Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Sabtu Oktaf Paskah 18 April 2020
Gereja Santo Laurentius Sukajadi Bandung
Bacaan I Kis 4:13-21
Mazmur Tanggapan Mzm 118:1.14-15.16ab-18.19-21
Bacaan Injil Mrk 16:9-15
Saudara saudari yang terkasih,
Allah menciptakan bumi dan segala isinya
dengan baik, bahkan saat menciptakan manusia dengan gambar dan rupaNya, Allah
melihatnya sungguh amat baik. Manusia adalah mahkota ciptaan yang dititipi Allah,
untuk memanfaatkan dan memeliharanya sedemikan rupa, sehingga harmoni alam
dapat menopang kehidupan dan keselamatan manusia. Akan tetapi harmoni ini
terganggu oleh kesombongan manusia, yang ingin menjadi seperti Allah. Dosa
terjadi, saat manusia naik ingin menjadi seperti Allah dan keselamatan terjadi,
ketika Allah, Putra Allah turun mau menjadi manusia. Keselamatan terjadi saat Putra
Allah menjadi manusia, lahir, hidup, menderita, wafat dan akhirnya bangkit. Yesus
yang taat pada Allah menebus manusia melalui misteri paskah.
Penampakan Yesus yang bangkit kepada Maria
Magdalena, dua orang murid Emaus dan para rasul, serta perutusan para murid untuk
memberitakan Injil kepada segala mahluk diceritakan secara ringkas dalam Injil Markus
hari ini.
Kabar gembira kepada segala mahluk kiranya
memberi nuansa ekologis, di mana penebusan manusia berefek juga pada pemulihan
mahluk lain. Matius menggunakan istilah ‘kepada semua bangsa’ dan Lukas ‘kepada
segala bangsa’ tapi Markus ‘kepada segala mahluk’.
Manusia sebagai mahkota ciptaan yang
bertanggung jawab juga atas mahluk ciptaan lain, harus mendapat kabar baik
yaitu injil. Menurut istilah Lukas, dalam nama Yesus berita pertobatan dan
pengampunan dosa disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Hingga
setiap orang yang memiliki keyakinan seperti Petrus dan Yohanes yang berani
bersaksi di hadapan pendakwa, “silakan putuskan sendiri, mana yang benar di
hadapan Allah: taat kepada manusia, kepada kamu, atau taat kepada Allah”.
Saudara saudari yang terkasih,
ada anekdot : pada suatu hari pemburu
berjalan-jalan membawa senapan. Tak diduga dia berpapasan dengan seekor macan. Ia
kaget karena macan mengaum dan mendekat. Akhirnya dia berdoa kepada Allah minta
tolong dibebaskan. Dan macan itu berhenti, duduk di depannya. Dan dia berkata, “Tuhan,
terima kasih atas perlindunganMu”, tapi rupanya macan itu duduk berdoa, berdoa
Bapa Kami, “berilah rejeki kami hari ini”.
Anekdot ini hanya mengatakan, apakah
macan juga yang ciptaan Allah tidak memohon belas kasih Allah untuk makanannya,
yang juga harus kita lindungi dan kita berkati. Untuk itulah tidak heran jika Paus
Fransiskus pada tahun 2015 mengeluarkan ensiklik Laudato Si, merawat rumah kita bersama, yang menampilkan tokoh suci
Fransiskus Asisi seorang yang dekat dengan Allah, mencintai sesama, dekat dengan
alam. Maka ketika ada serigala yang kelaparan mengancam suatu kampung, Fransiskus
berbicara dengan serigala itu dan serigala itu mau taat mendengarkan Fransiskus,
berdamai dengan manusia. Ada harmoni kedekatan dengan Allah, kedekatan dengan
sesama dan kedekatan dengan alam.
Saudara saudari yang terkasih,
dalam homili misa Minggu Paskah di Katedral
Jakarta Bapa Kardinal Ignatius Suharyo dengan sangat bagus menguraikan dosa
ekologis sebagai salah satu sebab wabah. (Saya mohon ijin kepada beliau dan
atas seijin kemurahan hatinya, saya diperkenankan untuk mengutip sebagian dari
homilinya. Lengkapnya saudara bisa lihat di rekamannya).
Bisa jadi wabah adalah reaksi natural
atas kesalahan manusia secara kolektif terhadap alam. Dalam bahasa iman wabah
antara lain disebabkan oleh dosa ekologis. Wabah muncul karena manusia
telah merusak tatanan dan harmoni alam. Perusakan
alam ini membuat alam tidak seimbang lagi dan ini mempunyai akibat sangat luas
dan beragam, misalnya pemanasan bumi, perubahan iklim, polusi yang mengotori
semua elemen alam: di darat, laut maupun udara dan munculnya berbagai macam
penyakit baru. Ketidak seimbangan alam ini membuat tubuh manusia tidak seimbang
pula. Imunitas melemah sehingga manusia menjadi rentan terhadap wabah. Seharusnya
alam memiliki caranya sendiri untuk meredam wabah, tetapi ketika nafsu,
keserakahan dan kesombongan manusia telah merusak alam, wabah tidak terbendung.
Mengenai keserakahan manusia ini Paus Fransiskus mengatakan: dengan keserakahannya
manusia mau menggantikan tempat Allah. Dan dengan demikian membangkitkan
pemberontakan terhadap alam.
Kita semua terlibat dalam dosa terhadap
harmoni yang telah diciptakan Allah sebagai semua baik dan amat baik.
Saudara saudari, silakan renungkan ini
dan silakan saudara saudari mendengarkan/ menyaksikan lengkapnya dalam rekaman
yang lain.
Dalam suasana muram pandemi corona ini mari kita mawas diri daripada
menyalahkan pihak lain gara-gara ini, gara-gara itu, gara-gara si ini, gara-gara
orang ini, gara-gara bangsa ini, tanpa membuat situasi lebih baik. Mari kita
mewartakan Injil, membawa kabar baik kepada segala mahluk sehingga penebusan yang
kita alami karena kebangkitan Tuhan mendorong kita untuk menjadi lebih peduli
pada keselamatan ekologi segala mahluk, yaitu keselamatan sesama manusia, diri
kita, semua orang dan pemulihan harmoni alam. Mari kita lebih takut dan taat kepada
Allah untuk melindungi sesama. Mulai dari keluarga, tetangga, negara dan segala
bangsa serta menghormati harmoni alam yang ada di sekitar kita. Itulah buah
kabar baik.
No comments:
Post a Comment