Friday, May 8, 2020

1 Mei 2020 Jumat Paskah III


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Jumat Paskah III 1 Mei 2020
Kapel Maria Bunda Yesus 
Wisma Keuskupan Bandung



Bacaan I Kis 9:1-20
Mazmur Tanggapan Mzm 117:1.2
Bacaan Injil Yoh 6:32-39

Saudara saudari yang terkasih,
pernah seorang Prodiakon atau Asisten Imam bercerita pada saya bagaimana seusai misa ia dicegat, dimaki-maki dan hampir dipukul oleh seorang umat yang baru saja ikut misa. Saya berkata, “bagaimana mungkin terjadi orang yang tangannya baru saja menyambut komuni, Tubuh Kristus yang kudus seketika itu juga mau dikotori dengan memukul?” “itulah masalahnya”, katanya, “ia tidak menerima komuni. Waktu saya mau bagi komuni, saya berkata ‘Tubuh Kristus’, ia tidak menjawab ‘amin’. Lalu saya yakinkan dan saya ulangi sampai tiga kali, ‘Tubuh Kristus’, ia diam saja tidak menjawab ‘amin’. Karena tidak menjawab amin tiga kali, saya suruh pergi dan saya tidak beri maka akhirnya saya dicegat seusai misa”.

Saudara saudari yang terkasih,
diamini atau tidak diamini, diimani atau tidak diimani, Tubuh Kristus tetaplah Tubuh Kristus, hosti yang sudah dikonsekrir adalah Tubuh Kristus, tidak tergantung pada iman seseorang dan siapa yang membagikan. Maka tidak semua orang boleh menyambut komuni. Hanya mereka yang mengimani serta telah dibaptis secara katolik dan mendapat pembekalan yang cukup serta menerima komuni pertama, diperkenankan menyambut komuni. Sampai yakin bahwa roti itu adalah Tubuh Kristus, seperti yang Yesus katakan dalam Injil hari ini, “kamu akan makan roti ini, roti ini adalah dagingKu”. Orang yang menyambutNya bersatu dengan Yesus, yang mendorongnya berkomunio dengan sesama umat. Maka menyambut Tubuh Kristus disebut menyambut komuni, ada semangat, ada persatuan dengan Yesus tetapi juga mengandaikan mengajak berkomunio, bersatu dengan sesama umat yaitu gereja, yang adalah, dalam bacaan pertama hari ini nyata, yang adalah tubuh mistik Kristus. Yesus mengatakan kepada Paulus yang menganiaya pengikut Kristus yaitu Gereja sebagai menganiayaNya. “Mengapa engkau menganiaya Aku?”
“Siapakah Engkau”, kata Saulus.
Yesus menjawab, “Akulah Yesus, Akulah Tuhan yang engkau aniaya!”
Di situlah Yesus menyatakan diri, bahwa Gereja adalah Tubuh MistikNya. Maka ketika kita menyambut berkomuni, komuni, menyambut Tubuh Kristus berarti adalah juga dorongan kepada kita untuk berkomunio, bersekutu, berkomunitas dengan sesama umat.

Saudara saudari yang terkasih,
anak kecil yang meminta bagian komuni kepada orangtuanya janganlah diberi. Tetapi ajari dengan lembut agar anak memahami bahwa komuni itu bukan makanan biasa, bukan snack, bukan kue utk dicicipi, tetapi sungguh Tubuh Kristus. Sehingga anak mulai merindukan untuk segera tumbuh dan cepat menyambut komuni, karena itu adalah Tubuh Kristus itu adalah Tuhan. Baiklah membawa anak-anak juga ke gereja, mulai dari bayi sehingga anak tumbuh dan memahami perayaan Ekaristi dengan utuh. Kadang saya diminta memberi tanda salib kepada anak-anak bina iman seusai komuni. Mereka masuk ke gereja persis setelah barisan komuni selesai, antri utk terima berkat dan setelah terima berkat, cepat-cepat kembali ke kelas sekolah minggu. Saya berpikir jangan-jangan kebiasaan ini membentuk nanti kecenderungan pada mereka ke gereja itu yang penting menyambut komuni. Datang terlambat tidak apa-apa, kalau bisa datang setelah persembahan atau sebelum komuni, lalu menyembut komuni, pulang sebelum berkat.

Saudara saudari yang terkasih,
secara luar biasa komuni juga dapat disambut di luar misa, yaitu dalam Ibadat Sabda. Beberapa kelompok, asrama, hari ini mengikuti misa streaming artinya mereka bukan merayakan sakramen Ekaristi tetapi melakukan Ibadat Sabda, lalu setelah melakukan Ibadat Sabda, pada waktu komuni, dibagi komuni itu. Itu dimungkinkan, atau pada saat sakit atau pada lanjut usia, pembagian komuni ke rumah-rumah.
Komuni secara wajar diterimakan pada orang yang secara lengkap mengikuti perayaan Ekaristi, di mana hosti dikonsekrir. Maka hosti lain, walau ada di Sankristi atau di belakang Altar atau ada di sekitarnya yang tidak dimaksudkan untuk dikonsekrir dan belum dikonsekrir bukanlah Tubuh Kristus.

