Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Peringatan Wajib Santo Bonifasius 5
Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Bacaan I 2 Tim 3:10-17
Mazmur Tanggapan Mzm 119:157.160.161.165.166.168
Bacaan Injil Mrk 12:35-37
Saudara saudari yang terkasih,
pada umumnya kita mencari sesuatu yang
cocok, menyenangkan dan membuat hati tenang. Walau kadang harus mengabaikan
hal-hal lain yang menjadi bagian dari keutuhan sesuatu. Ada orang yang menonton
atau membaca hanya bagian yang disukai, sedangkan bagian lain dilewat, skip-skip-skip atau diabaikan, sehingga keseluruhan
cerita terganggu dan keutuhan makna dikorbankan. Itulah ciri pembaca, pendengar
dan penonton selektif, yang menikmati apa yang disukainya saja. Kadang cara ini
efektif karena keterbatasan waktu, tetapi cara ini bisa menyesatkan karena orang
mendapat informasi atau deskripsi tentang sesuatu secara sepotong-sepotong. Itulah
kritik Yesus kepada ahli Taurat sehingga salah tangkap dan celakanya yang salah
itu diajarkan kepada orang lain.
Ada ilustrasi, suatu hari florist terkenal menerima banyak pesanan,
luar biasa! Dan ada orang besar yang pada waktu itu memesan. Lalu setelah itu
disampaikanlah kepada pegawainya,
“Mas, ini ada dua pesanan besar, jangan
salah!” Kata pemilik florist itu.
“Ngerti pak!”
Waktu dijelaskan, “nanti yang ini … “
“Iya pak, sudah ngerti pak!”
“Dengar dulu, saya belum selesai”, kata
tuannya, tapi pegawainya bilang,
“saya sudah ngerti, pak”
“awas ya kalau salah!”
“Kapan saya salah pak? Saya kan belum
pernah salah”.
Ia memang nggak pernah salah, menjalankan dengan baik. Esok harinya, pemilik florist itu dimaki-maki oleh pemesan
bunga, karena penerima bunga itu kecewa dan marah. Orang yang meninggal
dikirimi bunga ‘Selamat Menempuh Hidup Baru’, sedangkan orang yang menikah dikirimi
bunga ‘Turut Berduka Cita’. Tertukar! Karena pegawai rupanya tidak mendengarkan
pesan secara utuh.
Saudara saudari yang terkasih,
keprihatinan itulah yang juga disampaikan
Yesus di bait Allah, bahwa para ahli Taurat membaca dan mempelajari Kitab Suci
sesuai dengan keinginan mereka. Tidak terbuka kepada Roh Kudus untuk memahami kebenaran
Sabda secara utuh. Mereka adalah pembaca dan pengajar selektif terhadap bagian Kitab
Suci, mana yang disukai, mana yang mudah dipahami, bukan mana yang harus
dipelajari dan mana yang harus diperdalam. Mereka mengajarkan bahwa Mesias
adalah Anak Daud. Titik. Manusia biasa. Maka rakyat pada waktu itu memahami Mesias
yang akan datang adalah manusia biasa, tapi penampilan luar biasa, seperti Daud
yang adalah pahlawan berani, hingga menumbangkan Goliath. Saat Yesus datang
membuat banyak mukjizat, ada sesuatu yang lain, ada kekuasaan Ilahi yg luar
biasa. Dan ada orang yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias Anak Daud, misalnya
dua orang buta yang mengikuti Yesus, perempuan Kanaan yang anaknya kerasukan
setan, atau orang banyak yang berseru ketika Yesus memasuki Yerusalem, “Hosanna
Anak Daud!” Banyak orang percaya, tetapi banyak juga orang yang tidak percaya,
hingga berkata, “bukankah Ia ini anak Yusuf?
Bagaimana Ia bisa berkata, Ia telah turun dari Surga?” Yesus mau mengoreksi pandangan
mereka, Mesias yang dimaksud bukan hanya orang hebat tetapi Putra Allah yang
turun dari Surga, Ia adalah berasal dari keturunan Daud dalam kerangka
kehidupan manusiawiNya, karena Ia adalah berkodrat manusia dan berkodrat Allah.
Yesus memberi klarifikasi bahwa yang dimaksud Daud dalam terang Roh Kudus pada Mazmur
110:1, demikianlah Firman Tuhan kepada Tuanku, (menyebutkannya Tuanku) duduklah
di sebelah kananKu”. Adalah posisi Mesias di atas Daud, bukan sekedar manusia keturunan
Daud hingga Daudpun menyapa Mesias yang adalah keturunan Daud sebagai Tuanku,
Tuhanku, yang lebih agung dari Daud. Maka Yesus sebagai Mesias bukan hanya manusia
biasa, tetapi Putra Allah yang telah turun dari Surga, yang bagi Daud mempunyai
kekuasaan tertinggi. Maka disebut duduk di sebelah kanan, itu adalah simbol
kekuasaan tertinggi. Tiada kekuasaan lain di bawah Allah kecuali yang duduk di
sebelah kanan.
Saudara saudari yang terkasih,
apakah kita termasuk pembaca, pendengar
dan penonton selektif? Kadang ada orang yang ikut Persekutuan Doa, Pendalaman Iman,
Alkitab, Ibadat atau Misa, sadar atau tidak sadar bersifat selektif. Ikut
sebagian, datang terlambat, pulang duluan atau pergi dulu, balik lagi, hingga
ada bagian yang tak diikuti secara utuh. Pasti ada alasan dan kita perlu
memakluminya, sejauh alasan itu tidak menjadi kebiasaan atau ciri orang
tersebut.
Marilah saudara saudari, kita menjadi pembaca,
pendengar dan pelaksana Firman Allah secara utuh, hingga kita menjadi pribadi
berhikmat yang berjalan menuju keselamatan yang dibawa oleh Yesus. Seperti yang
disampaikan Paulus kepada Timotius dalam bacaan pertama hari ini, segala tulisan
yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Kitab Suci berisi Sabda Suci agar manusia menjadi pribadi suci seperti
dikehendaki Allah dalam Yesus.
Mari kita menjadi pendengar, pelaksana,
pembaca yang utuh.
No comments:
Post a Comment