Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Sabtu Paskah IV 9 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan
Bandung
Video : Sabtu Paskah IV 9 Mei 2020
Bacaan I Kis 13:44-52
Mazmur Tanggapan Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4
Bacaan Injil Yoh 14:7-14
Saudara saudari yang terkasih,
kita kadang mengikuti seminar, kursus, pendalaman
iman dan Kitab Suci, renungan dan ibadat serta rekoleksi dan retret. Tak jarang
kita kagum akan materi yang diberikan, terpukau pada metode yang digunakan dan
terkesima oleh kesaksian yang disampaikan hingga kita percaya pada apa yang
diajarkan dan dianjurkan. Dari sana kita membuat niat dan kiat untuk berobat
dan bertobat lebih lanjut dengan memperbaiki diri, meningkatkan kemampuan dan
menambah pelayanan serta memperbanyak doa. Ada yang berhasil tetapi ada juga yang
bertahan beberapa hari saja, bahkan ada yang tak sempat berubah karena kembali
kepada rutinitas yang sama. Itulah orang yang mentalitas tomat, pergi bertobat
pulang kumat kembali.
Itu ibarat orang yang hendak ke gereja,
suami istri, karena suami terlambat bangun, dimarah. Lalu sudah terlambat, di
kamar mandi lama, lalu istri dandan agak panjang sehingga terlambat. Mau ke Gereja
di jalan ribut, sampai di depan Gereja masih ribut. Lalu suami bilang, “sudah
diam dulu, kita berdoa dulu ke Gereja!” Di Gereja mendengarkan Sabda: baik…
baik… Sabda. Lalu setelah pulang berkata mereka, “wah Sabda Allah bagus ya tadi!
Wah diuraikan bagus kotbah!” Setelah di jalan, lalu, “mari kita lanjutkan lagi
tadi”. Jadi apa yang disampaikan dengan apa yang setelahnya tidak ada nyambung,
tidak ada tindak lanjut.
Ada seorang yang hobinya juga ikut
seminar bergengsi dengan pembicara kelas nasional bahkan internasional. Ia
heran, mengapa tidak ada efek dalam dirinya, padahal ia begitu percaya pada apa
yang didengar dan diajarkan, kok tidak ada yang berubah, kecuali saldo tabungan
makin berkurang untuk membayar seminar setiap kali. Lalu harus apa? Ternyata
kepercayaan saja tidak cukup, kagum saja tidak memadai, tetapi harus ada tindak
lanjutnya, perbuatan apa setelah itu, apakah ada tobat yang sungguh-sungguh
membawa berkat?
Itulah yang diajarkan oleh Yesus pada
para muridNya. Yesus menyatakan diri sebagai pribadi yang sehakekat dengan Bapa.
“Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”. Ia dan Bapa adalah dua
pribadi yang berbeda, tetapi satu hakekat. Tak seorangpun dapat melihat Bapa,
tetapi Ia mengutus PutraNya Yang Tunggal, Yesus, menjadi manusia, hingga juga
memiliki hakekat manusia. Yesus memiliki hakekat Allah dan hakekat manusia,
agar hakekat IlahiNya dapat ditangkap oleh indera manusia. Dengan pengajaran
ini Yesus mewartakan Allah yang begitu dekat dengan manusia, Allah yang dapat
disentuh secara fisik, Allah yang karyaNya sungguh dialami dan mudah dipahami manusia,
seperti tampak dalam Yesus yang memiliki dua kodrat tadi, kodrat Ilahi dan
kodrat manusiawi.
Ajaran dan anjuran tentang kasih sangat
jelas, di mana Ia selalu berkeliling dan berbuat baik. Maka siapa yang percaya kepada Yesus, dalam
sikap tobat yang membawa berkat bukan tomat, tobat lalu kumat lagi, pasti
melakukan pekerjaan yang Ia lakukan. Mereka yang meneruskan karya Yesus sebagai
pendengar yang percaya dan pelaku yang peduli akan Sabda Allah, akan mendapat
berkat, doanya didengarkan. Itulah dinamika pertobatan yang diajarkan oleh Yesus:
mendengar, percaya, berkarya melakukan apa yang dikatakan oleh Yesus sebagai
buah dari kepercayaan itu dan mendapat berkat dari perbuatan itu.
Saudara saudari yang terkasih,
kini secara rutin kita
mungkin lebih banyak membaca Kitab Suci dan mendengarkan Sabda Allah serta renungannya
melalui beberapa kegiatan: doa Rosario, Novena, Ibadat, Ekaristi, yang
dilakukan semuanya secara daring. Kita sering menemukan sesuatu yang baik,
menggugah bahkan menggugat kita, bahkan juga mungkin menyentak dan membentak
kita untuk bertobat. Berkata: “bagus! Luar biasa! Puji Tuhan! Saya ikut! saja tidak
cukup, itu baru tahap percaya, apa tindakan kongkritnya? Apa kelanjutannya? Orang
bilang, apa follow upnya?
Marilah kita percaya
pada Sabda Tuhan, bertindak sebagai anak-anak Tuhan yang melakukan apa yang
telah Yesus kerjakan, sebagai buah kepercayaan kita kepadaNya dan barulah kita
berharap mendapatkan berkat seperti yang Yesus janjikan: “jika kamu meminta
sesuatu kepadaKu, dalam namaKu, Aku akan melakukannya”. Orang yang percaya dan
melakukan pekerjaan Tuhan, tak akan sembarang minta pada Tuhan, tetapi hanya
memohon apa yang berkenan pada Tuhan dan Tuhan akan mengabulkannya.
No comments:
Post a Comment