Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Jumat Oktaf Paskah 17 April 2020
Aula Yohanes Paulus II Bumi Silih Asih
Bandung
Bacaan I Kis 4:1-12
Mazmur Tanggapan Mzm 118:1-2.4.22-24.25-27a
Bacaan Injil Yoh 21:1-14
Mazmur Tanggapan Mzm 118:1-2.4.22-24.25-27a
Bacaan Injil Yoh 21:1-14
Saudara saudari yang terkasih,
setelah bangkit Yesus mengutus para
murid memberitakan Injil dan mengusir setan. Di balik perutusan itu, Yesus
memberi tanggung jawab kepada para murid, yang juga menjadi tugas kita yang
telah mengalami penebusan, yaitu menunjukkan Tuhan kepada sesama : itu Tuhan. Sebagaimana
murid yang dikasihi menunjukkan Tuhan kepada Petrus. Perutusan kita menunjukkan
Tuhan kepada sesama hanya mungkin kalau kita sendiri telah melihat Tuhan, telah
mengalami kehadiranNya.
Ada satu ilustrasi kecil,
setiap pagi seorang Oma di apartemen di
luar negeri selalu datang ke berandanya dan berkata,
“mukjizat! Puji Tuhan! Alleluia!”
setiap hari. Lalu pada suatu hari ada
seorang pemuda ateis menjadi tetangganya. Ia terganggu, setiap kali ada refrein
‘Alleluia! Puji Tuhan! Mukjizat!’, ia pun bersahut-sahutan, setiap kali Oma itu
keluar, ia pun keluar,
“tidak ada Tuhan! Omong kosong!”
Pagi hari “mukjizat! Puji Tuhan!
Alleluia!”
“tidak ada Tuhan! Omong kosong!”
Sampai pada suatu hari musim dingin, Oma
ini tidak bisa pergi ke minimarket karena encok mungkin, sakit, jadi tidak bisa
pergi. Lalu Oma ini seperti biasa keluar,
“mukjizat! Puji Tuhan!”
Mukjizat karena dia masih hidup, seumur
itu masih bisa hidup. Lalu dia berkata,
“Tuhan hari ini dingin sekali. Saya
tidak bisa pergi belanja. Maka tolong kirimkanlah, berilah rejeki hari ini : roti,
susu dan telur!”
Lalu ateis itu berkata,
“omong kosong! Tidak ada Tuhan! Tuhan
tidak akan kasih apa yang kamu minta!”
Pagi hari dia berteriak seperti biasa,
berseru,
“Puji Tuhan! Alleluia!”
“tidak ada Tuhan! Omong kosong!” kata ateis.
Lalu dia lihat di bawah itu ada
bungkusan kertas, mungkin dia ambil, lalu dia keluar lagi, dia berseru lagi,
“mukjizat! Alleluia! Puji Tuhan! Engkau
telah mengabulkan doaku, ada roti, ada susu dan ada telur!”
Ateis itu berkata, “omong kosong! Tidak
ada Tuhan! Tuhan tidak kasih roti susu dan telur! Saya yang beli untuk kamu!” mungkin
dia kesepian kalau dia mati, lalu dia belikan.
Lalu dia keluar lagi mendengar ateis itu,
“halleluyah! Puji Tuhan! Engkau telah
menggerakkan orang bodoh itu untuk membelikan untuk aku!”
Bagi seorang ateis, segala sesuatu yang
tidak percaya kepada Tuhan, itu adalah hasil kerja manusia. Tapi bagi orang yang
beriman, semua peristiwa hidup adalah bagian dari penyelenggaraan Ilahi. Di
mana Tuhan terlibat di sana.
