Sunday, May 31, 2020

31 Mei 2020 Hari Raya Pentakosta


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Hari Raya Pentakosta 31 Mei 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung


Bacaan I Kis 2:1-11
Mazmur Tanggapan Mzm 104:1ab.24ac.29bc-30.31.34
Bacaan II 1 Kor 12:3b-7.12-13
Bacaan Injil Yoh 20:19-23

Saudara saudari yang terkasih,
setiap orang menjalani berbagai perubahan dan bisa hidup karena perubahan tersebut. Namun  tidak setiap orang suka akan perubahan, apalagi kalau sudah menikmati kenyamanan, keamanan dan ketentraman yang ia anggap normal. Ia tidak suka perubahan walaupun menjanjikan relasi, fungsi, lokasi dan situasi yang mungkin jauh lebih baik. Janin yang merasa nyaman dalam rahim ibunya, tak akan pernah menjadi manusia dewasa tanpa keluar dari rahim dan lahir ke dunia, menjalani sesuatu yang normal baru. Kita tak mungkin menikmati kemuliaan surgawi yang kita imani tanpa melewati kematian. Kehidupan seseorang, mulai bujangan punya kehidupan normal sendiri, kemudian berkeluarga, ada kehidupan normal baru, mempunyai anak, kehidupan normal yang lain, mempunyai mantu, lain lagi, mempunyai cucu, lain lagi. Itulah serangkaian new normal yang sebetulnya kita laksanakan. Keadaan normal baru yang harus dijalani sesuai dengan situasi dan kondisi agar dapat hidup lebih baik.
Pentakosta adalah suatu new normal bagi para murid Yesus yang biasa menjadi ‘anak bawang’ yang selalu mengikuti atau pemain cadangan yang tampil kalau dibutuhkan, kini harus menjadi Bapa Bangsa, pemimpin gereja, atau penjaga gawang pembela gereja yang ditandai dengan turunnya Roh Kudus. Pentakosta diwujudkan dengan cara hidup baru sebagai gereja sehati sejiwa, berbagi sukacita yang berpusat pada Ekaristi. Normalitas lama bisa menina bobokan para murid kalau tidak berubah, hingga sulit matang, tak berkembang, terus menjadi murid. Kapan menjadi guru dan gembala seperti yang diminta Yesus? Kapan menjadi Nabi dan Imam seperti yang dipanggil Tuhan? Maka dalam amanat perpisahan Yesus bersabda, “adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi, sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.

Saudara saudari yang terkasih,
ketika saya masih frater, saya diminta untuk memimpin ibadat pembukaan retret. Dalam Ibadat pembukaan, lalu ada nyanyian datanglah roh kudus …veni sancte spiritus, diulang-ulang … veni sancte spiritus… tiba-tiba di tengah ada satu orang tiba-tiba eee…eee…eee… saya lagi nyanyi, saya berpikir, ini minta datang Roh Kudus kok mengganggu, roh kudis yang ada, lalu saya keraskan … veni sancte spiritus makin keras eee… ooo… eee… saya bilang, ini sekarang yang datang roh kuda. Selesai ibadat semua keluar anak-anak itu, lalu ia tinggal sendiri, orangnya tinggi kurus, lalu saya tanya,
“ada apa?”
“Ya, saya mengalami sesuatu yang aneh”.
“Kenapa? apa yg terjadi? kamu punya jimat?”
Dia bilang, “ya, saya punya jimat”. Dia sebutkan jimatnya apa
“Untuk apa?”
“Saya ingin tenang. Saya ingin tentram. Saya terlalu banyak diejek, ‘kurus-kurus-peang- peang”, kata dia. Saya bilang,
“tidak bisa, kalau untuk mencari ketenangan, kamu harus mengakui Tuhan. Dengan memegang iblis kamu menolak kekuasaan Allah”
“Yaaa… tapi kalau punya jimat itu, kalau saya diejek, maka kalau saya marah seperti ada macan dalam diri saya. Maka orang yang saya pukul bisa mental!”
Saya bilang, “tidak!” Lalu saya berangkat ke pastor Sukarno, saya bilang, “Pastor, ini ada anak yang pakai jimat”.
Dia bilang, “yaa… dia harus mengaku dosa. Dia harus mengakui kembali kekuasaan Allah baru bisa. Coba tanya anak itu, mau mengaku dosa atau tidak”.
Saya balik lagi, saya bicara, anak itu mau mengaku dosa. Lalu mengaku dosalah anak itu dan didoakan oleh Pastor Sukarno, terjadi upacara pengusiran. Lalu anak itu mulai hidup tenang, tentram, ada new normal dengan hidup dikuasai oleh Roh Kudus. Membebaskan diri dari kekuasaan gelap. Itulah suatu normalitas baru yang dijalankan anak itu.

