Friday, May 8, 2020

17 April 2020 Jumat Oktaf Paskah


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Jumat Oktaf Paskah 17 April 2020
Aula Yohanes Paulus II Bumi Silih Asih Bandung

Bacaan I Kis 4:1-12
Mazmur Tanggapan Mzm 118:1-2.4.22-24.25-27a
Bacaan Injil Yoh 21:1-14

Saudara saudari yang terkasih,
setelah bangkit Yesus mengutus para murid memberitakan Injil dan mengusir setan. Di balik perutusan itu, Yesus memberi tanggung jawab kepada para murid, yang juga menjadi tugas kita yang telah mengalami penebusan, yaitu menunjukkan Tuhan kepada sesama : itu Tuhan. Sebagaimana murid yang dikasihi menunjukkan Tuhan kepada Petrus. Perutusan kita menunjukkan Tuhan kepada sesama hanya mungkin kalau kita sendiri telah melihat Tuhan, telah mengalami kehadiranNya.

Ada satu ilustrasi kecil,
setiap pagi seorang Oma di apartemen di luar negeri selalu datang ke berandanya dan berkata,
“mukjizat! Puji Tuhan! Alleluia!”
setiap hari. Lalu pada suatu hari ada seorang pemuda ateis menjadi tetangganya. Ia terganggu, setiap kali ada refrein ‘Alleluia! Puji Tuhan! Mukjizat!’, ia pun bersahut-sahutan, setiap kali Oma itu keluar, ia pun keluar,
“tidak ada Tuhan! Omong kosong!”
Pagi hari “mukjizat! Puji Tuhan! Alleluia!”  
“tidak ada Tuhan! Omong kosong!”
Sampai pada suatu hari musim dingin, Oma ini tidak bisa pergi ke minimarket karena encok mungkin, sakit, jadi tidak bisa pergi. Lalu Oma ini seperti biasa keluar,
“mukjizat! Puji Tuhan!”
Mukjizat karena dia masih hidup, seumur itu masih bisa hidup. Lalu dia berkata,
“Tuhan hari ini dingin sekali. Saya tidak bisa pergi belanja. Maka tolong kirimkanlah, berilah rejeki hari ini : roti, susu dan telur!”
Lalu ateis itu berkata,
“omong kosong! Tidak ada Tuhan! Tuhan tidak akan kasih apa yang kamu minta!”
Pagi hari dia berteriak seperti biasa, berseru,
“Puji Tuhan! Alleluia!”
“tidak ada Tuhan! Omong kosong!”  kata ateis.
Lalu dia lihat di bawah itu ada bungkusan kertas, mungkin dia ambil, lalu dia keluar lagi, dia berseru lagi,
“mukjizat! Alleluia! Puji Tuhan! Engkau telah mengabulkan doaku, ada roti, ada susu dan ada telur!”
Ateis itu berkata, “omong kosong! Tidak ada Tuhan! Tuhan tidak kasih roti susu dan telur! Saya yang beli untuk kamu!” mungkin dia kesepian kalau dia mati, lalu dia belikan.
Lalu dia keluar lagi mendengar ateis itu,
“halleluyah! Puji Tuhan! Engkau telah menggerakkan orang bodoh itu untuk membelikan untuk aku!”
Bagi seorang ateis, segala sesuatu yang tidak percaya kepada Tuhan, itu adalah hasil kerja manusia. Tapi bagi orang yang beriman, semua peristiwa hidup adalah bagian dari penyelenggaraan Ilahi. Di mana Tuhan terlibat di sana.

Saudara saudari yang terkasih,
para Rasul sungguh melihat Yesus sebagai Tuhan setelah kebangkitanNya. Mereka yang telah hidup bersama, dekat dan akrab, lalu mengikuti Yesus sebagai Tuhan adalah murid yang siap diutus, untuk menghadirkan Tuhan melalui berbagai kebaikan yang telah diwartakan dan dilakukan Yesus sendiri. Sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama. Petrus meyakinkan para Imam Kepala bahwa Yesus bangkit dan hidup. Petrus meyakinkan bersama dengan Rasul, Yesus bangkit. Dan banyak orang yang mengikuti Tuhan, hari itu disebut 5000 orang yang ditunjukkan oleh para Rasul, itu Tuhan! Itulah tugas perutusan yang diemban para murid. Karena itulah pula, mereka harus mengalami salib, kesulitan dan penderitaan.

Dalam Injil, pengenalan Yesus sebagai Tuhan terjadi dalam mukjizat, yang mereka saksikan, setelah mengalami kegagalan. Sepanjang hari mereka tidak mendapatkan ikan, tetapi dengan Yesus, bersama dengan Yesus mereka mendapatkan ikan yang luar biasa. Saat mereka tidak protes akan apa yang  disabdakan oleh Yesus. Karenanya para murid mampu menguasai dunia dan memperoleh semua hal yang dicari dan dikejarnya, yang dilambangkan dengan 153 ikan yang menunjukkan, menurut salah satu tafsir, semua jenis ikan yang dikenal pada waktu itu atau semua jenis ikan yang ada di dunia pada waktu itu. Dan angka itu juga menunjukkan kelimpahan yang luar biasa. Ada mukjizat di dalam Tuhan dan bukan hanya jumlahnya, semuanya 150, tapi juga ikannya itu besar-besar.
Tujuan akhir dari pemuridan adalah mau mengakui dan mampu mengenal Tuhan serta siap diutus untuk menunjukkan Tuhan kepada sesama, itu Tuhan, itu Tuhan, di situ Tuhan hadir dan terlibat.

Tugas perutusan seorang murid untuk menunjukkan Tuhan ini pasti membawa konsekuensi salib. Dalam homili misa Pro Ecclesia 14 Maret 2013 dengan para Kardinal, Paus Fransiskus berkata, “ketika kita melakukan pekerjaan tanpa salib, ketika kita membangun tanpa salib dan ketika kita mengikuti Kristus tanpa salib, kita bukanlah murid Tuhan, kita bersifat duniawi. Kita adalah para Uskup, Imam, Kardinal, Paus tetapi bukan murid Tuhan.

Saudara saudari yang terkasih,
dalam situasi kacau pandemi seperti ini, kadang orang sulit untuk mengenal Tuhan dan melihat kehadiranNya. Marilah kita cermati dan syukuri, mukjizat-mukjizat Tuhan yang tampak biasa di tengah kehidupan sehari-hari, tetapi mungkin menampilkan apa yang luar biasa, keagungan dan kebesaran serta kebaikan dan kemurahan Allah melalui alam dan sesama. Kemarin ada berita di Dayeuhkolot, ada anak kecil SD yang mengumpulkan uang jajannya. Ibunya pedagang baso, lalu mengumpulkan setiap hari di celengan, uang dua ratus rupiah, lima ratus, seribu ada satu kaleng dia bawa ke Kapolsek di Dayeuh kolot sana diserahkan untuk membeli APD dan terkumpul 400 sekian ribu. Dia terharu melihat berita tontonan di televisi banyak orang yang membutuhkan alat-alat perlindungan diri. Mukjizat! Ada banyak mukjizat-mukjizat kecil. Ada banyak gerakan-gerakan kemanusiaan dan kemasyarakatan yang terjadi dan itulah mukjizat, orang yang tidak mengharapkan sesuatu, , tiba-tiba mendapatkan rejeki dari orang-orang lain dan itu adalah Tuhan.

Semoga kita mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup dan karya kita atau saat Ekaristi hingga mampu menunjukkan Tuhan kepada sesama. Semoga hidup kita menjadi Epifani Ilahi, menampakkan kehadiran Allah yang penuh kasih.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...