Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Jumat Prapaskah IV 27 Maret 2020
Gereja Santo Gabriel Sumber Sari Bandung
Bacaan I Keb 2:1a.12-22
Mazmur Tanggapan Mzm 34:17-18.19-20.21.23
Bacaan Injil Yoh 7:1-2.10.25-30
Mazmur Tanggapan Mzm 34:17-18.19-20.21.23
Bacaan Injil Yoh 7:1-2.10.25-30
Saudara saudari yang terkasih,
pada dasarnya kita manusia berusaha
sebisa mungkin mencari kenikmatan dalam kehidupan yang senang dan tenang serta
menghindari rasa sakit dan derita. Kita cenderung memilih yang gampang walau mungkin
tidak membawa kebahagiaan sejati. Di situ agaknya tidak ada kerelaan hati dan
budi untuk berkorban. Jangankan untuk kebahagiaan orang lain, untuk kebaikan
sendiri pun kadang kita tidak mau berkorban. Tidak mau berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Orang
komentar, itu pepatah kuno. Tetapi saat tanggung jawab dan tugas kita menuntut
derita dan duka serta kecemasan akan kesehatan dan keselamatan kita sendiri, apakah
kita juga masih mau menghindarinya dengan akibat mengkhianati tugas dan
melalaikan panggilan. Syukur kepada Allah masih banyak orang yang rela
melakukan apa yang oleh Santo Ignatius disebut agere contra, bertindak sebaliknya, yaitu melawan kecenderungan untuk
mencari senang dan gampang, aman dan nyaman dengan cara setia menjalankan tugas
dan tanggung jawab luhurnya karena merasa terpanggil oleh Allah. Para dokter,
perawat, tenaga medis, keamanan, supir-supir yang setiap hari masih membawa bahan-bahan
pokok hidup kita. Agar di masa social
distancing ini masyarakat tetap dapat hidup normal.
Saudara saudari yang terkasih,
bacaan pertama berkisah tentang
perkataan dan komentar serta rencana dan perbuatan orang fasik terhadap orang
bijak yang hidup baik, benar dan kudusnya menjadi gangguan dan kritikan bagi orang
fasik. Orang fasik merasa getek, gatal, risih, terganggu melihat orang bijak yang
hidup melawan arus populer jaman itu. Bukan asal beda, tapi ia hidup
berdasarkan keyakinan apa yang Tuhan kehendaki. Maka orang fasik
mengolok-oloknya sebagai anak Tuhan yaitu orang yang mempunyai pengetahuan tentang
Allah dan berusaha hidup sesuai dengan kehendak Allah. Orang fasik mau mencobai
orang bijak dengan aniaya dan siksa untuk menguji apakah ia akan tetap hidup
baik, benar dan kudus di kala ada derita dan kesulitan. Sebagai manusia tentu
ia ingin membalas, atau setidaknya membela diri. Tapi tidak, orang baik itu
malakukan agere contra, yang
menyiratkan kelembutan dan belas kasih Allah bahkan kerelaan untuk menerima
kesengsaraan karena mau setia kepada Allah. Itulah yang dialami dan dilakukan
oleh Yesus. Dia dipersalahkan karena melakukan tindakan belas kasih yang tidak
dilakukan oleh orang Farisi, para Imam, Ahli Taurat dan Tua-tua Yahudi. Perbuatan
Yesus menjadi kritik atas hidup mereka yang merasa saleh, seolah tak pernah
bersalah, merasa baik dan benar tetapi tidak berbuat kasih.
Saudara saudari yang terkasih,
saya pernah mendengar kesaksian, ada
seorang pegawai baru di suatu tempat, yang rajin, jujur dan disiplin tetapi
tidak disukai oleh teman-temannya. Bukan karena ia berbuat jahat tapi karena ia
berbuat baik. Hingga kebaikannya itu menjadi kritik atas mentalitas dan
moralitas teman-temannya. Sayang orang itu tak bertahan dan memilih pindah
kerja karena terlalu banyak dibully.
Saudara saudari yang terkasih,
di tengah situasi serba salah ini,
marilah kita melakukan apa yg baik, benar, santun dan kudus. Yang membuat
sesama lebih aman dan nyaman serta tentram. Untuk itu mungkin kita harus
melakukan agere contra, bertindak
sebaliknya. Tidak menuruti keinginan spontan naluri, bukan untuk mengkritik orang
lain, tetapi untuk melatih diri untuk dapat mengikuti Tuhan dengan baik. Mewujudkan
nilai-nilai yang Tuhan kehendaki, untuk rela menyangkal diri dan memikul salib
demi kebaikan bersama. Mungkin kita ingin berkumpul merayakan perayaan Ekaristi
bersama di gereja. Mari kita menyangkal diri, biarlah tetap berdoa di rumah
masing-masing. Mari kita jadikan momen ini sebagai suatu saat korban dan
penyangkalan diri seraya juga makin memaknai makna pentingnya Ekaristi dari
hidup kita, sehingga kita makin lebih merindukan dan menghargai perayaan Ekaristi.
Ketika pada suatu hari nanti kita boleh berkumpul lagi atau dimungkinkan
berkumpul lagi.
Agere
contra adalah satu tindakan luhur untuk
makin membuat kita mampu mewujudkan nilai-nilai Kristus yang tepat sekali pada
masa prapaskah ini : bermati raga, menyangkal diri demi kemuliaan Tuhan, demi
kebaikan banyak orang dan demi keselamatan kita.
No comments:
Post a Comment