Wednesday, May 6, 2020

24 Maret 2020 Selasa Prapaskah IV Th A/II

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Selasa Prapaskah IV 24 Maret 2020
Gereja Santo Ignatius Cimahi

video : Selasa Prapaskah IV 24 Maret 2020

Tuhan Mengabulkan Doa Kita dengan CaraNya

Bacaan I Yeh 47:1-9.12
Mazmur Tanggapan Mzm 46:2-3.5-6.8-9
Bacaan Injil Yoh 5:1-16


Saudara saudari yang terkasih,

saat ini banyak orang mengalami masalah, entah fisik, psikis, sosial, finansial ataupun spiritual. Tanggapannya bermacam-macam, ada yg mau berusaha pulih, sembuh, tetapi ada juga yang duduk diam atau berbaring tanpa asa dan menanti tanpa usaha malah menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan Tuhan seolah Allah tidak mendengarkan doa permohonannya. Inisiatif kesembuhan dalam Injil hari ini datang dari Yesus yang mendekati si sakit. “Maukah engkau sembuh?” Yesus meminta orang tersebut meninggalkan tilam di mana ia berbaring sakit, “bangunlah! Angkatlah tilammu! Berjalanlah!”



Saudara saudari yang terkasih,
di Palestina ada dua danau besar, danau Galilea dan danau Laut Mati. Persamaan kedua danau tersebut mendapat air dari sumber yang sama yaitu sungai Yordan. Perbedaannya adalah, danau Galilea sangat indah yang dikelilingi oleh tumbuh-tumbuhan, berbagai jenis tanaman dan banyak orang bermukim di sekitarnya dan di dalam danau tersebut ada banyak ikan, jenis hewan air yang hidup dan berkembang. Sebaliknya danau Laut Mati adalah tempat yang tidak bisa ditinggali, tak ada tumbuhan dan spesies yang dapat hidup di dalamnya maupun di sekeliling Laut Mati karena kadar garamnya begitu tinggi. Danau Galilea menerima dan memberi, danau Galilea meneruskan air danau Yordan ke danau lain. Sedangkan Laut Mati menerima dan menyimpan untuk dirinya sendiri. Air yang masuk ke Laut Mati tidak pernah keluar lagi.

Saudara saudari yang terkasih,
kehidupan bagaikan dialiri air danau Galilea itu digambarkan Yeheskiel : Bait Allah menjadi sumber berkat, kehidupan tumbuh berkat air yang mengalir dari Bait Allah. Air itulah yang menjadi sarana berkat Allah. Segala sesuatu yang diberkati Allah dilewati oleh air itu, tumbuh berkembang dan berbuah berlimpah. Demikianlah umat Allah diberi berkat agar hidup sebagai berkat bagi sesama. Yesus yang adalah wajah Allah yang sempurna. Dalam diri Yesus kasih Allah hadir di dunia, membawa damai sejahtera. Dialah bait Allah sejati yang mengalirkan berkat bagi manusia. Ia menghampiri orang-orang sakit yang membutuhkan berkat di serambi bait Allah. Yesus memberikan berkatNya pada orang yang menanti mukjizat selama 38 tahun. Si lumpuh bukannya tidak mau berusaha, tetapi kalah bersaing. Diyakini pada waktu itu kalau ada malaikat, air bergolak, siapa yang menceburkan diri pertama ke dalam kolam itu sembuh. Ketika ia berusaha sudah ada orang lain yang mendahului. Ia tidak berdaya. Ia tidak ada yang membantu selama 38 tahun. Ia menantikan kesembuhan. Yesus datang dan bertanya, “maukah engkau sembuh?” Ia menjawab mau setelah bercerita agak panjang. Ia disembuhkan seketika oleh Yesus walau ia tidak meminta. Tapi ada kerinduan yang dalam. Ia disembuhkan oleh Allah. Allah memberikan berkat pada siapapun dan kapanpun. Tindakan bela rasa penyelamatan melampaui hukum Sabat.

Saudara saudari yang terkasih,
tidak ada hari libur atau hari cuti bagi belas kasih Allah. Paus Fransiskus menggambarkan belas kasih itu sebagai gerakan dari mata, melihat, turun ke kaki bergerak, setelah hati seseorang tersentuh. Ia tidak hanya berkata melihat sampai di hati, “oh, kasihan”, itu simpati. Belas kasih melihat-tersentuh-kaki bergerak untuk menolong dan membantu. Yesus tersentuh oleh penderitaan manusia, maka ia menyentuh si sakit hingga sembuh sekalipun hari itu adalah hari Sabat. Tidak ada kata cuti atau dirumahkan bagi karya belas kasih. Yesus bersabda, “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga”. Siapa tahu hari ini, pada hari ini, saudara didatangi oleh Yesus dan ditanya oleh Yesus, “maukah engkau sembuh?”

Kalau Yesus bekerja hingga sekarang, demikianlah kita anak-anakNya, murid-muridNya bekerja juga hingga saat ini. Tak ada kata libur bagi karya belas kasih. Marilah di manapun juga, ketika kita ada bela rasa, kita bisa melakukan karya-karya belas kasih di manapun sekalipun kita ada di rumah. Marilah kita berinisiatif melakukan tindakan belas kasih kepada mereka yang membutuhkan bantuan seperti orang buta di tepi kolam Betesda karena ketidak berdayaan. Bagi kita yang memiliki hati, budi dan waktu, mari kita doakan mereka yang membutuhkan. Bagi mereka yang masih bisa bekerja, bekerjalah sekalipun di rumah, bagi mereka yang bisa berbagi, berbagilah karena banyak orang yang menantikan belas kasih dan bela rasa kita. Semoga kita menjadi berkat bagi sesama, mulai dari keluarga, gereja dan bangsa. Tidak ada kata libur bagi belas kasih dan tindakan bela rasa. Demikianlah tidak ada kata libur bagi kita untuk mendoakan orang lain. Bersama para Pastor di paroki Cimahi, bersama dengan para Imam di seluruh Keuskupan Bandung dan di manapun, kita berdoa bagi semua orang yang membutuhkan dukungan spiritual.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...