Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Senin Prapaskah V 30 Maret 2020
Kapel Hati Kudus Yesus RS Boromeus
Bandung
Bacaan I Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62
Mazmur Tanggapan Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Bacaan Injil Yoh 8:1-11
Mazmur Tanggapan Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Bacaan Injil Yoh 8:1-11
Saudara saudari yang terkasih,
pada penutupan Tahun Luar Biasa Kerahiman
Allah, Sri Paus Fransiskus menerbitkan surat apostolik yang berjudul ‘Miseri Cordia et Misera’, belas kasih
dan penderitaan pada tanggal 20 November 2016. Judul tersebut diambil dari kata-kata
Santo Agustinus yang mengisahkan perjumpaan antara Yesus dan perempuan dalam Injil
Yohanes 8:1-11 yang kita dengar hari ini. Kata Sri Paus Fransiskus, “tidak dapat
ditemukan ungkapan kata yang lebih indah dan tepat untuk memahami misteri Allah,
ketika menyentuh si pendosa. Hanya tinggal dua kata, kesedihan dan belas kasih.
Betapa besar belas kasih dan keadilan Ilahi bersinar dalam kisah ini. Belas
kasih inilah yang menjadi jantung Gereja”. Tepat sekali ketika orang merasa
kawatir dan takut untuk tertular, kita harus menjaga diri, tetapi belas kasih haruslah
tetap kita upayakan sebagai tanda kehadiran Allah di tengah kita.
Saudara saudari yang terkasih,
beberapa Ahli Taurat dan orang Farisi
membawa seorang wanita berdosa kepada Yesus, yang sedang berada di Bait Allah.
Rumah Berkat di mana umat mendapatkan berkat. Mereka tahu, tapi tidak sungguh
menyadari bahwa Bait Allah adalah Rumah Allah, rumah belas kasih bukan rumah penghakiman.
Bait Allah bukanlah pengadilan, tetapi Rumah Berkat. Yesus tampil bukan sebagai Hakim tetapi
sebagai Imam yang menghadirkan Allah yang penuh belas kasih. Maka mereka salah
alamat karena berniat buruk, menghukum orang yang bersalah dan menjebloskan Yesus
yang saleh ke dalam kesalahan lain, yaitu turut menghakimi.
Menurut hukum Musa, memang orang yang
kedapatan berzinah harus dirajam. Yesus mau mengembalikan hukum Musa kepada
maksud aslinya, yaitu menghadirkan belas kasih Allah. Yesus dihadapkan pada dilema,
kalau ia menghukum, orang berkata, “masakan Guru bijaksana menyetujui kekerasan,
bahkan mungkin kematian, karena hukum rajam”.
Kalau tidak menghukum, “masakan Imam yang saleh mengabaikan hukum Musa”.
Yesus menantang mereka, barangsiapa di
antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia melemparkan batu kepada perempuan
itu yang pertama. Semua pergi, karena semua pernah berdosa. Rupanya hanya Yesus
yang berhak melemparkan batu karena ia tidak pernah berdosa. Wewenang bukan semata-mata
untuk menghakimi dan menghukum, tetapi juga untuk menunjukkan belas kasih Allah.
Memberi jalan dan harapan baru bagi mereka yang terpuruk, jatuh, gagal dan
berdosa. Yesus tidak membenarkan perbuatan dosa wanita itu. Dosa tetaplah dosa.
Kesalahan tetaplah kesalahan. Tetapi bagaimana Ia memberi kesempatan yang baru. Keadilan tanpa dibarengi dengan belas kasih,
akan menjadi penghukuman. Kebenaran tanpa dibarengi oleh pengampunan, akan
menjadi penghakiman. Maka Yesus berkata, “Akupun tidak menghukum engkau,
pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang ini”.
Saudara saudari yang terkasih,
lihatlah orang di sekeliling kita: keluarga,
sahabat, kenalan, kerabat, pasti ada kekurangan dan kelemahan. Bahkan mungkin
kesalahan, dosa, pernah gagal. Apa sikap kita terhadap mereka? Apakah kita
datang kepada Yesus, kepada Tuhan, bagaikan orang Farisi dan Ahli Taurat yang
meminta agar Yesus menghukum wanita yang kedapatan berzinah, seakan kita tidak
pernah berbuat salah? Kita memang tidak pernah boleh
membenarkan kesalahan, salah tetaplah salah. Tetapi apakah kita yang pernah
berdosa juga, berhak menghukum sesama tanpa belas kasih, tanpa memberi kesempatan
untuk hidup yang lebih baik?
Belas kasih, miseri cordia, kata yang sangat bagus. Berasal dari dua kata miseria, penderitaan, miserere dengan cor, cordis, belas kasih
terjadi, hati yang tersentuh oleh penderitaan seseorang. Hati yang mau berbagi dengan
mereka yang berada dalam penderitaan.
Siapa tahu, belas kasih kita menjadi harapan
dan jalan hidup baru bagi mereka yang bersalah. Belas kasih bukan hanya bagi mereka
yang bersalah, tetapi bagi mereka yang sungguh sekarang sedang membutuhkan hati,
belas kasih kita. Semoga kita menjadi pribadi belas kasih dan pengampunan, hingga
hidup kita menjadi tanda efektif dari karya belas kasih Allah.
No comments:
Post a Comment