Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Hari Raya Kabar Sukacita 25 Maret 2020
Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan
Maria
Buah Batu Bandung
Bacaan I Yes 7:10-14;8:10
Mazmur Tanggapan Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11
Bacaan II Ibr 10:4-10
Bacaan Injil Luk 1:26-38
Saudara saudari yang terkasih,
orang bertanya masihkah ada orang yang
tulus zaman now ini? Segala sesuatu
mau dihitung agar untung berdasarkan hukum dagang dan dijual mahal walaupun dengan
tulisan besar: obral. Promo besar 90% hingga gratispun ternyata bertuliskan di
bawah : syarat dan ketentuan berlaku. Ketika kita apply kita tidak masuk dalam syarat dan ketentuannya. Selalu ada
biayanya. Orang bilang ada udang di balik batu. Ada daging di balik tumpukan
nasi. Semangat pamrih juga meresap dalam
kehidupan beragama. Apa imbalan saya, kalau saya berdoa dan melayani? Sukacita
kelahiran Yesus Sang Penebus terjadi, saat ada orang-orang seperti Yosef dan Maria
yang hidup tanpa pamrih, tulus tanpa akal bulus dan lapang dada tanpa tedeng
aling-aling, hingga mau dan mampu setia pada kehendak Allah.
Saudara saudari,
kemarin saya mendapat video yang
bertuliskan tentang para prajurit TNI tenaga medis yang akan ditugaskan ke rumah
sakit khusus penanganan covid19. Dan
dikatakan di situ bahwa mereka akan tinggal beberapa saat, meninggalkan rumah
tidak pulang. Pasti prajurit ini ketika mendengar kabar tentang itu ada yang
gundah. Mungkin kabar duka cita, harus meninggalkan keluarga, seperti maju ke
medan perang antara hidup dan mati. Apakah nanti akan tetap hidup ataukah bagaimana.
Dengan haru mereka bergandengan, berkumpul, bernyanyi: ‘hidup adalah kesempatan’.
Jikalau tak kuat lagi, hidup sudah menjadi berkah. Mereka tidak bertanya soal
mau atau tidak mau, tetapi panggilan dan kesetiaan yang mereka telah komitkan
sejak awal untuk setia kepada atasan, apa yang mereka tugaskan.
Saudara saudari yang terkasih,
hari ini disebut Hari Raya Kabar Sukacita.
Saat Maria menerima kabar Malaikat, Maria tidak menjawab mau atau tidak mau,
tetapi apa yang Tuhan kehendaki. Ternyata berita yang dibawa malaikat Gabriel
adalah sebuah warta duka cita untuk manusia biasa seperti Maria. Bagaimana mungkin
saya bisa mengubah rencana hidup dan menjalani sesuatu yang belum jelas bahkan
caranya aneh, mengandung dari Roh Kudus, akan menjadi bahan pergunjingan. Pasti
akan berat dan sarat perjuangan. Bagi Maria saat itu bisa jadi suatu dukacita. Dalam
iman, berita duka cita menjadi kesempatan rahmat dalam karya penyelamatan Allah.
Berita malaikat Gabriel menjadi kabar sukacita bagi dunia karena Maria menjawab,
“sesungguhnya aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Jawaban
itu mengungkapkan iman Maria dan bagaimana hatinya selalu tertuju kepada Allah.
Apa yang berat menjadi ringan dalam iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Apa yang
sulit menjadi gampang dalam penyerahan kepada Tuhan. Apa yang menyusahkan
menjadi menggembirakan dalam kepasrahan dan kepercayaan akan kuasa Allah. Kabar
duka cita menjadi kabar suka cita karena sukacita dunia, Yesus akan lahir.
Saudara saudari yang terkasih,
tokoh kunci lain yang memungkinkan
proses kelahiran adalah Yosef. Ia adalah pribadi yang tulus. Orang yang tulus
mengalami hidup sebagai berkah dan amanah. Kalau Allah menghendaki sesuatu, hidupnya akan
dipersembahkan pada Allah. Sekalianpun sulit, tidak sesuai dengan harapan,
keinginan, mimpi dan rencana. Dalam pergulatan batin karena mengetahui Maria
mengandung yang secara manusiawi berarti sebuah penyelewengan, Yosef tidak terpenjara
dengan dirinya. Tidak tenggelam dalam kepanikan dan kekawatiran serta
kejengkelannya, tapi terbuka kepada rencana Allah dan suara Ilahi. Dia tetap
tidur nyenyak bahkan hingga bermimpi. Sesuai dengan kehendak Ilahi, Yosef
mengambil Maria sebagai istri yang ternyata mengandung dari Roh Kudus. Yang
tulus akhirnya diganjar dengan anugerah luarbiasa. Yosef diperkenankan menjadi
ayah bagi Yesus. Orang tulus selalu berkata, “ini aku Tuhan, utuslah aku. Aku
milikMu, pakailah sesuai kehendakMu”.
Saudara saudari yang terkasih,
ketulusan menjadi barang langka, tidak
gampang orang mencari pribadi tulus jaman sekarang. Situasi saat ini memanggil
orang untuk bersikap tulus. Bermunculanlah orang-orang yang tulus. Berjuang
membantu melayani mereka yang membutuhkan, terutama yang sakit, orang dalam pengawasan,
pasien dalam pengawasan atau mereka yang terinfeksi, dengan resiko bahwa
dirinya juga terinfeksi. Kalau Allah menghendaki sesuatu pada orang tulus maka
hidupnya akan diarahkan sesuai dengan kehendak Allah.
Saudara saudari yang terkasih,
apa yang Allah kehendaki pada kita sekarang
ini. Marilah bersama dengan Maria kita menjawab - mungkin dalam ketakutan, dalam
kekawatiran, dalam situasi yang tidak jelas – “sesungguhnya aku ini adalah
hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu”. Semoga dengan begitu, hidup
kita, perkataan dan perbuatan kita, menjadi kabar sukacita bagi sesama. Mari
kita menjadi sumber dan kabar sukacita bagi sesama.
No comments:
Post a Comment