Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Kamis Prapaskah IV 26 Maret 2020
Gereja Santa Maria Cikampek
Bacaan I Kel 32:7-14
Mazmur Tanggapan Mzm 196:19-20.21-22.23
Bacaan Injil Yoh 5:31-47
Mazmur Tanggapan Mzm 196:19-20.21-22.23
Bacaan Injil Yoh 5:31-47
Saudara saudari yang terkasih,
perintah pertama dari sepuluh perintah Allah
adalah: jangan menyembah berhala. Rupanya godaan menyembah berhala, yaitu
menjadikan sesuatu atau seseorang menjadi allah adalah gangguan paling mendasar
bagi umat beriman. Godaan ini biasanya datang pada saat manusia berada di dua
titik ekstrim yaitu kesuksesan gemilang yang dipahami sebagai hasil jerih payah
sendiri tanpa perlu bantuan Allah atau mengalami keterpurukan dahsyat seakan
ditinggal Allah walau sudah berdoa banyak. Reaksi pada dua situasi ekstrim ini,
manusia mengesampingkan Allah.
Saudara saudari yang terkasih,
dalam bacaan pertama, bangsa Israel
merasa ditinggalkan Allah karena pemimpin mereka yaitu Musa berada sekian lama
di atas gunung. Maka mereka membuat allah lain, anak lembu tuangan. Mereka
membuat berita bohong, hoax, bahwa
lembu itulah allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Umat termakan
hoax yang meyakinkan itu, hingga
mereka bersorak sorai dan menyembah allah yang adalah buatan tangan mereka
sendiri. Mereka berpikir seakan kesuksesan ada di tangan manusia. Mereka
menyangkal kuasa Allah dan melupakan berkat Allah yang menyertai mereka dan telah
memberikan kehidupan kepada mereka. Melihat kedegilan umatNya, Allah murka. Dalam
seketika sesungguhnya Ia bisa membinasakan umatNya. Namun Musa pemimpin
spiritual mereka memohon kepada Allah, seraya mengenang kodrat Allah yang sabar,
penuh belas kasih. Allah tidak pernah lupa dan tidak pernah lelah mengampuni
manusia. Yesus datang memberi kesaksian Allah yang murah hati dan penuh belas
kasih yang dikisahkan mulai dari Perjanjian Lama. Yesus adalah perwujudan
sempurna dari kasih Allah itu.
Saudara saudari yang terkasih,
keadaan akibat wabah corona saat ini adalah situasi ekstrim yang
rentan orang membuat hoax atau mudah
goyah imannya. Hingga orang gampang
bertanya, “di mana Allah? Mengapa Ia diam saja?” Seakan membiarkan covid19 mewabah. Situasi yang lebih ekstrim
dialami oleh mereka yang kehilangan orang yang dikasihinya karena wabah ini. Mungkin
hidup serasa ditinggalkan Tuhan. Padahal Allah tidak pernah meninggalkan kita. Ia
adalah Tuhan yang pernah mengalami penderitaan manusia dalam diri Yesus. Di
atas salib itu, Yesus berteriak, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?” Masakan Ia yang telah merasakan kesengsaraan manusia tidak tersentuh oleh
penderitaan kita. Tidak mendengar jeritan kita. Semoga kita dapat bertindak
seperti Musa, yang berdoa, yang mengingatkan kita satu sama lain akan belas
kasih Allah serta memohonkan kerahiman Allah. Sehingga tak seorangpun di antara
kita yang goyah kepercayaannya kepada Allah, yang hilang imannya.
Saudara saudari yang terkasih,
kalau daya virus corona saja begitu ditakuti, kuasa Allah yang menciptakan langit
bumi beserta isinya lebih dahsyat lagi. Kita disadarkan untuk kembali
mengandalkan Allah, menyingkirkan berhala dan mewujudkan kasih, perintah kasihNya.
Hanya dengan bergandengan tangan dengan semua orang, kita bisa memulihkan
keadaan. Marilah kita usahakan terus social
distancing untuk mengatasi penyebaran virus seraya mewujudkan social care and love untuk mengembangkan
persaudaraan sejati, melindungi sesama terutama yang rentan. Tanpa kasih
persaudaraan, social distancing bisa jatuh
menjadi social distrust, saling
curiga dan mencari selamat sendiri. Mari kita usahakan social distancing yang dibarengi fraternal solidarity, solidaritas satu sama lain. Karena seperti
lagu ‘jika ada cinta kasih, hadirlah Tuhan’. Di mana ada kasih, disitulah Allah
hadir. Mari kita hadirkan Allah di antara kita, di keluarga kita, di tempat
kerja, di lingkungan dan masyarakat kita.
No comments:
Post a Comment