Wednesday, May 6, 2020

31 Maret 2020 Selasa Prapaskah V

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Selasa Prapaskah V 31 Maret 2020
Kapel Mater Boni Consilli Supratman Bandung

video : Selasa Prapaskah V 31 Maret 2020

Biarlah Tuhan menjadi Nahkoda dunia ini

Bacaan I Bil 21:4-9
Mazmur Tanggapan Mzm 102:2-3.16-18.19-21
Bacaan Injil Yoh 8:21-30

Saudara saudari yang terkasih,
secara tidak sadar, kita pernah berkomentar yang menyakitkan orang lain seakan kita inilah yang paling pintar, benar dan suci. Waktu nonton bola kita berteriak, “tendang!” dan salah. Kita berkomentar, “dasar bodoh!” Komentar, seperti kita lebih pintar dari pemain bola. Waktu nonton bulutangkis, “smesh!” dan tidak smesh. Kalah. Kita berkata, “bloon!” Waktu nonton MotoGP kita berkata, “kepot! Kebut! Susul!” Tidak. Kalah. “Dasar pengecut!” Waktu pejabat negara dan petugas publik bertindak mengatasi wabah corona ini dengan kebijakan tertentu, ada yang berkomentar begini dan begitu, seakan-akan mereka itu tidak berpikir panjang dan tidak berusaha menyelamatkan rakyat. Walau demikian, syukurlah, lepas dari komentar-komentar tersebut, para pelayan publik ini masih melayani dengan sabar hingga saat ini.

Saudara saudari yang terkasih,
Musa berhadapan dengan umatnya yang dalam bahasa sunda, sakahayang maneh, maunya sendiri, punya pikirannya sendiri, punya jalannya sendiri. Seakan-akan mereka itu lebih bijaksana dari Musa dan lebih bijaksana dari Allah. Lebih berkuasa bahkan dari Allah hingga mereka menghujat Musa dan melecehkan Tuhan yang telah meminta Musa memimpin bangsanya. Seakan Musa itu hanya berpikiran sempit dan seolah Allah itu tidak punya rencana matang, hingga mereka berkata, “mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini?” Walau demikian Musa tetap sabar dan Allah tetap mengasihi umatNya hingga merekapun diselamatkan dari bahaya maut karena dipagut ular tedung.

Itulah juga situasi Yesus, Ia berhadapan dengan orang yang selalu komentar dan tidak percaya kepadaNya. Mereka berkomentar dan bertanya, tetapi tidak mau mendengarkan dan tidak mau mengerti apa yang Yesus sampaikan. Hingga Yesus agaknya mengalami, menurut istilah orang Tionghoa itu, bo hwat, terserah mau apa lagi. Maka kata Yesus, “apa gunanya lagi saya berkata, apa gunanya lagi saya bercerita dan berbicara?” Mungkin istilah Jawa itu mereka ndableg. Sekalipun demikian Yesus tetap mengajar, dan banyak orang percaya kepadaNya bahwa Ia adalah Tuhan. Karena Ia selalu berbuat apa yang berkenan kepada Allah.

Saudara saudari yang terkasih,
saat menyaksikan ada banyak orang yang mudah menghujat pejabat resmi, bahkan usul ini dan itu, padahal ia yang usul ini dan itu tak punya otoritas dan kapasitas resmi. Saya ingat akan Surat Gembala Prapaskah Uskup Bandung 2019 tentang sikap sok pintar, sok benar dan sok suci. Marilah kita menghormati dan memberi kesempatan kepada mereka yang mempunyai otoritas dan kapasitas resmi : pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, para ahli di bidangnya, TNI Polri serta pemimpin-pemimpin agama dan masyarakat untuk berbuat yang terbaik. Dengan rendah hati, marilah kita mengusahakan apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung kebijakan yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab demi kesejahteraan kita.

Wabah corona telah menyatukan kita semua, siapapun, seperti yang disampaikan Paus dalam Adorasi Ekaristi Jumat tengah malam yang lalu, kita telah menyadari bahwa kita berada di kapal yang sama. Kita semua rapuh dan tanpa arah, tetapi pada saat yang sama kita dipanggil semuanya untuk mendayung bersama. Setiap dari kita perlu menghibur satu sama lain. Kita juga telah menyadari bahwa kita tidak dapat terus memikirkan diri kita sendiri, tetapi hanya bersama-sama kita dapat menjalani ini.
Bayangkan saudara saudara, jika kita mendayung menurut kemauan kita masing-masing, perahu mungkin tidak bergerak, berputar-putar, mungkin juga malah tenggelam. Mari kita bergotong royong, mengikut arahan mereka yang mempunyai otoritas dan kapasitas resmi dalam wilayahnya masing-masing, dalam upaya menumpas wabah corona demi kesejahteraan bersama.

Biarlah Tuhan Allah menahkodai dunia ini. Mari memandang Tuhan Yesus yang disalib agar kita dibebaskan dari maut sebagaimana bangsa Israel dulu memandang ke salib sehingga mereka dibebaskan dari maut.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...