Friday, May 8, 2020

20 April 2020 Senin Paskah II


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Senin Paskah II 20 April 2020
Gereja St. Petrus Katedral Bandung



Bacaan I Kis 4:23-31
Mazmur Tanggapan Mzm 2:1-3.4-6.7-9
Bacaan Injil Yoh 3:1-8


Saudara saudari yang terkasih,
Kitab Suci baik Perjanjian Lama maupun Baru menceritakan banyak kisah mukjizat. Mulai dari mukjizat besar, seperti bangsa Israel menyeberangi Laut Merah dan Yesus membangkitkan Lazarus, sampai dengan mukjizat sehari-hari, antara lain Elisa menyembuhkan Na’aman Panglima Raja Arab dari kusta dan Yesus menyembuhkan Mertua Petrus dari demam. Mukjizat ini juga terjadi melalui karya para Rasul yang menyembuhkan pengemis lumpuh dan membangkitkan Tabita atau Dorkas. Banyak orang bertanya, “apakah mukjizat-mukjizat seperti dikisahkan dalam Kitab Suci masih juga terjadi sampai sekarang?” Bukankah Kitab Ibrani 13:8 mengatakan: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun  hari ini sampai selama-lamanya?” Betul! Kristus tetap sama. Ia hidup dan tetap berkarya di antara kita. MukjizatNya tidak pernah berhenti hingga saat ini, justru kemajuan teknologi - makin modern, keunggulan intelektual - makin pintar dan keberhasilan ekonomi - makin kaya sering menutupi mata kita untuk melihat mukjizat Tuhan, seakan semua keajaiban yang terjadi dan dialami adalah hasil kerja manusia.

Ada satu ilustrasi kecil, seorang Nenek bepergian naik pesawat, di sebelahnya seorang pemuda perlente, berdasi, tampak berhasil secara intelektual, secara ekonomi. Lalu waktu giliran pramugari menawarkan makanan, ada dua pilihan : ayam dan ikan. Pada hari itu masa Prapaskah, Ibu/Oma itu memilih ikan, pemuda itu ikan, di sebelahnya juga ikan, di belakangnya ada anak juga yang merengek meminta ikan. Ikan habis. “Maaf, ikan habis”.
Akhirnya Oma ini mengatakan kepada pramugari, “Mbak, ini saya tidak jadi makan”,
ikan diberikan kepada anak itu, dan anak itu berhenti menangis. Pemuda itu melihat kepada Nenek itu, lalu Nenek itu bertanya, “kenapa?”  
Lalu pemuda itu bilang, “Oma tidak lapar? bukankah lapar juga?”
“Ya lapar, tapi orang harus berkorban diri, harus memberikan kepada orang lain”.
“Untuk apa berkorban diri?”
“Ya … saya berharap tadi kamu yang memberikan kepada dia, tapi kamu diam saja, orang muda!”
Lalu karena tidak mau berdebat panjang, Nenek itu mengambil tasnya dan rupanya yang dibuka adalah Kitab Suci. Rupanya orang sebelah juga percaya kepada Kristus, dia berkata, “apa itu, Kitab Suci?” atau setidak-tidaknya tahu.
Ia bilang, “ya, baca Kitab Suci, Firman Tuhan”.
“Untuk apa baca Firman Tuhan? Banyak bohongnya. Dan banyak hal yang tidak logis. Coba itu … ada nabi Yunus, siapa itu, Nabi yang tiga hari dimakan ikan?”
“Itu nabi Yunus”.
“Ya betul, masak tiga hari di dalam perut ikan, hidup. Dan setelah itu dilemparkan, dan bisa hidup lagi. Tidak mungkin! Tidak logis! Coba lihat, apakah dia juga masuk Surga? Yang setia pada Tuhan!”
Oma itu berkata, “baik, nanti kalau saya masuk Surga, saya akan tanyakan pada dia”.
“lha…  bagaimana kalau di neraka?”
“Ya, saudara yang tanyakan kalau dia ada di neraka”.
Saudara saudari yang terkasih,
Nikodemus adalah orang Farisi, pemimpin orang Yahudi. Ia adalah orang yang terhormat, kedudukan sosialnya tinggi dan keunggulan intelektualnya tak diragukan. Ia datang kepada Yesus pada malam hari, sebagai simbol, sekalipun orang terhormat secara manusiawi, tetapi mengalami kegelapan rohani. Maka ia datang kepada Yesus untuk mendapatkan pencerahan, hingga menemukan jawaban saat pulang pada pagi hari sebagai simbol penerangan spiritual. Ia terbuka pada Yesus yang diyakininya sebagai pribadi yang diutus Allah, sebab, “tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya”.
Nikodemus yakin bahwa mjukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus terjadi karena Allah menyertaiNya. Nikodemus adalah contoh orang yang berhasil secara manusiawi, mengalami kemakmuran material, mengalami keunggulan intelektual, tetapi tetap haus kesejahteraan rohani yang mengantarnya pada keselamatan Surgawi.

Saudara saudari yang terkasih,
semoga kemajuan ilmu dan teknologi serta kemakmuran materi tidak menjauhkan kita dari Allah Yang Mahakuasa, yang menciptakan langit dan bumi, yang membuat berbagai mukjizat lewat kemajuan dan kemakmuran yang boleh kita nikmati. Mungkin caranya tidak seperti yang kita pikirkan, bukankah berbagai kemajuan itu adalah mukjizat, tanda kehadiran Allah yang menyertai manusia? Tetapi mengapa manusia kadang tak mengakuinya sebagai sesuatu yang berasal dari Allah? Ketidak berdayaan mencegah virus corona saat ini mengajak kita untuk berefleksi, ternyata kita lemah dan rapuh. Hidup manusia bisa melayang seketika. Kita butuh Allah yang memiliki kehidupan. Kita butuh mukjizatNya. Kita perlu mengakui Kemahakuasaan. Tuhan, buat kami percaya akan mukjizatMu setiap hari, saya masih hidup, itulah mukjizat. Buatlah kami melihat dan mengalami mukjizat itu.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...