Friday, May 8, 2020

19 April 2020 Minggu Paskah II


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Paskah II 19 April 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung


Bacaan I Kis 2:42-47
Mazmur Tanggapan Mzm 118:2-4.13-15.22-24
Bacaan II 1 Ptr 1:3-9
Bacaan Injil Yoh 20:19-31


Saudara saudari yang terkasih,
sejak 30 April 2000 pada Misa Kanonisasi Pengukuhan Orang Suci bagi Santa Faustina Kowalska, Paus Santo Yohanes Paulus II, menetapkan Minggu Paskah II, satu minggu setelah Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi, hari ini. Untuk dapat hidup secara manusia sesuai dengan Citra Allah, manusia membutuhkan Kerahiman Allah. Apalagi kalau ada kebencian dan kekejaman, kemiskinan dan ketidak adilan, penghujatan dan penderitaan, penyakit dan kematian serta kegagalan dan dosa. Dalam situasi seperti itu, orang biasanya mencari aman sendiri, saling menuduh, saling curiga dan berprasangka. Menjadi lebih egois bahkan bisa mengarah pada sikap anarkis. Kerahiman menjadi obat mujarab di mana orang merasa diterima, dilindungi, disembuhkan, diampuni dan diberi kesempatan hidup lebih baik. Itulah Kerahiman Ilahi yang menebus manusia melalui Hati Yesus yang tersalib. Itulah damai sejahtera yang ditawarkan, dianugerahkan Yesus kepada para muridNya.

Saudara saudari yang terkasih,
ada ilustrasi kecil: pada suatu hari seorang Suster datang kepada Uskup berkata,
“Bapa Uskup, Bapa Uskup”, dengan senang, “saya melihat Yesus. Yesus menampakkan diri”.
Bapa Uskup heran, lalu ia berkata, “pulang! Kamu berhalunasi, Suster, pulang!”
Pulang Suster. Minggu kemudian ia berkata lagi, “Bapa Uskup, Bapa Uskup, betul Yesus menampakkan diri!”
“Tidak mungkin! Pulang! Kamu banyak berdoa!”
“Ya, saya berdoa”.
“Lebih banyak lagi! Kamu berimajinasi!”
Minggu depannya lagi datang lagi. “Bapa Uskup, ini sungguh yakin bahwa Yesus menampakkan diri!”
Lalu Bapa Uskup berkata, “tidak mungkin!”
“Betul! Kali ini betul!”
Lalu dia berkata, “kalau begitu, kalau itu betul-betul Yesus, tanyakan kepada Yesus itu, apa dosa terakhir Bapa Uskup. Kalau memberi tahu, berarti betul Yesus. Pulang!”
Pulang. Dan memang minggu depan tidak datang lagi, Bapa Uskup senang, “wah … ternyata betul tidak ada”.
Tapi dua minggu kemudian datang lagi, “Bapa Uskup, Bapa Uskup, Yesus menampakan diri!”
“Wah … betul?”
“Betul!”
“Lalu Suster ingat, apa pertanyaan saya terakhir?”
“Ingat! saya tanyakan juga pada Yesus. Yesus, apa dosa Bapa Uskup yang terakhir?”
“Lalu, Yesus menjawab tidak?”
 “Menjawab!”
Mulai deg-degan ini. “Jawab betul?”
“Betul!”
“Apa kataNya?”
“Yesus berkata : lupa tuh!”
Rupa-rupanya Yesus tidak pernah mengingat-ingat dosa. Manusia yang selalu mengingat-ingat dosa. Allah karena belas kasihNya menghapus dan melupakan dosa. Itulah Kerahiman Allah.

Injil hari ini menggambarkan transformasi spiritual : perubahan batin yang terjadi dari para murid karena mengalami Kerahiman Ilahi dari Yesus yang bangkit. Bagi para rasul kebangkitan Yesus menjadi pengalaman pribadi akan Kerahiman Allah yang menghidupkan. Tak ingat kesalahan para murid yang kabur kocar kacir. Para murid bangkit dari kematian. Mereka berubah dari takut dan pengecut, hingga mereka melarikan diri sewaktu Yesus ditangkap atau mengurung diri setelah Yesus wafat dan lambat percaya setelah Yesus bangkit, menjadi para Rasul yang berani mati mewartakan Yesus dengan cinta berkobar-kobar karena diampuni Tuhan dan mengalami Kerahiman Tuhan.
Kebangkitan para Rasul ini terjadi, setelah mereka dihembusi nafas penciptaan baru yaitu Roh Kerahiman, Roh Belas Kasih. Karena hembusan roh itu, damai sejahtera diberikan kepada para murid yang hadir dalam komunitas itu, dalam Ekaristi. Para murid menyaksikan bahwa penderitaan Yesus yang Ia sajikan lewat tangan lambung yang diperlihatkan, adalah Kerahiman Allah yang luar biasa. Hingga dosa manusia ditebus secara penuh, kegagalan diperbaharui, harapan dihidupkan dan maut dikalahkan. Saat itu para murid bangkit dari kematian spiritual dan menjadi rasul-rasul yang unggul. Dan kehidupan itu dilukiskan dalam bacaan pertama, bagaimana mereka berkumpul bersama sebagai komunitas berbelas kasih yang berpusat pada Ekaristi di mana Yesus hadir secara nyata dan selalu menawarkan KerahimanNya, “inilah TubuhKu, inilah DarahKu yang dikurbankan bagimu”.

