Friday, May 8, 2020

18 April 2020 Sabtu Oktaf Paskah


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Sabtu Oktaf Paskah 18 April 2020
Gereja Santo Laurentius Sukajadi Bandung



Bacaan I Kis 4:13-21
Mazmur Tanggapan Mzm 118:1.14-15.16ab-18.19-21
Bacaan Injil Mrk 16:9-15


Saudara saudari yang terkasih,
Allah menciptakan bumi dan segala isinya dengan baik, bahkan saat menciptakan manusia dengan gambar dan rupaNya, Allah melihatnya sungguh amat baik. Manusia adalah mahkota ciptaan yang dititipi Allah, untuk memanfaatkan dan memeliharanya sedemikan rupa, sehingga harmoni alam dapat menopang kehidupan dan keselamatan manusia. Akan tetapi harmoni ini terganggu oleh kesombongan manusia, yang ingin menjadi seperti Allah. Dosa terjadi, saat manusia naik ingin menjadi seperti Allah dan keselamatan terjadi, ketika Allah, Putra Allah turun mau menjadi manusia. Keselamatan terjadi saat Putra Allah menjadi manusia, lahir, hidup, menderita, wafat dan akhirnya bangkit. Yesus yang taat pada Allah menebus manusia melalui misteri paskah.

Penampakan Yesus yang bangkit kepada Maria Magdalena, dua orang murid Emaus dan para rasul, serta perutusan para murid untuk memberitakan Injil kepada segala mahluk diceritakan secara ringkas dalam Injil Markus hari ini.
Kabar gembira kepada segala mahluk kiranya memberi nuansa ekologis, di mana penebusan manusia berefek juga pada pemulihan mahluk lain. Matius menggunakan istilah ‘kepada semua bangsa’ dan Lukas ‘kepada segala bangsa’ tapi Markus ‘kepada segala mahluk’.
Manusia sebagai mahkota ciptaan yang bertanggung jawab juga atas mahluk ciptaan lain, harus mendapat kabar baik yaitu injil. Menurut istilah Lukas, dalam nama Yesus berita pertobatan dan pengampunan dosa disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Hingga setiap orang yang memiliki keyakinan seperti Petrus dan Yohanes yang berani bersaksi di hadapan pendakwa, “silakan putuskan sendiri, mana yang benar di hadapan Allah: taat kepada manusia, kepada kamu, atau taat kepada Allah”.

Saudara saudari yang terkasih,
ada anekdot : pada suatu hari pemburu berjalan-jalan membawa senapan. Tak diduga dia berpapasan dengan seekor macan. Ia kaget karena macan mengaum dan mendekat. Akhirnya dia berdoa kepada Allah minta tolong dibebaskan. Dan macan itu berhenti, duduk di depannya. Dan dia berkata, “Tuhan, terima kasih atas perlindunganMu”, tapi rupanya macan itu duduk berdoa, berdoa Bapa Kami, “berilah rejeki kami hari ini”.
Anekdot ini hanya mengatakan, apakah macan juga yang ciptaan Allah tidak memohon belas kasih Allah untuk makanannya, yang juga harus kita lindungi dan kita berkati. Untuk itulah tidak heran jika Paus Fransiskus pada tahun 2015 mengeluarkan ensiklik Laudato Si, merawat rumah kita bersama, yang menampilkan tokoh suci Fransiskus Asisi seorang yang dekat dengan Allah, mencintai sesama, dekat dengan alam. Maka ketika ada serigala yang kelaparan mengancam suatu kampung, Fransiskus berbicara dengan serigala itu dan serigala itu mau taat mendengarkan Fransiskus, berdamai dengan manusia. Ada harmoni kedekatan dengan Allah, kedekatan dengan sesama dan kedekatan dengan alam.

Saudara saudari yang terkasih,
dalam homili misa Minggu Paskah di Katedral Jakarta Bapa Kardinal Ignatius Suharyo dengan sangat bagus menguraikan dosa ekologis sebagai salah satu sebab wabah. (Saya mohon ijin kepada beliau dan atas seijin kemurahan hatinya, saya diperkenankan untuk mengutip sebagian dari homilinya. Lengkapnya saudara bisa lihat di rekamannya).
Bisa jadi wabah adalah reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektif terhadap alam. Dalam bahasa iman wabah antara lain disebabkan oleh dosa ekologis. Wabah muncul karena manusia telah  merusak tatanan dan harmoni alam. Perusakan alam ini membuat alam tidak seimbang lagi dan ini mempunyai akibat sangat luas dan beragam, misalnya pemanasan bumi, perubahan iklim, polusi yang mengotori semua elemen alam: di darat, laut maupun udara dan munculnya berbagai macam penyakit baru. Ketidak seimbangan alam ini membuat tubuh manusia tidak seimbang pula. Imunitas melemah sehingga manusia menjadi rentan terhadap wabah. Seharusnya alam memiliki caranya sendiri untuk meredam wabah, tetapi ketika nafsu, keserakahan dan kesombongan manusia telah merusak alam, wabah tidak terbendung. Mengenai keserakahan manusia ini Paus Fransiskus mengatakan: dengan keserakahannya manusia mau menggantikan tempat Allah. Dan dengan demikian membangkitkan pemberontakan terhadap alam.
Kita semua terlibat dalam dosa terhadap harmoni yang telah diciptakan Allah sebagai semua baik dan amat baik.
Saudara saudari, silakan renungkan ini dan silakan saudara saudari mendengarkan/ menyaksikan lengkapnya dalam rekaman yang lain.

Dalam suasana muram pandemi corona ini mari kita mawas diri daripada menyalahkan pihak lain gara-gara ini, gara-gara itu, gara-gara si ini, gara-gara orang ini, gara-gara bangsa ini, tanpa membuat situasi lebih baik. Mari kita mewartakan Injil, membawa kabar baik kepada segala mahluk sehingga penebusan yang kita alami karena kebangkitan Tuhan mendorong kita untuk menjadi lebih peduli pada keselamatan ekologi segala mahluk, yaitu keselamatan sesama manusia, diri kita, semua orang dan pemulihan harmoni alam. Mari kita lebih takut dan taat kepada Allah untuk melindungi sesama. Mulai dari keluarga, tetangga, negara dan segala bangsa serta menghormati harmoni alam yang ada di sekitar kita. Itulah buah kabar baik.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...