Friday, May 8, 2020

22 April 2020 Rabu Paskah II


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Rabu Paskah II 22 April 2020
Kapel Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung




Bacaan I Kis 5:17-26
Mazmur Tanggapan Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Bacaan Injil Yoh 3:16-21


Saudara saudari yang terkasih
Hidup adalah sebuah pencaharian. Setiap hari kita mencari sesuatu yang berharga dan berarti. Apa yang dicari dan apa yang berharga berbeda-beda tergantung dari pandangan, pikiran dan keyakinan kita masing-masing. Yang dicari kadang sungguh nyata dan bisa ditemukan, tetapi kadang hanyalah sebuah impian.
Apa yang sungguh berharga bagi hidup kita?
Kadang ada sesuatu yang kita anggap berharga tetapi berbahaya untuk kebahagiaan hidup dan keselamatan jiwa. Kadang ada sesuatu yang berbahaya untuk keselamatan kita tetapi justru mengena keselamatan jiwa yang sebenarnya kita butuhkan.
Allah mengutus PutraNya yang tunggal ke dunia dengan risiko berbahaya : kematian, tetapi untuk keselamatan umat manusia.

Ada ilustrasi :
Di Afrika, konon, para pemburu monyet menggunakan suatu cara yang khas. Mereka membuat jebakan dari buah kelapa, dibelah menjadi dua, lalu bagian sisinya dilubangi, lalu dimasukkan jeruk yang kulitnya sudah dibuka untuk menimbulkan aroma yang dapat dicium oleh kera. Jeruk dimasukkan ke dalam buah kelapa yang telah dibelah, diikat, lalu lubangnya lebih kecil dari pada jeruk sehingga jeruk tidak bisa keluar dari buah kelapa itu tetapi tangan monyet atau kera bisa masuk ke lubang  itu. Ketika menggenggam jeruk, waktu ditarik monyet tidak dapat mengeluarkan tangannya.
Dan memang ada banyak monyet mendekati kelapa-kelapa yang telah berisi jeruk itu karena mencium aroma, lalu melihat, memasukkan tangannya ke dalam buah kelapa itu  dengan senang menggenggam jeruk lalu ketika hendak mengeluarkan jeruk ia tidak dapat.
Waktu para pemburu datang ia meronta-ronta tetapi jeruknya ia tetap pegang sehingga ia tidak dapat lepas dari pohon kelapa itu dan para penangkap/pemburu menangkapnya dengan jaring. Seandainya monyet itu melepaskan tangannya dari jeruk itu maka sebetulnya mudah saja monyet atau kera itu lolos dan melarikan diri.

Saudara saudari yang terkasih,
Allah mengutus Yesus ke dunia karena manusia berada dalam situasi seperti kera di atas,
yaitu menyukai sesuatu yang berbahaya bagi keselamatan jiwanya, menggenggamnya terus, tidak mau melepaskan.
Yesus datang membawa terang karena Ia adalah Sang Terang itu tetapi manusia menyukai kegelapan karena tidak mau kalau perbuatan gelapnya, sesuatu yang berbahaya bagi jiwanya diketahui bahkan dilepaskan.
Manusia lebih suka menggenggam jeruknya daripada menyelamatkan jiwanya. Agaknya lebih baik mati memegang jeruk daripada berada dalam kegelapan daripada hidup dalam terang dalam pertobatan.

Itulah yang dikatakan oleh Yesus, “sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatan jahat itu tidak tampak”. Perbuatan kegelapan dikontraskan dengan hidup orang benar yang mencari Yesus Sang Terang. “Tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah”. Itulah kehidupan para rasul, mereka memilih taat kepada Allah hidup dalam terang agar jiwa selamat walaupun hidupnya beresiko. Ada semangat, ada sukacita, ada kedamaian karena mengalami disertai oleh Allah melalui tanda-tanda mukjizat. Mereka dibebaskan dari penjara secara ajaib oleh para malaikat.

Saudara saudari yang terkasih,
ada banyak hal yang baik dan berharga dalam hidup kita, yang kita miliki bahkan kita nikmati. Apakah yang baik dan berharga itu juga memberi kesematan jiwa? Membuat kita menjadi anak-anak terang yang hidup dalam kebenaran. Ataukah yang berharga itu justru berbahaya bagi keselamatan jiwa?
Hobi itu baik tetapi ada hobi yang berbahaya. Kesenangan itu bagus tetapi ada yang membawa maut. Persahabatan itu luhur tetapi ada persahabatan yang menghancurkan hidup, menghancurkan keluarga, mengganggu komunitas. Pekerjaan itu mencerminkan martabat manusia tetapi ada pekerjaan yang mendatangkan malapetaka.
Apakah yang ‘berharga’ tetapi berbahaya itu adalah jeruk kita yang kita nikmati, bisa membahayakan hidup kita? Kita rela lepaskan ataukah kita keukeuh menggenggamnya? Walaupun akan  kehilangan nyawa. Walaupun akan kehilangan yang jauh lebih berharga : keluarga, komunitas atau hidup kita.

Hari ini kita diajak merenungkan:
Mari kita lepaskan jeruk-jeruk kita yang berbahaya agar kita dapat hidup dalam terang dan kebenaran. Sebagai anak-anak terang. Sehingga kita sungguh mengalami damai dan sejahtera.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...