekan Biasa XIII 28 Juni 2020

 

Bacaan I 2 Raj 4:8-11.14-16a

Mazmur Tanggapan Mzm 89:2-3.16-17.18-19

Bacaan II Rom 6:3-4.8-11

Bacaan Injil Mat 10:37-42

 

Saudara saudari yang terkasih,

kadang ada orang bertanya, mengapa untuk menjadi Katolik saja susah, lama, orang dewasa butuh satu tahun. Kiranya bukan soal pengetahuan, pelajaran, tetapi perubahan hidup yang disampaikan dalam Injil dan Bacaan Pertama hari ini. Kehidupan baru yang disediakan seseorang, apakah ia siap memasuki kehidupan baru seperti yang dinyatakan Yesus di dalam Injil hari ini. Maka selama setahun itu mempersiapkan orang untuk sungguh memasuki kehidupan baru itu. Maka setelah dibaptis banyak orang yang terlibat dalam pelayanan, kemudian nanti diperkokoh oleh sakramen penguatan. Dan ada beberapa kesaksian orang yang berkata setelah dibaptis ia berubah dan sungguh berubah, hidup baru, cara berbisnisnya lain, cara usaha lain, cara bekerja lain, cara hidup lain, cara dengan keluarga lain, dan itu bertahan lama, dan itulah kiranya pembaptisan, meninggalkan kehidupan lama dan memasuki kehidupan yang sungguh-sungguh baru sebagai manusia, bukan semata pelajaran-pelajaran. Pengetahuan Katolik dapat dipelajari kapan saja dan di mana saja. Bentuk radikal dari pembaptisan itu adalah kaul-kaul religius, orang yang hidup bakti, suster, biarawan, biarawati dan mereka semua yang mengucapkan kaul, baik secara publik dan privat. Pernah dalam suatu pertemuan dengan para suster, saya meyakinkan mereka bahwa hidup bakti itu adalah hidup di Surga yang dihadirkan di dunia ini. Maka ini merupakan panggilan yang luar biasa. Maka kalau ada orang bertanya, “Suster, kalau kehidupan di Surga itu seperti apa?” Para suster atau mereka semua yang mengucapkan kaul harus berani berkata, “lihat hidup kami, inilah kehidupan surgawi yang ada di dunia”. Para hidup bakti meradikalkan Sakramen Baptis dengan tiga nasihat Injil secara total. Kesaksian hidup kelak untuk mati bagi dirinya dan hidup untuk Kristus melalui ketiga kaul. Dalam Injil hari ini Yesus meminta duabelas rasul, tidak seperti biasa, ini dua belas rasul yang dipilihNya untuk memasuki babak kehidupan baru dengan cara meninggalkan kehidupan lama, mati dalam dosa, agar mendapat kehidupan baru, bangkit dalam Kristus yang sebenarnya dirindukan oleh setiap orang. Rupanya secara tidak langsung, Yesus menyampaikan misteri pembaptisan yang kelak menjadi tugas perutusan bagi mereka. Dalam Bacaan Kedua, Paulus mengatakan, “jadi jika kita telah mati dalam Kristus, kita percaya kita akan juga hidup bersama Dia”. Mati terhadap dosa berarti meninggalkan kehidupan lama yang dikuasai nafsu dan naluri beralih menuju kehidupan baru yang dihembusi oleh roh Ilahi , yang diwujudkan dalam mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan. Maka Yesus berkata, “kalau engkau tidak mencintai Aku lebih dari pada mereka, engkau tidak layak”. Yesus tahu betul bahwa perintah Allah pertama dalam fondasi perintah manusia, yaitu pada urutan bagian manusia, perintah keempat, hormatilah ayah dan ibunya yang berarti muliakanlah, kasihilah ayah ibumu, ini harus dilaksanakan, karena bagaimana mungkin orang bisa mengasihi sesama, melaksanakan hukum perintah Allah yang lain, jika mereka, yang melaluinya, kita mendapat rahmat kehidupan dan kelahiran, kita tak memuliakan, tak mengasihi. Kalau kepada orangtua saja yang melahirkan, yang memberikan kepada kehidupan, kita tak menghormati, tidak memuliakan, tak mengasihi, bagaimana mungkin kita bisa mengasihi orang lain? Kasih kepada Yesus adalah fondasi kasih kepada orang tua. Di sini secara implisit Yesus mau menyatakan bahwa dirinya adalah Allah, yang lebih penting dari semuanya, karena dalam tradisi Yahudi diucapkan setiap hari atau setiap kali, “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap tenagamu”. Hanya Allah yang berhak mengatakan dan menuntut kasih total seperti ini dan sekarang Yesus kepada keduabelas rasul berkata, “kamu harus mengasihi Aku seperti itu, kalau tidak, engkau tidak layak bagiKu”. Menyatakan secara implisit, di sinilah Aku Allah yang hadir. Ia tidak bermaksud agar muridNya membenci orangtua, anak-anak dan saudara saudari tetapi mengajak mereka meningkatkan kualitas cinta dengan mencintai Allah yang adalah DiriNya sendiri, Yesus Putra Allah. Tanpa kasih itu, mereka tak layak menjadi murid. Maka kelayakan ditentukan bukan oleh apa yang mereka lalkukan, jasa ataupun pertobatan dari dosa, tetapi oleh cinta total, tidak terbagi, pada Tuhan. Maka dalam doa komuni, “ya Tuhan, saya tidak pantas, karena apa? Kita berdosa! Maka kita membuat pantas dengan mengasihi Ia secara total, memusatkan diri secara penuh, sebelum menyambut komuni, maka saya menjadi pantas dan dibuat pantas oleh Allah.

