Friday, June 5, 2020

5 Juni 2020 Peringatan Wajib Santo Bonifasius


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Peringatan Wajib Santo Bonifasius 5 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung


Bacaan I 2 Tim 3:10-17
Mazmur Tanggapan Mzm 119:157.160.161.165.166.168
Bacaan Injil Mrk 12:35-37

Saudara saudari yang terkasih,
pada umumnya kita mencari sesuatu yang cocok, menyenangkan dan membuat hati tenang. Walau kadang harus mengabaikan hal-hal lain yang menjadi bagian dari keutuhan sesuatu. Ada orang yang menonton atau membaca hanya bagian yang disukai, sedangkan bagian lain dilewat, skip-skip-skip atau diabaikan, sehingga keseluruhan cerita terganggu dan keutuhan makna dikorbankan. Itulah ciri pembaca, pendengar dan penonton selektif, yang menikmati apa yang disukainya saja. Kadang cara ini efektif karena keterbatasan waktu, tetapi cara ini bisa menyesatkan karena orang mendapat informasi atau deskripsi tentang sesuatu secara sepotong-sepotong. Itulah kritik Yesus kepada ahli Taurat sehingga salah tangkap dan celakanya yang salah itu diajarkan kepada orang lain.

Ada ilustrasi, suatu hari florist terkenal menerima banyak pesanan, luar biasa! Dan ada orang besar yang pada waktu itu memesan. Lalu setelah itu disampaikanlah kepada pegawainya,
“Mas, ini ada dua pesanan besar, jangan salah!” Kata pemilik florist itu.
“Ngerti pak!”
Waktu dijelaskan, “nanti yang ini … “
“Iya pak, sudah ngerti pak!”
“Dengar dulu, saya belum selesai”, kata tuannya, tapi pegawainya bilang,
“saya sudah ngerti, pak”
“awas ya kalau salah!”
“Kapan saya salah pak? Saya kan belum pernah salah”.
Ia memang nggak pernah salah, menjalankan dengan baik. Esok harinya, pemilik florist itu dimaki-maki oleh pemesan bunga, karena penerima bunga itu kecewa dan marah. Orang yang meninggal dikirimi bunga ‘Selamat Menempuh Hidup Baru’, sedangkan orang yang menikah dikirimi bunga ‘Turut Berduka Cita’. Tertukar! Karena pegawai rupanya tidak mendengarkan pesan secara utuh.

Saudara saudari yang terkasih,
keprihatinan itulah yang juga disampaikan Yesus di bait Allah, bahwa para ahli Taurat membaca dan mempelajari Kitab Suci sesuai dengan keinginan mereka. Tidak terbuka kepada Roh Kudus untuk memahami kebenaran Sabda secara utuh. Mereka adalah pembaca dan pengajar selektif terhadap bagian Kitab Suci, mana yang disukai, mana yang mudah dipahami, bukan mana yang harus dipelajari dan mana yang harus diperdalam. Mereka mengajarkan bahwa Mesias adalah Anak Daud. Titik. Manusia biasa. Maka rakyat pada waktu itu memahami Mesias yang akan datang adalah manusia biasa, tapi penampilan luar biasa, seperti Daud yang adalah pahlawan berani, hingga menumbangkan Goliath. Saat Yesus datang membuat banyak mukjizat, ada sesuatu yang lain, ada kekuasaan Ilahi yg luar biasa. Dan ada orang yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias Anak Daud, misalnya dua orang buta yang mengikuti Yesus, perempuan Kanaan yang anaknya kerasukan setan, atau orang banyak yang berseru ketika Yesus memasuki Yerusalem, “Hosanna Anak Daud!” Banyak orang percaya, tetapi banyak juga orang yang tidak percaya, hingga berkata,  “bukankah Ia ini anak Yusuf? Bagaimana Ia bisa berkata, Ia telah turun dari Surga?” Yesus mau mengoreksi pandangan mereka, Mesias yang dimaksud bukan hanya orang hebat tetapi Putra Allah yang turun dari Surga, Ia adalah berasal dari keturunan Daud dalam kerangka kehidupan manusiawiNya, karena Ia adalah berkodrat manusia dan berkodrat Allah. Yesus memberi klarifikasi bahwa yang dimaksud Daud dalam terang Roh Kudus pada Mazmur 110:1, demikianlah Firman Tuhan kepada Tuanku, (menyebutkannya Tuanku) duduklah di sebelah kananKu”. Adalah posisi Mesias di atas Daud, bukan sekedar manusia keturunan Daud hingga Daudpun menyapa Mesias yang adalah keturunan Daud sebagai Tuanku, Tuhanku, yang lebih agung dari Daud. Maka Yesus sebagai Mesias bukan hanya manusia biasa, tetapi Putra Allah yang telah turun dari Surga, yang bagi Daud mempunyai kekuasaan tertinggi. Maka disebut duduk di sebelah kanan, itu adalah simbol kekuasaan tertinggi. Tiada kekuasaan lain di bawah Allah kecuali yang duduk di sebelah kanan.

Saudara saudari yang terkasih,
apakah kita termasuk pembaca, pendengar dan penonton selektif? Kadang ada orang yang ikut Persekutuan Doa, Pendalaman Iman, Alkitab, Ibadat atau Misa, sadar atau tidak sadar bersifat selektif. Ikut sebagian, datang terlambat, pulang duluan atau pergi dulu, balik lagi, hingga ada bagian yang tak diikuti secara utuh. Pasti ada alasan dan kita perlu memakluminya, sejauh alasan itu tidak menjadi kebiasaan atau ciri orang tersebut.
Marilah saudara saudari, kita menjadi pembaca, pendengar dan pelaksana Firman Allah secara utuh, hingga kita menjadi pribadi berhikmat yang berjalan menuju keselamatan yang dibawa oleh Yesus. Seperti yang disampaikan Paulus kepada Timotius dalam bacaan pertama hari ini, segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Kitab Suci berisi Sabda Suci agar manusia menjadi pribadi suci seperti dikehendaki Allah dalam Yesus.
Mari kita menjadi pendengar, pelaksana, pembaca yang utuh.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...