Saudara saudari yang terkasih,
para Rasul sungguh melihat Yesus sebagai
Tuhan setelah kebangkitanNya. Mereka yang telah hidup bersama, dekat dan akrab,
lalu mengikuti Yesus sebagai Tuhan adalah murid yang siap diutus, untuk
menghadirkan Tuhan melalui berbagai kebaikan yang telah diwartakan dan
dilakukan Yesus sendiri. Sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama. Petrus
meyakinkan para Imam Kepala bahwa Yesus bangkit dan hidup. Petrus meyakinkan
bersama dengan Rasul, Yesus bangkit. Dan banyak orang yang mengikuti Tuhan, hari
itu disebut 5000 orang yang ditunjukkan oleh para Rasul, itu Tuhan! Itulah
tugas perutusan yang diemban para murid. Karena itulah pula, mereka harus
mengalami salib, kesulitan dan penderitaan.
Dalam Injil, pengenalan Yesus sebagai Tuhan
terjadi dalam mukjizat, yang mereka saksikan, setelah mengalami kegagalan. Sepanjang
hari mereka tidak mendapatkan ikan, tetapi dengan Yesus, bersama dengan Yesus mereka
mendapatkan ikan yang luar biasa. Saat mereka tidak protes akan apa yang disabdakan oleh Yesus. Karenanya para murid
mampu menguasai dunia dan memperoleh semua hal yang dicari dan dikejarnya, yang
dilambangkan dengan 153 ikan yang menunjukkan, menurut salah satu tafsir, semua
jenis ikan yang dikenal pada waktu itu atau semua jenis ikan yang ada di dunia
pada waktu itu. Dan angka itu juga menunjukkan kelimpahan yang luar biasa. Ada
mukjizat di dalam Tuhan dan bukan hanya jumlahnya, semuanya 150, tapi juga
ikannya itu besar-besar.
Tujuan akhir dari pemuridan adalah mau
mengakui dan mampu mengenal Tuhan serta siap diutus untuk menunjukkan Tuhan kepada
sesama, itu Tuhan, itu Tuhan, di situ Tuhan hadir dan terlibat.
Tugas perutusan seorang murid untuk menunjukkan
Tuhan ini pasti membawa konsekuensi salib. Dalam homili misa Pro Ecclesia 14 Maret 2013 dengan para Kardinal,
Paus Fransiskus berkata, “ketika kita melakukan pekerjaan tanpa salib, ketika
kita membangun tanpa salib dan ketika kita mengikuti Kristus tanpa salib, kita
bukanlah murid Tuhan, kita bersifat duniawi. Kita adalah para Uskup, Imam, Kardinal,
Paus tetapi bukan murid Tuhan.
Saudara saudari yang terkasih,
dalam situasi kacau pandemi seperti ini,
kadang orang sulit untuk mengenal Tuhan dan melihat kehadiranNya. Marilah kita
cermati dan syukuri, mukjizat-mukjizat Tuhan yang tampak biasa di tengah
kehidupan sehari-hari, tetapi mungkin menampilkan apa yang luar biasa,
keagungan dan kebesaran serta kebaikan dan kemurahan Allah melalui alam dan
sesama. Kemarin ada berita di Dayeuhkolot, ada anak kecil SD yang mengumpulkan
uang jajannya. Ibunya pedagang baso, lalu mengumpulkan setiap hari di celengan,
uang dua ratus rupiah, lima ratus, seribu ada satu kaleng dia bawa ke Kapolsek
di Dayeuh kolot sana diserahkan untuk membeli APD dan terkumpul 400 sekian ribu.
Dia terharu melihat berita tontonan di televisi banyak orang yang membutuhkan
alat-alat perlindungan diri. Mukjizat! Ada banyak mukjizat-mukjizat kecil. Ada
banyak gerakan-gerakan kemanusiaan dan kemasyarakatan yang terjadi dan itulah
mukjizat, orang yang tidak mengharapkan sesuatu, , tiba-tiba mendapatkan rejeki
dari orang-orang lain dan itu adalah Tuhan.
Semoga kita mengalami kehadiran Tuhan
dalam hidup dan karya kita atau saat Ekaristi hingga mampu menunjukkan Tuhan
kepada sesama. Semoga hidup kita menjadi Epifani Ilahi, menampakkan kehadiran Allah
yang penuh kasih.
No comments:
Post a Comment