Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Senin Pekan Suci 6 April 2020
Gereja Salib Suci Kamuning Bandung
Bacaan I Yes 42:1-7
Mazmur Tanggapan Mzm 27:1.2.3.13-14
Bacaan Injil Yoh 12:1-11
Saudara saudari yang terkasih,
tak jarang kita mengalami salah paham,
sudah berusaha sebaik mungkin tetapi ternyata tidak berkenan juga yang
kepadanya kita berusaha untuk menyenangkan : orangtua, guru, atasan atau
pemimpin kita. Sebaliknya kita juga jengkel atau bahkan marah kepada seseorang
karena kita mengharapkannya berbuat ini dan itu. Kepada anak-anak, murid,
bawahan, karyawan tetapi ternyata ia tidak melakukan seperti yang kita inginkan.
Salah satu penyebabnya adalah gagal fokus. Orang gagal fokus itu diibaratkan dengan
orang yang tergesa-gesa memasuki suatu ruangan dan ia berhadapan dengan pintu,
didorong-dorong ternyata pintu tidak terbuka, dan orang akhirnya berteriak, “tolong,
bukakan pintu! Siapa yang mengunci pintu ini?” Padahal di pintu itu ada tulisan
‘geser’, maka selama tidak digeser, didorong-dorong tidak akan terbuka.
Saudara saudari yang terkasih,
Yesaya menjelaskan figur Mesias kepada
bangsanya karena rupanya bangsanya ini gagal fokus. Mereka mengharapkan Mesias yang begini dan
begitu, yang hebat, kuat, melawan, beringas, berkuasa, mengalahkan, menakutkan
tetapi Allah mempunyai rencana yang tidak dimengerti manusia. Yesaya
menggambarkan Mesias sebagai pribadi yang lemah lembut, diurapi oleh Roh Kudus untuk
menegakkan hukum Ilahi. Jika diperlakukan apapun, Ia tidak akan membalas, Ia
akan tetap lemah lembut. Penyelamat itu bagaikan keset yang bertuliskan welcome, kalau diinjak, digosok, dan diapakanpun
keset itu akan tetap bertuliskan welcome.
Itulah Mesias yang digambarkan oleh Yesaya.
Rupanya Yudas, yang sudah menyertai Yesus
selama tiga tahun bahkan menjadi orang kepercayaan untuk mengelola dana bagi
kehidupan dan pelayanan, gagal fokus juga. Yesus fokus pada kematianNya sebagai
suatu penyelamatan umat manusia, sementara Yudas fokus pada uang.
Dengan meminyaki Yesus, Maria mau
menunjukkan kasihnya kepada Yesus yang begitu besar karena mengalami dosanya
diampuni, hidupnya diselamatkan. Yesus menggunakan momen itu sebagai momen
persiapan pengurburanNya yang akan terjadi, karena Ia akan menderita dan wafat
demi menyelamatkan manusia. Yudas ngomel, dengan berlagak sosial ia menggunakan
orang miskin, menyalahkan Yesus seolah Yesus tak peduli pada orang miskin. Padahal
hati dan budi Yesus ada pada orang miskin, hingga seluruh energinya diberikan
juga untuk orang miskin. Yudas pun ditegur, seolah Yesus berkata, “kata-katamu untuk
orang miskin tetapi hati dan budimu tidak ada pada mereka. Karena seandainya
hati dan budimu pada orang miskin, tentu kamu akan sepaham dengan Aku. Aku yang
diurapi oleh Roh Kudus dan datang untuk menyelamatkan orang miskin”.
Yudas ada bersama dengan Yesus tapi hati
dan budinya mengembara kemana-mana. Dikatakan dalam Injil hari ini: suka mengambil
atau mencuri uang, fokus dan pikirannya ada pada uang hingga energinya pun
tersebar kemana-mana. Pengkhianatan terjadi saat Yudas justru bersama ada pada Yesus
tetapi gagal fokus tak memahami tujuan hidup Yesus.
Saudara saudari yang terkasih,
kadang kita berusaha mendorong bahkan
merayu orang untuk berbagi materi dan energi untuk mereka yang membutuhkan,
padahal yang lebih penting adalah bagaimana mendoakan, mendidik, membantu dan
mendorong orang agar memiliki hati dan budi yang tertuju kepada Allah. Sehingga
materi dan energinya pun akan dibagikan dengan sukacita untuk kepentingan karya
Allah melalui tindakan amal kasih kepada mereka yang membutuhkan. Kita kadang
gagal fokus pada materi yang dibagikan dan energi yg dicurahkan, padahal yang
jauh lebih penting adalah hati yang murah, mau berbagi dan budi yang luhur, rela
membantu. Dalam berbagi bukan soal berapa banyaknya tetapi bagaimana hati dan
budi kita yang rela berbagi dengan sukacita karena mengalami hidup terberkati.
No comments:
Post a Comment