Saudara saudari yang terkasih,
Pentakosta adalah suatu saat dan kesempatan rahmat dalam sejarah keselamatan yang membuat umat Allah memasuki jaman baru, new normal, dengan ciri dan cara baru sesuai dengan kehendak Allah. Dalam sejarahnya, Paskah Perjanjian Lama dihayati sebagai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir oleh Musa dan Pentakosta dihayati sebagai peristiwa bangsa Israel tiba di gurun Sinai dan menerima sepuluh perintah Allah yang tertera pada dua loh batu yang dibawa Musa dari gunung Sinai, yang ditandai oleh turunnya Allah dalam rupa api, seperti dikisahkan dalam Keluaran 19:18. Sejak saat itu bangsa Israel memasuki kehidupan baru sebagai bangsa yang hidup menurut sepuluh perintah Allah. Itulah normalitas baru yang harus dijalankan bangsa Israel hingga menjadi umat kesayangan Yahwe.
Paskah Perjanjian Baru dihayati sebagai penebusan, pembebasan manusia dari dosa oleh Yesus dan Pentakosta diimani sebagai peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul dalam rupa api dengan bunyi dan tiupan angin keras. Roh Kudus dicurahkan kepada para murid. Hukum Allah dipatrikan tidak lagi pada dua loh batu tetapi pada loh hati manusia. Sejak itu para rasul hidup dalam normalitas baru sebagai kelanjutan dari penciptaan baru oleh Yesus yang menghembuskan dan mengutus mereka, “terimalah Roh Kudus, sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu”. Menjadi rasul, utusan yang hanya mengandalkan Tuhan dan membaktikan diri untuk kepentingan dan perkembangan gereja adalah new normal sebagai saat dan kesempatan rahmat. Suatu khairos, orangnya sama, tetapi mindset, heartset, handset, moral and spiritualsetnya berubah karena hukum cinta telah dipatri Roh Kudus dalam hati, hingga mereka hidup dan berkarya dalam bahasa cinta.

Saudara saudari yang terkasih,
akhir-akhir ini setelah kita mengalami masa lockdown yang memprihatinkan, kita digembar gembor dengan konsep a new normal. Ada banyak reaksi, tetapi mari kita sambut new normal itu sebagai khairos. Dalam bahasa Yunani ada dua kata waktu, kronos itu waktu, hari ini, besok, kemarin, waktu, waktu. Sedangkan khairos itu adalah waktu ya saat kesempatan rahmat, yang harus segera disambut. Ketika tidak disambut, lewatlah rahmat itu. Orang bilang itu hoki, orang siap, kita sambut, itu rahmat. Khairos, maka new normal bisa menjadi khairos bagi kita, saat dan kesempatan rahmat untuk menjadikan hidup dan dunia kita lebih baik dari sebelumnya. Pandemik covid19 bisa menyadarkan kita bahwa di balik kemajuan dunia yang patut kita syukuri, ternyata ada hal-hal yang harus kita perbaiki. Kita diajak untuk menjadi lebih humanis dan ekologis bagi kesejahteraan bersama, serta tahu diri dan tahu batas, dengan hidup lebih rapi, bersih, sehat dan hemat, sebagai cerminan dari kehidupan yang baik, benar, santun dan kudus, yaitu kehidupan yang penuh hikmat yang membawa berkat dan selamat. New normal adalah kehidupan dengan perubahan pola pikir mindset tadi, sikap hati - heartset, cara kerja - handset, dan semangat moral serta penghayatan spiritual yang diperbaharui oleh Roh Kudus. Dari perspektif yang lebih egois jadi makin altruis, mengarahkan diri pada orang lain, dari orientasi individual menjadi makin solider dengan sesama, dari mengandalkan kehebatan manusia menjadi berserah diri pada kekuasaan Allah.
Mari kita sambut new normal dengan  semangat Pentakosta sebagai orang yang dicurahi oleh Roh Kudus, Roh Pembaharu dengan tujuh karuniaNya dengan aktivitas, kolektivitas, mentalitas, moralitas dan spiritualitas yang diperbaharui. Ingat nasihat Yesus, “tetapi anggur yang baru disimpan dalam kantung yang baru pula. Dan dengan demikian, terpeliharalah kedua-duanya. Sebab kalau disimpan di kantung yang lama dengan cara lama, akan koyaklah kantung dan terbuanglah anggur itu”.
Mari kita wujudkan perubahan pola pikir, sikap hati, cara kerja, jalan hidup kita dengan mengembangkan gagasan, kesadaran dan gerakan humanis dan ekologis, sebagai ungkapan iman dan syukur atas karunia Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita. Untuk hanya berbicara dan berbuat dalam bahasa cinta. Hidup sesuai dengan buah-buah Roh Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabararan, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri. Karunia itu sudah dicurahkan, apakah buah-buah itu sudah ada? Kalau buah-buah itu masih kecil, mari kita tumbuhkan. Kalau buah-buah itu sudah matang, mari kita bagikan.
Selamat Hari Raya Pentakosta.







No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...