Wednesday, May 6, 2020

25 Maret 2020 Hari Raya Kabar Sukacita

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Hari Raya Kabar Sukacita 25 Maret 2020
Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria 
Buah Batu Bandung

video :Hari Raya Kabar Sukacita 25 Maret 2020

Hiduplah tanpa Pamrih

Bacaan I Yes 7:10-14;8:10
Mazmur Tanggapan Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11
Bacaan II Ibr 10:4-10
Bacaan Injil Luk 1:26-38

Saudara saudari yang terkasih,
orang bertanya masihkah ada orang yang tulus zaman now ini? Segala sesuatu mau dihitung agar untung berdasarkan hukum dagang dan dijual mahal walaupun dengan tulisan besar: obral. Promo besar 90% hingga gratispun ternyata bertuliskan di bawah : syarat dan ketentuan berlaku. Ketika kita apply kita tidak masuk dalam syarat dan ketentuannya. Selalu ada biayanya. Orang bilang ada udang di balik batu. Ada daging di balik tumpukan nasi. Semangat pamrih juga meresap dalam kehidupan beragama. Apa imbalan saya, kalau saya berdoa dan melayani? Sukacita kelahiran Yesus Sang Penebus terjadi, saat ada orang-orang seperti Yosef dan Maria yang hidup tanpa pamrih, tulus tanpa akal bulus dan lapang dada tanpa tedeng aling-aling, hingga mau dan mampu setia pada kehendak Allah.

Saudara saudari,
kemarin saya mendapat video yang bertuliskan tentang para prajurit TNI tenaga medis yang akan ditugaskan ke rumah sakit khusus penanganan covid19. Dan dikatakan di situ bahwa mereka akan tinggal beberapa saat, meninggalkan rumah tidak pulang. Pasti prajurit ini ketika mendengar kabar tentang itu ada yang gundah. Mungkin kabar duka cita, harus meninggalkan keluarga, seperti maju ke medan perang antara hidup dan mati. Apakah nanti akan tetap hidup ataukah bagaimana. Dengan haru mereka bergandengan, berkumpul, bernyanyi: ‘hidup adalah kesempatan’. Jikalau tak kuat lagi, hidup sudah menjadi berkah. Mereka tidak bertanya soal mau atau tidak mau, tetapi panggilan dan kesetiaan yang mereka telah komitkan sejak awal untuk setia kepada atasan, apa yang mereka tugaskan.

Saudara saudari yang terkasih,
hari ini disebut Hari Raya Kabar Sukacita. Saat Maria menerima kabar Malaikat, Maria tidak menjawab mau atau tidak mau, tetapi apa yang Tuhan kehendaki. Ternyata berita yang dibawa malaikat Gabriel adalah sebuah warta duka cita untuk manusia biasa seperti Maria. Bagaimana mungkin saya bisa mengubah rencana hidup dan menjalani sesuatu yang belum jelas bahkan caranya aneh, mengandung dari Roh Kudus, akan menjadi bahan pergunjingan. Pasti akan berat dan sarat perjuangan. Bagi Maria saat itu bisa jadi suatu dukacita. Dalam iman, berita duka cita menjadi kesempatan rahmat dalam karya penyelamatan Allah. Berita malaikat Gabriel menjadi kabar sukacita bagi dunia karena Maria menjawab, “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Jawaban itu mengungkapkan iman Maria dan bagaimana hatinya selalu tertuju kepada Allah. Apa yang berat menjadi ringan dalam iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Apa yang sulit menjadi gampang dalam penyerahan kepada Tuhan. Apa yang menyusahkan menjadi menggembirakan dalam kepasrahan dan kepercayaan akan kuasa Allah. Kabar duka cita menjadi kabar suka cita karena sukacita dunia, Yesus akan lahir.

Saudara saudari yang terkasih,
tokoh kunci lain yang memungkinkan proses kelahiran adalah Yosef. Ia adalah pribadi yang tulus. Orang yang tulus mengalami hidup sebagai berkah dan amanah. Kalau Allah  menghendaki sesuatu, hidupnya akan dipersembahkan pada Allah. Sekalianpun sulit, tidak sesuai dengan harapan, keinginan, mimpi dan rencana. Dalam pergulatan batin karena mengetahui Maria mengandung yang secara manusiawi berarti sebuah penyelewengan, Yosef tidak terpenjara dengan dirinya. Tidak tenggelam dalam kepanikan dan kekawatiran serta kejengkelannya, tapi terbuka kepada rencana Allah dan suara Ilahi. Dia tetap tidur nyenyak bahkan hingga bermimpi. Sesuai dengan kehendak Ilahi, Yosef mengambil Maria sebagai istri yang ternyata mengandung dari Roh Kudus. Yang tulus akhirnya diganjar dengan anugerah luarbiasa. Yosef diperkenankan menjadi ayah bagi Yesus. Orang tulus selalu berkata, “ini aku Tuhan, utuslah aku. Aku milikMu, pakailah sesuai kehendakMu”.

Saudara saudari yang terkasih,
ketulusan menjadi barang langka, tidak gampang orang mencari pribadi tulus jaman sekarang. Situasi saat ini memanggil orang untuk bersikap tulus. Bermunculanlah orang-orang yang tulus. Berjuang membantu melayani mereka yang membutuhkan, terutama yang sakit, orang dalam pengawasan, pasien dalam pengawasan atau mereka yang terinfeksi, dengan resiko bahwa dirinya juga terinfeksi. Kalau Allah menghendaki sesuatu pada orang tulus maka hidupnya akan diarahkan sesuai dengan kehendak Allah.

Saudara saudari yang terkasih,
apa yang Allah kehendaki pada kita sekarang ini. Marilah bersama dengan Maria kita menjawab - mungkin dalam ketakutan, dalam kekawatiran, dalam situasi yang tidak jelas – “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu”. Semoga dengan begitu, hidup kita, perkataan dan perbuatan kita, menjadi kabar sukacita bagi sesama. Mari kita menjadi sumber dan kabar sukacita bagi sesama.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...