Friday, May 8, 2020

24 April 2020 Jumat Paskah II


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Jumat Paskah II 24 April 2020
Kapel Maria Bunda Yesus 
Wisma Keuskupan Bandung



Bacaan I Kis 5:34-42
Mazmur Tanggapan Mzm 27:1.4.13-14
Bacaan Injil Yoh 6:1-15


Saudara saudari yang terkasih,
pada umumnya orang berusaha memenuhi kebutuhan sendiri sebelum ia mau dan mampu memberikan dan membagikan apa yang ia punyai. Jangankan  memberi atau membagikan  hati, budi, energi dan materi untuk sesama yang bukan kerabat dan sahabatnya, untuk diri saja kadang-kadang merasa kurang. Kita sering merasa tak cukup, padahal Allah memberi apa yang kita butuhkan meski mungkin bukan apa yang kita inginkan. Allah memberikan sesuatu kepada kita, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Maka tak heran kalau dimintai bantuan, ada orang yang menjawab, “maaf, saya belum bisa membantu. Karena untuk diri sendiri, untuk keluarga sendiri saja tak cukup. Jadi mohon maaf, bagaimana bisa membantu”. Maka suatu kampung yang sangat sederhana, ada warganya yang sakit dan harus dibawa ke rumah sakit, tidak mampu. Masing-masing keluarga berkata, ”kami tidak mungkin menyumbang untuk itu”. Tetapi ketika mereka dihimpun, tergerak hatinya oleh belas kasih, mereka menyumbang sedikit apa yang mereka punyai. Seluruh warga itu akhirnya bisa membiayai satu orang ke rumah sakit dan orang itu bisa selamat. Membantu sendiri mungkin tidak mampu, tapi membantu dengan banyak orang menjadi mampu.

Ketika merenungkan Injil hari ini, saya teringat juga rencana misa online ini sejak awal hanyalah satu bulan. Sampai tanggal 22 April. Tetapi sebelum tanggal 22 April sudah banyak yang kawatir. Ada yang meminta melalui Romo Sekretaris atau Romo Vikjen untuk diteruskan. Tapi di lain pihak ada juga beberapa orang yang memberi nasehat, entah apa maksudnya, pasti baik : “lebih baik Bapa Uskup tidak usah misa lagi online, diam di rumah, apalagi nanti masa PSBB”, “nanti kita digerebek, nanti kita malu, nanti kita viral”. Ada juga yang mengatakan, “jangan, jaga kesehatan! lebih baik istirahat saja selama ini”, “jangan lebih baik mereka disuruh berdoa sendiri-sendiri”. Tapi rupanya ada orang yang usul, ”bagaimana kalau kita coba di wisma keuskupan dengan HP saja yang sederhana, sementara kita mendukung program pemerintah, PSBB”. Akhirnya dengan HP satu yang biasa digunakan untuk satu orang, sekarang bisa disaksikan oleh ribuan orang, karena diberkati Tuhan. Karena ada belas kasih dan untuk itu pun harus berdoa mati-matian, “Tuhan, tolong supaya live streaming ini lancar”.

Saudara saudari yang terkasih,
gampang untuk mengatakan sudah selesai, dan itu paling gampang. Tetapi mungkin banyak orang yang juga meminta yang sederhana, rakyat yang membutuhkan sabda Tuhan. Yesus ingin tahu sejauh mana para murid peduli pada mereka yang mendengarkan dan mengikutiNya, rakyat biasa, umat yang tidak mengharapkan apa-apa, hanya mau mendengarkan Sabda Tuhan .
Kata Yesus, “di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Mungkin jawaban yang dinanti adalah, “baik Guru, kita usahakan, agar mereka semua dapat makan”, “tenang Guru, kami akan berusaha keras supaya ada makanan dan mereka kenyang, sehingga kehendak dan keinginan Guru dapat terlaksana”. Tetapi Filipus menjawab, “waduuuh… susah Guru, mahal, tidak mungkin. Lebih baik mereka disuruh pulang saja dan Guru beristirahat”. Andreas membuka jalan, “di sini ada seorang anak yang  mempunyai lima roti dan dua ikan, tetapi apakah artinya itu untuk semua orang sebanyak ini?” Rupanya Andreas pun pesimis, entah takut repot, entah takut apa dan mendukung Filipus bahwa mereka lebih baik disuruh pulang saja. Mereka belum memahami bahwa kalau ada belas kasih pasti ada jalan, karena dalam belas kasih tidak ada jalan buntu. Dalam belas kasih selalu ada harapan, yaitu kepercayaan bahwa Tuhan akan memberkati melalui usaha kita, melalui apa yang dipersembahkan. Saat mempersembahkan apa yang dipunyai dan menyerahkan pada Tuhan, untuk diberkati sebelum dibagikan, lima roti dan dua ikan ini menjadi sumber rejeki lebih dari lima ribu orang yang juga berdoa pada hari itu, “berilah rejeki kami pada hari ini”.
Di tangan Tuhan apa yang sedikit menjadi berkat, apa yang tidak cukup menjadi berlimpah. Yang penting adalah, bukan apa yang kita miliki, tetapi sejauh mana kita percaya kepada kemurahan Allah dan sejauh mana kita mempunyai belas kasih.

Saudara saudari yang terkasih,
sebuah ketapel, plintengan, di tangan saya hanyalah sebuah mainan. Tetapi di tangan Daud bisa mengalahkan musuh, menumbangkan Goliat. Dua ikan lima roti di tangan saya hanya akan menjadi sandwich ikan, tetapi di tangan Yesus bisa memberi makan ribuan orang. Paku dan kayu di tangan saya, hanya bisa membuat, mungkin kandang burung. Tetapi di tangan Yesus, salib, paku dan kayu menjadi salib yang menyelamatkan banyak orang, yang menyelamatkan kita semua. Sesuatu itu tergantung ada di tangan siapa dan untuk siapa dimanfaatkan.

Seratus juta rupiah di tangan seorang penjudi bisa lenyap seketika. Jangankan seratus juta, satu milyard pun bisa lenyap dalam waktu cepat. Seratus juta di tangan seorang pelancong cukup untuk biaya rekreasi ke Eropa. Seratus juta di tangan rentenir bisa menyengsarakan banyak keluarga. Tetapi seratus juta di tangan seorang donatur bisa menyelamatkan ribuan orang. Saya kemarin melihat program share the will yang dikatakan bagaimana mengakhiri kelaparan dunia, hanya dengan 50 sen, bisa menghidupi satu orang secara penuh, makanan sehat. Maka seratus juta di tangan mereka bisa memberi makan secara sehat 14.285 orang sehari. Kalau hidup kita diletakkan di tangan Allah dan diarahkan pada sesama, hidup kita akan berbuah baik. Karena segala sesuatu tergantung di tangan siapa berada. Semoga apa yang ada di tangan saudara, apa yang ada di tangan kita, sungguh dapat menjadi berkat pada siapapun. Mari kita letakkan apa yang kita miliki, apa yang kita punyai, kita letakkan hidup kita di tangan Allah. Karena segala sesuatu tergantung di tangan siapa ia, sesuatu itu, berada.


No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...