Thursday, June 4, 2020

4 Juni 2020 Kamis Pekan Biasa IX


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Kamis Pekan Biasa IX 4 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung


Bacaan I 2 Tim 2:8-15
Mazmur Tanggapan Mzm 25:4bc-5ab.8-9.10.14
Bacaan Injil Mrk 12:28-34

Saudara saudari yang terkasih,
kita mengenal istilah hukum rimba yaitu aturan yang diterapkan binatang di hutan dengan prinsip, siapa kuat dia yang menang. Di situ yang berlaku adalah kehebatan fisik, ketajaman taring, kekuatan otot dalam menghadapi lawan dengan tiada belas kasih sampai musuh tak berkutik bahkan hingga tewas. Itulah hukum tak beradab di antara binatang hutan. Sayangnya relasi manusia dengan sesama pun kadang dipengaruhi oleh hukum rimba. Ada orang yang tega memperlakukan sesama dengan kejam, bagaikan menendang binatang dan melempar barang, entah dengan perkataan dan perbuatan. Satu ahli Taurat mau menjebak Yesus dengan pertanyaan tentang hukum utama yang berlaku bagi manusia, sementara mereka mempraktekkan hukum rimba. Bagi Yesus jelas, kasih adalah hukum bagi manusia, barangsiapa tidak melaksanakan hukum kasih akan jatuh pada hukum rimba.

Saudara saudari yang terkasih,
pernah saya membaca di suatu koran, lama beberapa tahun yang lalu, seorang tokoh nasional yang giat memperjuangkan kemanusiaan ternyata didakwa karena menyiksa pembantu rumah tangganya dengan kejam, memukulnya dengan besi dan menyetrika dengan panas, sangat tragis! Tahu tentang kemanusiaan, tetapi tidak mempraktikkan dengan sungguh.
Dalam agama Yahudi saudara saudari, ada 613 hukum. Para pemimpin Yahudi, apalagi ahli Taurat, tahu hukum yang paling benar mana, tetapi mereka mengajarkan tidak konsisten, tergantung mana yang menguntungkan. Kalau yang bertanya ini, dijawab itu, kalau bertanya yang kelompok ini dijawab lain, tergantung mana yang menguntungkan dan mana yang menyenangkan. Mereka rela dan tega menjualbelikan kebenaran padahal mereka menjadi orientasi hukum pada waktu itu. Orang bertanya kepada kelompok ini tetapi mereka mempermainkan hukum. Kini mereka mau menjebak Yesus, yang diwakili oleh satu orang, tetapi Yesus menjawab dengan benar, apa yang paling penting dalam hukum Taurat yaitu kasih. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama seperti pada diri sendiri adalah hukum mutlak bagi bangsa terpilih, yang tanpanya orang tidak patut masuk dalam kelompok umat Allah. Ahli Taurat itu tak berkutik, karena sering mempraktikkan hukum rimba bukan hukum kasih. Segala aturan seharusnya bersumber pada pernyataan iman pada Allah dan pelayanan kasih pada sesama yang dibuktikan dengan pemeliharaan diri sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi kasih. Praktek hukum rimba terjadi karena orang tak sungguh mengasihi Allah, mencintai sesama dan memelihara diri sendiri. Bagaimana mungkin orang akan mengasihi Allah yang tidak kelihatan, kalau ia sendiri tidak mengasihi sesama yang kelihatan yang ada di depannya. Rasul Yohanes dalam suratnya mengatakan, orang demikian adalah pembohong. Bagaimana mungkin orang akan mengasihi sesama yang bukan tubuhnya sendiri kalau ia sendiri tidak sayang pada dirinya sendiri dengan cara hidup di dalam rahmat. Ahli Taurat itu tahu dan hapal tetapi tidak melakukannya. Maka Yesus berkata, “engkau tidak jauh dari kerajaan Allah”. Ya tidak jauh, memang betul, tetapi rupanya belum masuk, tidak ada di dalam, masih ada di luar, tidak jauh. Ia ibarat mempunyai kunci untuk memasuki kerajaan Allah tetapi tidak ia gunakan, dan tidak tahu bagaimana menggunakan. Itu ibarat ada contoh ilustrasi, anekdot : pada suatu hari di gedung lantai sembilan perkantoran, ada beberapa kantor dalam satu perusahaan, ada persoalan listrik, mati, sehingga AC mati, semua mati, padahal panas. Pada jam istirahat mereka terpaksa turun untuk makan, tapi harus turun menuruni tangga lantai sembilan, ada masalah lift tidak jalan, mereka turun. Sampai di security mereka menitipkan kuncinya masing-masing, ke sana. Makan siang, selesai makan siang berharap persoalan listrik selesai, ternyata belum juga, maka mereka harus kembali, naik ke atas, berjalan kaki, sembilan lantai, pelan-pelan, kecapaian, akhirnya naik lagi, naik lagi, sampai di lantai sembilan mereka senang tetapi puas capai.
Waktu mau masuk kantor, mereka berkata, “aduh lupa kuncinya dititipkan di security!” Turun lagi ke bawah, terpaksa harus turun lagi ke bawah, ngos-ngosan lagi turun ke bawah. Lalu diminta, ya sudah satu orang, tapi semua, karena semua bertnggungjawab. Setelah kembali lagi sampai, begitu sampai lagi lantai sembilan, listrik sudah jalan, lift sudah jalan. Orang tidak bisa masuk tanpa kunci, demikianlah ahli Taurat itu tahu hukum, tetapi tidak melaksanakan, tidak menggunakannya, maka tetap tidak masuk, ia hanya dekat.

Saudara saudari yang terkasih,
banyak orang tahu hukum Allah, aturan gereja, ajaran moral serta nilai-nilai Injil. Bahkan lebih dari itu, ada umat juga yang secara khusus memperdalam Kitab Suci melalui Pendalaman Iman, Alkitab, Persekutuan Doa, kursus bahkan ramai-ramai sekarang dengan zoom. Bagus luar biasa! Patut diacungi jempol, patut dipuji, pasti Yesus akan kagum kepada mereka ini, seperti Ia kagum terhadap ahli Taurat.
Mudah-mudahan apa yang kita ketahui, kita pelajari dan kita perdalam hingga kita pahami dan hapal betul, bahkan kita ajarkan kepada orang lain, kita laksanakan. Jangan sampai ibarat kita mempunyai kunci, tetapi tidak memanfaatkan kunci itu, hingga kita tetap tidak masuk, berada di luar. Jika kita hanya mengetahui dan mengajarkannya tetapi tidak melaksanakannya, Yesus akan berkata kepada kita juga, “engkau tidak jauh dari kerajaan Allah, tetapi belum masuk”. Kuncinya adalah hukum kasih. Hukum kasih bukan hanya kunci-kunci-kunci yang membutuhkan banyak, tapi kunci master. Master kuncinya adalah hukum kasih, yang lain-lainnya mengikutinya. Dengan kunci itu segala sesuatu dapat dibuka, segala sesuatu akan beres. Kunci hukum kasih sudah diberikan kepada kita dan kita sudah hapal serta contohnya sudah diperlinhatkan Yesus di atas kayu salib.
Mari kita gunakan kunci hukum kasih itu untuk masuk ke dalam kerajaan Allah dengan melaksanakan dan mewujudkan hukum kasih dalam kehidupan sehari-hari.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...