Friday, May 8, 2020

23 April 2020 Kamis Paskah II


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Kamis Paskah II 23 April 2020
Kapel Maria Bunda Yesus 
Wisma Keuskupan Bandung



Bacaan I Kis 5:27-33
Mazmur Tanggapan Mzm 34:2.9.17-18.19-20
Bacaan Injil Yoh 3:31-36


Saudara saudari yang terkasih,
salah satu nilai yang dikejar oleh kita manusia adalah kebebasan. Baik secara negatif “bebas dari” maupun secara positif “bebas untuk” berbuat sesuatu. Kebebasan sering dikontraskan dengan ketaatan, Maka dalam kaul religius, seseorang menyerahkan kebebasannya kepada gereja melalui kaul ketaatan, yang dilakukannya dengan bebas dan sukacita. “Saya mau taat dengan rela dan sukacita”. Demikianlah para rasul secara positif menyerahkan kebebasannya kepada Allah. Karena yakin kalau taat kepada Allah mereka akan mendapatkan keselamatan jiwa yang dirindukan oleh manusia. Maka dengan berani mereka menantang mahkamah agama, “kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia”.

Ada satu cerita,
seorang ayah dan anaknya yang masih muda, remaja, hendak pergi ke pasar menjual keledai. Lalu ayahnya berkata, “nak silakan naik keledai”. Anaknya berkata, “tidak ayah, saya lebih suka berjalan dan sehat. Kita sampai ke pasar, jauh tidak apa-apa biar badan sehat”. Lalu berjalanlah anak dan ayah itu membawa keledai yang hendak dijual ke pasar. Melewati suatu kampung, orang-orang berbisik dan berkata, “Orang, ayah dan anak ini bodoh, kenapa anaknya tidak dinaikkan saja ke atas keledai? Bukankah keledai untuk membantu kita?” Ayah dan anaknya mendengar lalu berkata, “nak, naiklah ke atas keledai”. Lalu naiklah anak itu ke atas keledai. Melewati kampung lain, orang berkata, “lho anak kurang ajar! Ayah yang sudah mulai tua disuruh berjalan!” Mendengar itu akhirnya ayahnya naik ke atas keledai dan anaknya berjalan. Ketika berjalan lewat lagi lalu ada orang di kampung lain lagi berkata, “itu betul, ayah itu ya, tidak tahu diri, anak yang remaja kasihan berjalan sementara dia enak-enak!” Mendengar itu akhirnya mereka naik berdua di atas keledai. Masuk kampung lain lagi orang komentar, “dasar anak dan ayah tidak tahu diri! Kasihan binatang, kasihan keledai, masak keledai kecil itu ditunggangi oleh dua orang”. Mendengar itu, ayah dan anak itu turun dan akhirnya memanggul keledai itu sampai di pasar

Saudara saudari yang terkasih,
konteks Injil hari ini adalah kesaksian Yohanes Pembaptis, sebagai utusan yang taat kepada Allah. Persis ayat sebelum Injil ini dibacakan, pada Yohanes 3:30, Yohanes berkata : “Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil”. Dan kita ingat di dalam peristiwa ketika dalam pembaptisan, Yesus datang, Yohanes menolak untuk membaptis Yesus karena merasa tidak pantas. Tetapi Yesus berkata, “kita harus melaksanakan kehendak Allah”. Dan akhirnya Yesus pun dibaptis oleh Yohanes. Yohanes taat sebagai utusan mempersiapkan kedatangan Yesus. Maka ia berkata, “aku bukan Mesias, akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun, luruskanlah jalan Tuhan”. Banyak orang komentar kepada Yohanes begini dan begitu, banyak orang komentar sepotong-sepotong kepada Yesus, tapi  Yesus dan Yohanes tetap datang dan hidup untuk melaksanakan kehendak Allah. Ia mendengarkan Allah.

Yohanes mengajar bagaimana Yesus memberi kesaksian yang benar dalam Injil hari ini, tetapi orang tidak mau menerimaNya, tidak percaya, tidak taat kepadaNya. Yesus taat kepada rencana Ilahi sebagaimana merekajuga berdua taat kepada kehendak Allah. Karena Yesus menyadari bahwa hakekat dirinya adalah Putra Allah yang datang hanya untuk melaksanakan kehendak Allah.

Para rasul yang tadinya mencari selamat sendiri, maunya sendiri, mendengarkan diri sendiri bahkan meninggalkan Yesus di atas salib, mengalami perubahan diri total setelah kebangkitan Yesus. Mereka menyaksikan, bagaimana ketaatan Yesus kepada Allah berbuah kebangkitan, berbuah kehidupan yang selamat. Maka saat diminta untuk berhenti mengajar tentang Yesus yang bangkit, Petrus dan Yohanes tampil di hadapan para Imam Besar yang melarangnya untuk menyebut nama Yesus. “Mana yang lebih benar di hadapan Allah, taat kepada kamu atau taat kepada Allah?” Kita dengar bacaan ini beberapa hari yang lalu.

Saudara saudari yang terkasih,
siapa yang paling banyak kita dengarkan dan kita taati serta mana yang paling menyelamatkan?
Orang bisa berpendapat dan memberi nasehat, sayangnya mereka kadang tak tahu konteksnya, belum mengerti maksudnya, tak paham rencana dan tujuan keseluruhan yang dijalankan. Seperti dalam ilustrasi di atas, orang kampung ini hanya melihat satu episode ini, orang kampung lain melihat episode berikutnya, orang kampung lain lagi melihat episode lainnya. Tidak melihat sejak ayah dan anak itu berangkat sampai akhirnya pergi ke pasar. Demikian juga, kadang-kadang kita tidak tahu persis seluruh rencana orang tertentu. Tapi Allah, Allah tahu rencana seluruh hidup kita, mulai dari dalam kandungan, lahir, besar sampai kelak mati. Maka Ia tahu persis, kapan kita akan berakhir, dimana kita akan berakhir, maka Dialah yang paling layak kita dengarkan.

Kadang nasehat dan pendapat tak pas apalagi jika disampaikan dengan kurang pantas. Allah mengetahui seluruh hidup kita. Jadi kalau kita mendengarkan Allah dan taat kepadaNya, tentu tidak salah. Pasti selamat. Kita seringkali terpaku pada satu episode : duka, sukacita, susah, berhasil, gagal. Allah tahu seluruh episode, maka Allahlah yang pantas kita dengar.  Kita dihadapkan sekarang pada banyak pilihan, mana yang paling mau ditaati : mendengarkan keinginan badan karena letih lesu butuh resting atau refreshing atau kemauan sesama, sahabat, keluarga, tuntutannya, atau kehendak Allah? Ada iman, kepercayaan, ada komitmen, ada ketaatan.

Mari saudara saudari yang terkasih,
kita makin mendekatkan diri pada Allah agar kian mengenal suaraNya dan bebas taat kepadaNya. Yang bisa jadi didengar melalui sesama dan dialami melalui peristiwa. Saat-saat di rumah ini adalah kesempatan istimewa untuk makin dekat dengan Allah. Makin mendengarkan suara Allah. Bisa jadi ketaatan pada Allah membawa resiko. Ada pepatah : No Crown Without Cross, tidak ada mahkota tanpa salib.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...