Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Selasa Prapaskah IV 24 Maret 2020
Gereja Santo Ignatius Cimahi
Mazmur Tanggapan Mzm 46:2-3.5-6.8-9
Bacaan Injil Yoh 5:1-16
Saudara saudari yang terkasih,
saat ini banyak orang mengalami masalah,
entah fisik, psikis, sosial, finansial ataupun spiritual. Tanggapannya bermacam-macam,
ada yg mau berusaha pulih, sembuh, tetapi ada juga yang duduk diam atau berbaring
tanpa asa dan menanti tanpa usaha malah menyalahkan orang lain atau bahkan
menyalahkan Tuhan seolah Allah tidak mendengarkan doa permohonannya. Inisiatif kesembuhan dalam Injil hari
ini datang dari Yesus yang mendekati si sakit. “Maukah engkau sembuh?” Yesus
meminta orang tersebut meninggalkan tilam di mana ia berbaring sakit,
“bangunlah! Angkatlah tilammu! Berjalanlah!”
Saudara saudari yang terkasih,
di Palestina ada dua danau besar, danau Galilea
dan danau Laut Mati. Persamaan kedua danau tersebut mendapat air dari sumber yang
sama yaitu sungai Yordan. Perbedaannya adalah, danau Galilea sangat indah yang
dikelilingi oleh tumbuh-tumbuhan, berbagai jenis tanaman dan banyak orang
bermukim di sekitarnya dan di dalam danau tersebut ada banyak ikan, jenis hewan
air yang hidup dan berkembang. Sebaliknya danau Laut Mati adalah tempat yang tidak
bisa ditinggali, tak ada tumbuhan dan spesies yang dapat hidup di dalamnya
maupun di sekeliling Laut Mati karena kadar garamnya begitu tinggi. Danau Galilea
menerima dan memberi, danau Galilea meneruskan air danau Yordan ke danau lain.
Sedangkan Laut Mati menerima dan menyimpan untuk dirinya sendiri. Air yang masuk
ke Laut Mati tidak pernah keluar lagi.
Saudara saudari yang terkasih,
kehidupan bagaikan dialiri air danau Galilea
itu digambarkan Yeheskiel : Bait Allah menjadi sumber berkat, kehidupan tumbuh
berkat air yang mengalir dari Bait Allah. Air itulah yang menjadi sarana berkat
Allah. Segala sesuatu yang diberkati Allah dilewati oleh air itu, tumbuh
berkembang dan berbuah berlimpah. Demikianlah umat Allah diberi berkat agar
hidup sebagai berkat bagi sesama. Yesus yang adalah wajah Allah yang sempurna. Dalam
diri Yesus kasih Allah hadir di dunia, membawa damai sejahtera. Dialah bait Allah
sejati yang mengalirkan berkat bagi manusia. Ia menghampiri orang-orang sakit yang
membutuhkan berkat di serambi bait Allah. Yesus memberikan berkatNya pada orang
yang menanti mukjizat selama 38 tahun. Si lumpuh bukannya tidak mau berusaha,
tetapi kalah bersaing. Diyakini pada waktu itu kalau ada malaikat, air bergolak,
siapa yang menceburkan diri pertama ke dalam kolam itu sembuh. Ketika ia
berusaha sudah ada orang lain yang mendahului. Ia tidak berdaya. Ia tidak ada yang
membantu selama 38 tahun. Ia menantikan kesembuhan. Yesus datang dan bertanya,
“maukah engkau sembuh?” Ia menjawab mau setelah bercerita agak panjang. Ia
disembuhkan seketika oleh Yesus walau ia tidak meminta. Tapi ada kerinduan yang
dalam. Ia disembuhkan oleh Allah. Allah memberikan berkat pada siapapun dan
kapanpun. Tindakan bela rasa penyelamatan melampaui hukum Sabat.
Saudara saudari yang terkasih,
tidak ada hari libur atau hari cuti bagi
belas kasih Allah. Paus Fransiskus menggambarkan belas kasih itu sebagai
gerakan dari mata, melihat, turun ke kaki bergerak, setelah hati seseorang
tersentuh. Ia tidak hanya berkata melihat sampai di hati, “oh, kasihan”, itu
simpati. Belas kasih melihat-tersentuh-kaki bergerak untuk menolong dan
membantu. Yesus tersentuh oleh penderitaan manusia, maka ia menyentuh si sakit
hingga sembuh sekalipun hari itu adalah hari Sabat. Tidak ada kata cuti atau
dirumahkan bagi karya belas kasih. Yesus bersabda, “BapaKu bekerja sampai
sekarang, maka Akupun bekerja juga”. Siapa tahu hari ini, pada hari ini, saudara
didatangi oleh Yesus dan ditanya oleh Yesus, “maukah engkau sembuh?”
Kalau Yesus bekerja hingga sekarang, demikianlah
kita anak-anakNya, murid-muridNya bekerja juga hingga saat ini. Tak ada kata libur
bagi karya belas kasih. Marilah di manapun juga, ketika kita ada bela rasa,
kita bisa melakukan karya-karya belas kasih di manapun sekalipun kita ada di
rumah. Marilah kita berinisiatif melakukan tindakan belas kasih kepada mereka
yang membutuhkan bantuan seperti orang buta di tepi kolam Betesda karena
ketidak berdayaan. Bagi kita yang memiliki hati, budi dan waktu, mari kita
doakan mereka yang membutuhkan. Bagi mereka yang masih bisa bekerja, bekerjalah
sekalipun di rumah, bagi mereka yang bisa berbagi, berbagilah karena banyak orang
yang menantikan belas kasih dan bela rasa kita. Semoga kita menjadi berkat bagi
sesama, mulai dari keluarga, gereja dan bangsa. Tidak ada kata libur bagi belas
kasih dan tindakan bela rasa. Demikianlah tidak ada kata libur bagi kita untuk
mendoakan orang lain. Bersama para Pastor di paroki Cimahi, bersama dengan para
Imam di seluruh Keuskupan Bandung dan di manapun, kita berdoa bagi semua orang
yang membutuhkan dukungan spiritual.
No comments:
Post a Comment