Pernah terjadi ada kesalah pahaman. Komuni hampir habis, sementara umat yang berbaris masih banyak, seorang Prodiakon atau Asisten Imam membawa Sibori penuh dengan Hosti, Ia akan membagikan kepada saya yang Hostinya, yang sudah dikonsekrir, hampir habis. Saya plong, melihat begitu banyak Hosti di Sibori itu dan saya bertanya, “Bapak dapat dari mana?” Ia menjawab polos, “saya mengambil dari tempat Hosti. Syukur masih banyak Monsignor”. “Huss!” Saya bilang, “Sst … jangan! Bawa kembali ini, jangan dibagikan, ini bukan tubuh Krsitus, ini belum dikonsekrir!”

Saudara saudari yang terkasih,
Prodiakon Asisten Imam saja bisa salah paham, apalagi kebanyakan dari umat kita. Saudara saudari, kekudusan Tubuh Kristus tak dipengaruhi oleh siapa yang membagi : Asisten Imam, Imam, Uskup atau bahkan Paus, Efek spiritualitasnya sama. Tubuh Kristus yang sama walau mungkin efek psikologisnya berbeda, saya ingin menerima dari dia, saya ingin menerima dari Imam. Bahkan keliru ada orang yang tidak mau menerima dari seorang Prodiakon. Maka tidak usah lari menyilang, lalu memburu seseorang dan menghindari yang lain. Nanti Yesus berkata, “Eh Aku juga disini, di sini Aku, di sana Aku, di mana-mana Aku yang sama!” Tentu kenyataan ini menjadi refleksi bagi kita, para pembagi komuni, dituntut lebih untuk menyiapkan diri agar layak membagikan Tubuh Kristus.

Ada beberapa kasus orang yang meragukan komuni sebagai Tubuh Kristus. Itulah adalah para pendengar Yesus yang bertanya, “bagaimana Ia ini dapat memberikan DagingNya kepada kita untuk dimakan?” Dalam keadaan biasa bentuknya tetap Hosti. Tetapi ada beberapa mukjizat yang menunjukkan bahwa  hosti itu adalah Tubuh Kristus, daging. Seperti mukjizat di Lanciano Itali, terjadi perubahan menjadi daging dan darah yang nyata, dapat kelihatan dan dapat diamati secara ilmiah, pada abad kedelapan. Lalu di Amsterdam pada tahun 1345 juga ada mukjizat Hosti. Lalu di Legnica Polandia baru-baru tahun 2014 juga ada mukjizat seperti ini.

Saudara saudari yang terkasih,
seorang yang tidak pecaya akan transsubstantio, perubahan roti menjadi Tubuh Kristus, menantang Santo Antonius Padua, apakah Hosti yang dikonsekrir itu sungguh Tubuh Kristus. Maka ia menantang, orang yang tidak percaya, beserta dengan para pengikutnya yang tidak percaya juga, “mari kita tempatkan seekor keledai di tempat umum. Kita ikat, tiga hari tidak diberi makan. Dan Santo Antonius membawa sakramen dalam Sibori yang sudah dikonsekrir. Nanti coba lihat, ke mana keledai itu akan datang”. Dan betul, setelah diikat tiga hari tanpa makan keledai lapar, maka orang yang tidak percaya itu menempatkan setumpuk jerami yang menggiurkan keledai itu, dan keledai dilepas. Santo Antonius membawa Sakramen Mahakudus dan keledai itu karena lapar, instingnya berjalan menuju jerami. Santo Antonius memegang Sakramen Mahakudus dan bekata, “inilah Penciptamu, yang aku, yang tidak layak ini, memegangNya dan memerintah kamu, hai keledai, binatang, datang menyembahlah Ia!” Keledai segera berhenti, ia membalikkan badannya dan datang ke Santo Antonius. Berhenti di depannya, menekukkan kakinya, dan menyembah Sakramen Mahakudus. Orang-orang yang tidak percaya, langsung bertobat dan percaya.

Saudara saudari, Adorasi Sakramen itulah yang akan kita lakukan hari Jumat ini. Juga
menyembah di hadapan Sakramen Mahakudus. Ada banyak mukjizat dari Adorasi Ekaristi.
Kalau keledai saja yang kita anggap binatang bodoh menyembah, masakan kita yang dikaruniai Allah kemampuan lebih, tidak datang mencari, mendekati dan menyembahNya.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...