Peristiwa ini mencengangkan banyak orang, hingga mereka pun turut percaya kepada Tuhan. Ada perubahan luar biasa. Sayangnya Thomas tak hadir, tak mengalami kerahiman, hingga ia tak percaya, tak mengalami bahwa kematian Yesus adalah jalan mewujudkan Kerahiman Ilahi. Tapi Thomas melihat bahwa teman-temannya berubah luar biasa. Maka sebetulnya Thomas pada waktu itu sudah merasa curiga atau bertanya-tanya, sungguh Yesus bangkit, karena terjadi perubahan luar biasa dari teman-temannya : gairah, cinta, semangat berkobar-kobar. Maka Thomas jengkel, “kenapa saya tidak hadir, kenapa saya tidak mengalami Kerahiman Allah? hingga saya berubah seperti itu”. Maka Thomas membela diri, “sebelum aku melihat dan mencucukkan jariku, aku tidak percaya!” Sebetulnya ia jengkel betul, “kenap Tuhan tidak datang pada waktu saya datang, waktu saya absen malah datang lagi”. Untung minggu depannya ia hadir, ia tidak mau kehilangan kesempatan, ia bertemu dengan Tuhan yang berbelas kasih. Dan Thomas langsung percaya, “ya Tuhanku dan Allahku!” Ia mengalami Kerahiman Allah.

Saudara saudari yang terkasih,
Santa Faustina yang mengabdikan diri setiap saat, tanpa henti dan cuti, pada Kerahiman Ilahi mendapat penampakan Yesus dan menerima wasiatNya untuk meneruskan warta Kerahiman Ilahi kepada seluruh dunia. Ia dijuluki Rasul Kerahiman Ilahi oleh Sri Paus Fransiskus.
Ada orang Katolik yang belum mengalami kebangkitan. Tak merasakan Kerahiman Ilahi seperti yang dialami oleh para Rasul dan diwartakan oleh Santa Faustina. Akarnya adalah, mungkin mereka tak rutin hadir dalam komunitas beriman, tak rajin merayakan Ekaristi, hingga saat Tuhan datang membawa berkat padanya, ia sedang absen. Mungkin orang berkata, “duh, males! Misa tidak dapat apa-apa”. Pulang. Minggu depannya tidak hadir, pas minggu depannya tidak hadir, Tuhan hadir mau membawa berkat kepada dia khusus, tidak ada dia. Minggu depannya hadir lagi, Tuhan pas memberikan berkatNya pada orang lain dia berkata, “duh bosen! Di gereja tidak ada apa-apa”. Maka perlu kehadiran secara rutin dalam Ekaristi, siapa tahu pada saat itu Tuhan hendak hadir membawa berkat untuknya.

Saudara saudari yang terkasih,
bagaimana mungkin orang mengalami kebangkitan kalau tak dihembusi Roh Kebangkitan dan bagaimana mungkin orang merasakan kehadiran Allah kalau ia tak rutin hadir dalam Ekaristi, di mana Yesus hadir menawarkan kerahimanNya?
Mari kita niatkan rajin berkumpul dalam kelompok basis, rutin hadir dalam Ekaristi, hingga kitapun bukan hanya mengalami Kerahiman Ilahi tetapi juga menjadi Rasul-Rasul Kerahiman Ilahi.
Para Imam secara khusus hari ini dipanggil untuk menjadi Imam-Imam yang penuh belas kasih, Imam-Imam yang menghadirkan Kerahiman Ilahi sehingga makin banyak lagi para umat, saudara saudari yang mengalami Kerahiman Allah melalui hidup, karya dan pelayanan para Imam. Doakanlah kami semua para Imam.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...