Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Paskah II 19 April 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung
Bacaan I Kis 2:42-47
Mazmur Tanggapan Mzm 118:2-4.13-15.22-24
Bacaan II 1 Ptr 1:3-9
Bacaan Injil Yoh 20:19-31
Saudara saudari yang terkasih,
sejak 30 April 2000 pada Misa Kanonisasi
Pengukuhan Orang Suci bagi Santa Faustina Kowalska, Paus Santo Yohanes Paulus
II, menetapkan Minggu Paskah II, satu minggu setelah Paskah sebagai Minggu Kerahiman
Ilahi, hari ini. Untuk dapat hidup secara manusia sesuai dengan Citra Allah, manusia
membutuhkan Kerahiman Allah. Apalagi kalau ada kebencian dan kekejaman,
kemiskinan dan ketidak adilan, penghujatan dan penderitaan, penyakit dan
kematian serta kegagalan dan dosa. Dalam situasi seperti itu, orang biasanya
mencari aman sendiri, saling menuduh, saling curiga dan berprasangka. Menjadi
lebih egois bahkan bisa mengarah pada sikap anarkis. Kerahiman menjadi obat
mujarab di mana orang merasa diterima, dilindungi, disembuhkan, diampuni dan
diberi kesempatan hidup lebih baik. Itulah Kerahiman Ilahi yang menebus manusia
melalui Hati Yesus yang tersalib. Itulah damai sejahtera yang ditawarkan,
dianugerahkan Yesus kepada para muridNya.
Saudara saudari yang terkasih,
ada ilustrasi kecil: pada suatu hari
seorang Suster datang kepada Uskup berkata,
“Bapa Uskup, Bapa Uskup”, dengan senang,
“saya melihat Yesus. Yesus menampakkan diri”.
Bapa Uskup heran, lalu ia berkata, “pulang!
Kamu berhalunasi, Suster, pulang!”
Pulang Suster. Minggu kemudian ia
berkata lagi, “Bapa Uskup, Bapa Uskup, betul Yesus menampakkan diri!”
“Tidak mungkin! Pulang! Kamu banyak berdoa!”
“Ya, saya berdoa”.
“Lebih banyak lagi! Kamu berimajinasi!”
Minggu depannya lagi datang lagi. “Bapa Uskup,
ini sungguh yakin bahwa Yesus menampakkan diri!”
Lalu Bapa Uskup berkata, “tidak mungkin!”
“Betul! Kali ini betul!”
Lalu dia berkata, “kalau begitu, kalau
itu betul-betul Yesus, tanyakan kepada Yesus itu, apa dosa terakhir Bapa Uskup.
Kalau memberi tahu, berarti betul Yesus. Pulang!”
Pulang. Dan memang minggu depan tidak
datang lagi, Bapa Uskup senang, “wah … ternyata betul tidak ada”.
Tapi dua minggu kemudian datang lagi, “Bapa
Uskup, Bapa Uskup, Yesus menampakan diri!”
“Wah … betul?”
“Betul!”
“Lalu Suster ingat, apa pertanyaan saya
terakhir?”
“Ingat! saya tanyakan juga pada Yesus. Yesus,
apa dosa Bapa Uskup yang terakhir?”
“Lalu, Yesus menjawab tidak?”
“Menjawab!”
Mulai deg-degan ini. “Jawab betul?”
“Betul!”
“Apa kataNya?”
“Yesus berkata : lupa tuh!”
Rupa-rupanya Yesus tidak pernah
mengingat-ingat dosa. Manusia yang selalu mengingat-ingat dosa. Allah karena
belas kasihNya menghapus dan melupakan dosa. Itulah Kerahiman Allah.
Injil hari ini menggambarkan
transformasi spiritual : perubahan batin yang terjadi dari para murid karena
mengalami Kerahiman Ilahi dari Yesus yang bangkit. Bagi para rasul kebangkitan
Yesus menjadi pengalaman pribadi akan Kerahiman Allah yang menghidupkan. Tak
ingat kesalahan para murid yang kabur kocar kacir. Para murid bangkit dari
kematian. Mereka berubah dari takut dan pengecut, hingga mereka melarikan diri sewaktu
Yesus ditangkap atau mengurung diri setelah Yesus wafat dan lambat percaya
setelah Yesus bangkit, menjadi para Rasul yang berani mati mewartakan Yesus
dengan cinta berkobar-kobar karena diampuni Tuhan dan mengalami Kerahiman Tuhan.
