Thursday, May 7, 2020

10 April 2020 Jumat Agung


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Ibadat Jumat Agung 10 April 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung


Bacaan I Yes 52:13-53:12
Mazmur Tanggapan Mzm 31:2.6.12-13.15-16.17.25
Bacaan II Ibr 4:14-16;5:7-9
Bacaan Injil Yoh 18:1-19:42


Saudara saudari yang terkasih,
pada hari Jumat Agung ini kita mengenangkan, menghormati kisah sengsara dan Salib Tuhan, sekaligus mempersembahkan salib kita sendiri. Yesus bersabda kepada para murid, “setiap orang yang mau mengikut Aku ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Kisah Sengsara Yesus adalah contoh kongkrit dari SabdaNya. Yesus adalah Putra Allah dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, tanpa kesalahanNya dan bukan karena dosaNya. Yesus menderita untuk kita. Di taman Getsemani Ia takut hingga berpeluh darah, “ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripadaKu”. Ia menyangkal diriNya, Ia mau taat kepada BapaNya, “bukan kehendakKu, tetapi kehendakMulah terjadi”. Kesengsaraan di jalan salib begitu berat, Ia jatuh berkali-kali. Ia dilemparkan ke atas salib, yang Ia peluk sebagai altar persembahan hidup kepada BapaNya demi keselamatan manusia. Ia menjerit akibat paku kesalahan manusia. Ia meronta menahan luka duri-duri dosa manusia. KesengsaraanNya tak tertahankan lahir batin, hingga Ia merasa sepi, sendiri, serasa ditinggalkan Allah, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Ada saat-saat di mana kita juga berteriak kepada Allah, “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan aku? Ternyata Allah tak meninggalkanNya. Masakan seorang Ayah, yang melihat AnakNya menderita tak tega dan tak mencucurkan air mata? Ia melihat BapaNya ada di sana, Ia melihat BapaNya juga mencucurkan airmata. Dalam tetes darah dan cucuran airmata, di mana terungkap kasih Allah pada manusia, Yesus melihat terang kebangkitan, hingga Ia berserah diri kepada BapaNya, dalam tenaga yang masih tersisa, “ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu”. Waktu menyaksikan penderitaan Yesus hingga wafatNya, kepala pasukan pun bersaksi, “sungguh Orang ini adalah Anak Allah!”

Saudara saudari yang terkasih,
semoga dalam hidup dan mati, dalam sehat maupun sakit, dalam untung ataupun malang, dalam keadaan jaya ataupun terpuruk, hidup kita sedemikian mengikuti Yesus sendiri, hingga orang berkata, “orang ini anak Tuhan, orang ini murid Yesus”. Itulah pengalaman Santo Paulus, “jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan. Jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup ataupun mati kita adalah milik Tuhan”. Di situlah penderitaan kita ada artinya, di situlah sengsara kita, kalau kita sengsara, kita memuliakan Tuhan, kita membahagiakan sesama dan menyelamatkan diri sendiri.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...