Friday, May 8, 2020

2 Mei 2020 Sabtu Paskah III


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Sabtu Paskah III 2 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus 
Wisma Keuskupan Bandung



Bacaan I Kis 9:31-42
Mazmur Tanggapan Mzm 116:12-13.14-15.16-17
Bacaan Injil Yoh 6:60-69


Saudara saudari yang terkasih,
iman seseorang tumbuh melalui proses. Mulai dari pengalaman, perjumpaan, perasaan, pikiran, hingga pada kepercayaan penuh kepada Tuhan. Dalam keadaan luarbiasa orang langsung melompat dari pengalaman dan perasaan menuju kepercayaan penuh seperti yang terjadi pada Saulus bacaan pertama kemarin. Dari Saulus yang menganiaya umat, kelak menjadi Paulus yang mengayomi umat. Dengan penuh komitmen mewartakan Yesus sebagai Kristus dan Penyelamat.
Pernah ada seorang Bapak Katolik sangat sedih karena istrinya meninggal. Ia menjadi Katolik karena istrinya. Ia lalu berjumpa dengan wanita lain, kesedihan hilang dan menikah dengan wanita lain serta berpindah agama seperti agama wanita itu. Sayangnya istrinya juga meninggal. Ia merana sebagai duda putus asa. Lama peristiwa berlalu, ia bertemu dengan wanita lain dan cocok, hingga menikah dan kembali menjadi Katolik karena istri barunya adalah Katolik juga.

Saudara saudari yang terkasih,
kadang-kadang ada orang yang karena situasi tertentu harus meninggalkan iman Katoliknya. Apalagi ketika berhadapan dengan adanya sejumlah aturan yang mungkin terasa sangat berat untuk beberapa orang. Aturan perkawinan monogami, larangan aborsi, syarat-syarat sakramen inisiasi, belajar agama normal harus satu tahun, ada sakramen rekonsiliasi, lalu ada anjuran KB alami dan ada beberapa hal lain. Tetapi pada dasarnya ada beberapa orang yang mengalami kegelisahan setelah pergi. Pernah ada beberapa orang yang menelpon kepada saya, bagaimana caranya kembali. Dan pernah ada suami istri yang datang, mengatakan, “saya ingin kembali Katolik. Saya sudah meninggalkan. Apa yang harus saya lakukan?” Saya mengatakan, “mengaku dosa!”

Saudara saudari yang terkasih,
ajaran Yesus tampaknya sulit dicerna para pendengarNya. Berkaitan dengan hidup sejati, rupanya Yesus tidak ada kompromi. Sekalipun dalam tindakan-tindakan lain, belas kasih lebih ditonjolkan. Belas kasih bukan berarti harus mengkhianati nilai-nilai sejati. Bagi mereka, para pendengar Yesus, tak mungkin ada orang yang bisa menerima ajaranNya. Ajaran Yesus tentang Roti Hidup tidak bisa diterima akal sehat. Mungkin mereka berkata, “ini ajaran para malaikat untuk malaikat, bukan untuk manusia”. Mereka menganggap apa yang Yesus katakan sebagai pengajaran intelektual, bukan pendalaman spiritutal. Kalau mendengar dengan iman, mereka mungkin mengamini dan mengimani Yesus. Kalau terbuka pada Roh Kudus, pasti mereka datang mencari dan mengikuti Yesus. Ternyata yang goncang bukan hanya mereka, tetapi juga murid-muridnya. Hingga Yesus bertanya, “apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus mungkin kikuk, tidak enak, spontan menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup kekal, dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”. Walau begitu kita tahu, Petrus jatuh juga ketika berhadapan dengan kenyataan yang ia sebetulnya tidak  mau juga, menyangkal Yesus tiga kali. Setelah penyangkalan, melalui proses iman yang panjang, Petrus akhirnya menjadi Rasul Utama, melanjutkan perkataan dan perbuatan Yesus, menghadirkan Yesus sendiri. Ia menyembuhkan Eneas yang lumpuh dan membangkitkan Tabita dari kematian. Itulah proses iman dari nelayan penjala ikan, dengan pergulatan naik turun, menjadi pewarta penjala manusia. Dalam perjalanan imannya yang up and down, naik turun, akhirnya Petrus mati sebagai martir disalib terbalik, karena merasa tidak layak untuk disalib seperti Yesus. Petrus inilah yang menjadi Paus pertama yang memimpin Gereja kita.

Saudara saudari yang terkasih,
kita diajak berproses dalam iman, maju dalam kehidupan iman kita. Kalau mengalami naik turun, kurang semangat, kecewa bahkan mungkin terpaksa mengkhianati iman, menyangkal Yesus, janganlah lari. Tetapi segeralah kembali seperti Petrus, ia jatuh tetapi bangkit berdiri, bahkan lalu menjadi soko guru Gereja dan Paus pertama. Jangan seperti Yudas, yang mengkhianati, menyesal mungkin, lalu mati bunuh diri. Godaan apa, saudara saudari, yang paling rentan membuat kita tergoda untuk lari dari Yesus, menyangkal iman, meninggalkan Tuhan?
Semoga bacaan hari ini meneguhkan kita pada keyakinan bersama dengan Petrus, “Tuhan kepada siapa lagi kami akan pergi, Engkau adalah Yang Kudus dari Allah?” Apapun resikonya, semoga kita dapat mempertahankan iman. Baik saat berhadapan dengan godaan yang menggiurkan atau penderitaan yang menggetarkan. Semoga kenikmatan duniawi atau ancaman badani tak membuat kita pergi dari Yesus.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...