Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Pesta Santo Markus 25 April 2020
Kapel Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Wisma Keuskupan Bandung
Bacaan I 1Ptr 5:5b-14
Mazmur Tanggapan Mzm 89:2-3.6-7.16-17
Bacaan Injil Mrk 16:15-20
Saudara saudari yang terkasih,
tujuan panggilan para murid Yesus dengan
sangat bagus dirumuskan dalam Injil Markus, yang pestanya kita rayakan hari ini.
Markus 3:14-15, “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk
diutusNya memberitakan Injil dan diberiNya kuasa untuk mengusir setan”. Setelah
kebangkitanNya, Yesus mengutus para murid dengan menekankan dua tujuan terakhir
yaitu memberitakan Injil dan mengusir setan, apa yang kita baca hari ini. Karena
tujuan yang pertama yaitu tinggal bersama dengan Yesus, telah terlaksana selama
tiga tahun. Pada pesta Santo Markus ini kita diingatkan kembali akan tugas yang
dititipkan kepada kita melalui para rasul untuk mewartakan Injil kepada segala
mahluk.
Saudara saudari yang terkasih,
ada ilustrasi kecil : ada sekelompok
umat datang kepada Uskup, berkeluh kesah tentang pastor parokinya. Yang
berkotbah sama terus tiga minggu berturut-turut.
Lalu Bapa Uskupnya bertanya, “memang
kotbahnya apa bapak ibu?”
“Pokoknya sama, Bapa Uskup”.
“Bagaimana mungkin?”
“Iya betul, tiga minggu berturut-turut sama
terus”.
“Lalu apa kotbahnya?”
“Kami lupa, Bapa Uskup”.
Lalu Bapa Uskup bertanya, “bagaimana mungkin
bapa ibu berkata kotbahnya sama, sementara bapa ibu sendiri lupa?”
Akhirnya mereka membela diri, “ya pokoknya
tentang Injil dan tentang Yesus terus tiap minggu. Tentang Yesus, tentang Yesus,
kami lupa”.
“Ya sudah”.
Akhirnya mereka disuruh pulang.
Lalu mereka bertanya lagi, “Bapa Uskup,
tolong rahasiakan nama kami, karena kami setiap minggu bertemu”.
“Baik, nanti saya rahasiakan”.
Lalu akhirnya dia berkata lagi, “lalu Bapa
Uskup akan berkata apa?”
“Ah bebas, nanti saya akan memanggil
pastor paroki itu dan berkata, ‘ada sekelompok umat ke sini dan berkeluh kesah.
Mereka mengatakan bahwa tiga minggu Romo berkotbah sama terus tentang Kristus,
Injil dan mereka lupa’. Maka saya minta, ulangi terus sampai mereka ingat betul
siapa Yesus itu”.
Saudara saudari yang terkasih,
Injil hari ini menekankan dua tugas
utama para murid yaitu pewartaan dan pelayanan. Sebelum menjadi pewarta yang
baik dan pelayan yang tulus, seseorang diminta untuk menjadi pendoa yang khusyuk.
Ia harus mempunyai relasi dekat dengan Yesus. Ibaratnya saya sebut asisten
pribadi yang tahu persis apa yang Tuhan kehendaki dan apa yang tidak berkenan
kepadaNya. Ia bagaikan murid terkasih yang di manapun dan kapanpun Yesus berada,
di situ ia berada. Ada hubungan yang dekat dan akrab dengan Yesus sebagai
dimensi mistik kontemplatif seorang murid. Itulah yg dirumuskan oleh Markus 3:14,
sebagai tujuan pertama panggilan dari murid yaitu menyertaiNya, menyertai Yesus.
Setelah tahap itu para murid dipanggil
mewartakan Injil bagaikan seorang juru bicara Tuhan yang menyampaikan apa yang Tuhan
katakan. Pada tahap ini para pewarta, para murid menjadi loudspeaker Yesus, yang kata-katanya adalah Sabda Yesus sendiri
kepada segala bangsa sebagai dimensi misioner apostolik.
Setelah itu para murid masuk pada tahap ketiga:
mengusir setan, menyembuhkan orang dan melakukan tanda-tanda ajaib, yaitu
melakukan berbagai karya baik. Bagaikan seorang sekretaris eksekutif yang
melaksanakan rencana dan karya Tuhan. Pada tahap ini seorang murid melakukan
apa yang dilakukan Tuhan sendiri sebagai dimensi aktif karitatif. Ia menjadi aktor
yang menampilkan wajah Yesus yang berbelas kasih, di mana Yesus akan menyertai
sampai akhir jaman.
Saudara saudari yang terkasih,
syukur kepada Allah bahwa ada banyak orang
yang terpanggil dan tampil sebagai pewarta, yang sebenarnya adalah tugas semua
orang yang dibaptis. Akan tetapi sayangnya tak semua pewarta sungguh mewartakan
Yesus Kristus sebagai juruselamat, yang adalah inti pewartaan kabar baik.
Bahkan ada pewarta yang bukannya memberitakan
Yesus, tetapi hal-hal populer lain atau malah mungkin dirinya sendiri. Hanya
mereka yang mengenal dan dekat dengan Yesus, layak menjadi pewarta Injil yang
mungkin dengan mengulang-ulang pewartaannya sampai orang sungguh ingat betul Yesus
sebagai Tuhan yang bangkit dan menyelamatkan.
Mengutip Santo Yohanes Paulus II dalam Evangelii Gaudium 110, Sri Paus Fransiskus
berkata, “tidak mungkin ada pewartaan Injil sejati tanpa secara eksplisit
mewartakan Yesus sebagai Tuhan”.
No comments:
Post a Comment