Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Rabu Paskah II 22 April 2020
Kapel Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Wisma Keuskupan Bandung
Video : Rabu Paskah II 22 April 2020
Bacaan I Kis 5:17-26
Mazmur Tanggapan Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Bacaan Injil Yoh 3:16-21
Saudara saudari yang terkasih
Hidup adalah sebuah pencaharian. Setiap
hari kita mencari sesuatu yang berharga dan berarti. Apa yang dicari dan apa yang
berharga berbeda-beda tergantung dari pandangan, pikiran dan keyakinan kita
masing-masing. Yang dicari kadang sungguh nyata dan bisa ditemukan, tetapi
kadang hanyalah sebuah impian.
Apa yang sungguh berharga bagi hidup
kita?
Kadang ada sesuatu yang kita anggap
berharga tetapi berbahaya untuk kebahagiaan hidup dan keselamatan jiwa. Kadang
ada sesuatu yang berbahaya untuk keselamatan kita tetapi justru mengena keselamatan jiwa yang sebenarnya kita butuhkan.
Allah mengutus PutraNya yang tunggal ke
dunia dengan risiko berbahaya : kematian, tetapi untuk keselamatan umat manusia.
Ada ilustrasi :
Di Afrika, konon, para pemburu monyet menggunakan
suatu cara yang khas. Mereka membuat jebakan dari buah kelapa, dibelah menjadi
dua, lalu bagian sisinya dilubangi, lalu dimasukkan jeruk yang kulitnya sudah
dibuka untuk menimbulkan aroma yang dapat dicium oleh kera. Jeruk dimasukkan ke
dalam buah kelapa yang telah dibelah, diikat, lalu lubangnya lebih kecil dari pada
jeruk sehingga jeruk tidak bisa keluar dari buah kelapa itu tetapi tangan
monyet atau kera bisa masuk ke lubang itu. Ketika menggenggam jeruk, waktu ditarik monyet
tidak dapat mengeluarkan tangannya.
Dan memang ada banyak monyet mendekati
kelapa-kelapa yang telah berisi jeruk itu karena mencium aroma, lalu melihat,
memasukkan tangannya ke dalam buah kelapa itu dengan senang menggenggam jeruk lalu ketika
hendak mengeluarkan jeruk ia tidak dapat.
Waktu para pemburu datang ia
meronta-ronta tetapi jeruknya ia tetap pegang sehingga ia tidak dapat lepas
dari pohon kelapa itu dan para penangkap/pemburu menangkapnya dengan jaring. Seandainya
monyet itu melepaskan tangannya dari jeruk itu maka sebetulnya mudah saja
monyet atau kera itu lolos dan melarikan diri.
Saudara saudari yang terkasih,
Allah mengutus Yesus ke dunia karena
manusia berada dalam situasi seperti kera di atas,
yaitu menyukai sesuatu yang berbahaya
bagi keselamatan jiwanya, menggenggamnya terus, tidak mau melepaskan.
Yesus datang membawa terang karena Ia
adalah Sang Terang itu tetapi manusia menyukai kegelapan karena tidak mau kalau
perbuatan gelapnya, sesuatu yang berbahaya bagi jiwanya diketahui bahkan
dilepaskan.
Manusia lebih suka menggenggam jeruknya daripada
menyelamatkan jiwanya. Agaknya lebih baik mati memegang jeruk daripada berada dalam
kegelapan daripada hidup dalam terang dalam pertobatan.
Itulah yang dikatakan oleh Yesus, “sebab
barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya
perbuatan-perbuatan jahat itu tidak tampak”. Perbuatan kegelapan dikontraskan
dengan hidup orang benar yang mencari Yesus Sang Terang. “Tetapi barangsiapa
melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatannya
dilakukan dalam Allah”. Itulah kehidupan para rasul, mereka memilih taat kepada
Allah hidup dalam terang agar jiwa selamat walaupun hidupnya beresiko. Ada semangat,
ada sukacita, ada kedamaian karena mengalami disertai oleh Allah melalui
tanda-tanda mukjizat. Mereka dibebaskan dari penjara secara ajaib oleh para
malaikat.
Saudara saudari yang terkasih,
ada banyak hal yang baik dan berharga
dalam hidup kita, yang kita miliki bahkan kita nikmati. Apakah yang baik dan
berharga itu juga memberi kesematan jiwa? Membuat kita menjadi anak-anak terang
yang hidup dalam kebenaran. Ataukah yang berharga itu justru berbahaya bagi
keselamatan jiwa?
Hobi itu baik tetapi ada hobi yang
berbahaya. Kesenangan itu bagus tetapi ada yang membawa maut. Persahabatan itu
luhur tetapi ada persahabatan yang menghancurkan hidup, menghancurkan keluarga,
mengganggu komunitas. Pekerjaan itu mencerminkan martabat manusia tetapi ada
pekerjaan yang mendatangkan malapetaka.
Apakah yang ‘berharga’ tetapi berbahaya
itu adalah jeruk kita yang kita nikmati, bisa membahayakan hidup kita? Kita
rela lepaskan ataukah kita keukeuh menggenggamnya? Walaupun akan kehilangan nyawa. Walaupun akan kehilangan yang
jauh lebih berharga : keluarga, komunitas atau hidup kita.
Hari ini kita diajak merenungkan:
Mari kita lepaskan jeruk-jeruk kita yang
berbahaya agar kita dapat hidup dalam terang dan kebenaran. Sebagai anak-anak
terang. Sehingga kita sungguh mengalami damai dan sejahtera.
No comments:
Post a Comment