Kebangkitan para Rasul ini terjadi,
setelah mereka dihembusi nafas penciptaan baru yaitu Roh Kerahiman, Roh Belas
Kasih. Karena hembusan roh itu, damai sejahtera diberikan kepada para murid yang
hadir dalam komunitas itu, dalam Ekaristi. Para murid menyaksikan bahwa
penderitaan Yesus yang Ia sajikan lewat tangan lambung yang diperlihatkan, adalah
Kerahiman Allah yang luar biasa. Hingga dosa manusia ditebus secara penuh,
kegagalan diperbaharui, harapan dihidupkan dan maut dikalahkan. Saat itu para
murid bangkit dari kematian spiritual dan menjadi rasul-rasul yang unggul. Dan
kehidupan itu dilukiskan dalam bacaan pertama, bagaimana mereka berkumpul
bersama sebagai komunitas berbelas kasih yang berpusat pada Ekaristi di mana Yesus
hadir secara nyata dan selalu menawarkan KerahimanNya, “inilah TubuhKu, inilah DarahKu
yang dikurbankan bagimu”.
Peristiwa ini mencengangkan banyak orang,
hingga mereka pun turut percaya kepada Tuhan. Ada perubahan luar biasa. Sayangnya
Thomas tak hadir, tak mengalami kerahiman, hingga ia tak percaya, tak mengalami
bahwa kematian Yesus adalah jalan mewujudkan Kerahiman Ilahi. Tapi Thomas
melihat bahwa teman-temannya berubah luar biasa. Maka sebetulnya Thomas pada
waktu itu sudah merasa curiga atau bertanya-tanya, sungguh Yesus bangkit, karena
terjadi perubahan luar biasa dari teman-temannya : gairah, cinta, semangat
berkobar-kobar. Maka Thomas jengkel, “kenapa saya tidak hadir, kenapa saya
tidak mengalami Kerahiman Allah? hingga saya berubah seperti itu”. Maka Thomas
membela diri, “sebelum aku melihat dan mencucukkan jariku, aku tidak percaya!” Sebetulnya
ia jengkel betul, “kenap Tuhan tidak datang pada waktu saya datang, waktu saya
absen malah datang lagi”. Untung minggu depannya ia hadir, ia tidak mau
kehilangan kesempatan, ia bertemu dengan Tuhan yang berbelas kasih. Dan Thomas
langsung percaya, “ya Tuhanku dan Allahku!” Ia mengalami Kerahiman Allah.
Saudara saudari yang terkasih,
Santa Faustina yang mengabdikan diri
setiap saat, tanpa henti dan cuti, pada Kerahiman Ilahi mendapat penampakan Yesus
dan menerima wasiatNya untuk meneruskan warta Kerahiman Ilahi kepada seluruh
dunia. Ia dijuluki Rasul Kerahiman Ilahi oleh Sri Paus Fransiskus.
Ada orang Katolik yang belum mengalami
kebangkitan. Tak merasakan Kerahiman Ilahi seperti yang dialami oleh para Rasul
dan diwartakan oleh Santa Faustina. Akarnya adalah, mungkin mereka tak rutin
hadir dalam komunitas beriman, tak rajin merayakan Ekaristi, hingga saat Tuhan
datang membawa berkat padanya, ia sedang absen. Mungkin orang berkata, “duh,
males! Misa tidak dapat apa-apa”. Pulang. Minggu depannya tidak hadir, pas
minggu depannya tidak hadir, Tuhan hadir mau membawa berkat kepada dia khusus, tidak
ada dia. Minggu depannya hadir lagi, Tuhan pas memberikan berkatNya pada orang
lain dia berkata, “duh bosen! Di gereja tidak ada apa-apa”. Maka perlu
kehadiran secara rutin dalam Ekaristi, siapa tahu pada saat itu Tuhan hendak
hadir membawa berkat untuknya.
Saudara saudari yang terkasih,
bagaimana mungkin orang mengalami
kebangkitan kalau tak dihembusi Roh Kebangkitan dan bagaimana mungkin orang
merasakan kehadiran Allah kalau ia tak rutin hadir dalam Ekaristi, di mana Yesus
hadir menawarkan kerahimanNya?
Mari kita niatkan rajin berkumpul dalam
kelompok basis, rutin hadir dalam Ekaristi, hingga kitapun bukan hanya
mengalami Kerahiman Ilahi tetapi juga menjadi Rasul-Rasul Kerahiman Ilahi.
Para Imam secara khusus hari ini
dipanggil untuk menjadi Imam-Imam yang penuh belas kasih, Imam-Imam yang menghadirkan
Kerahiman Ilahi sehingga makin banyak lagi para umat, saudara saudari yang mengalami
Kerahiman Allah melalui hidup, karya dan pelayanan para Imam. Doakanlah kami
semua para Imam.
No comments:
Post a Comment