Orang diminta mengasihi Allah agar mencintai sesama. Dalam Bacaan Pertama Elisa disambut oleh suatu pasangan suami istri yang sudah lanjut dan tidak memiliki anak. Mereka berbuat baik kepada Elisa sebagai abdi Allah bukan karena perbuatan baik semata, tetapi mereka melihat kehadiran Allah di dalam diri Elisa. Perbuatan baiknya sama tapi maknanya berbeda. Maka ganjarannya pun berbeda, mereka mendapat mukjizat, ganjaran karunia anak yang sudah dinantikan sejak lama. Misteri ini juga, yang diajak kepada kita untuk mampu melihat kehadiran Allah, kehadiran Yesus di dalam diri sesama sebagai Tubuh MistikNya. Maka Yesus mengajak kita juga, “lihat, kehadiranKu di dalam diri sesama”, Ia menyatakan misteri gereja, komunitas murid sebagai Tubuh MistikNya. Maka sikap orang atau sikap kita kepada para murid, kepada para gereja adalah sikap kepadaNya juga, hingga orang menyadari kehadiran Kristus akan mendapat ganjarannya. Memberi minum pada orang yang lemah, menyambut mereka seperti menyambut Kristus. Misteri itu juga disampaikan Yesus dengan sangat padat di dalam Injil hari ini. Bagaimana mungkin seorang bisa melihat kehadiran Yesus kalau ia tidak mencintai Yesus? Untuk itulah Yesus pernah berkata, “Aku berkata kepadamu sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku (Matius 25:40). Untuk sampai pada kemampuan itu, Yesus mengajak kita menyangkal diri, memikul salib.

 

Saudara saudari yang terkasih,

hari ini kita disadarkan akan rahmat baptisan dan daya luar biasa dari pembaptisan yang mengubah kita, baik secara simbolik melalui upacara ritual dengan nama baptis baru. Namanya siapapun terlahir, tetapi diberi nama baptis yang luar biasa, dan secara sakramental, berpartisipasi, ambil bagian dalam misteri Paskah, wafat dan kebangkitan Kristus. Hidup lama dikuburkan, maka tiga kali dikucuri, jaman dulu tiga kali dibenamkan, itu ada maknanya : pertama, dikucurkan yang pertama : manusia lama dikuburkan, manusia lama dengan dosa dikuburkan dalam dosa. Dikucurkan yang kedua : manusia hidup baru dibangkitkan. Dan yang dikucurkan yang ketiga : hidup kini, hidup dalam Kristus dan mati dalam dosa. Itu adalah peristiwa seperti Yesus dikubur, Yesus bangkit dan Yesus yang mulia, yang tubuhNya tidak dikuasai lagi oleh badan tetapi hidup mulia. Demikian orang yang dibaptis hidup mulia, sekalipun masih berdosa tetapi tidak dikuasai dosa dan maut. Hidup mulia ini harus terus dijaga dengan mengasihi Allah dengan segenap hati, budi, tenaga dan pikiran. Luar biasa! Makna rahmat sakramen baptis mengubah hidup kita. Untuk itulah Yesus meminta para muridNya bukan soal komitmen saja, tetapi kasih total kepadaNya yang menjadikan dasar bagi kasih kepada sesama dan diri. Orang-orang seperti inilah yang akan ‘hidup’ penuh sukacita dan damai sejahtera di manapun, kapanpun dan dalam situasi apapun, ia/mereka berada.


No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...