Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Sabtu Paskah III 2 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Wisma Keuskupan Bandung
Video : Sabtu Paskah III 2 Mei 2020
Bacaan I Kis 9:31-42Mazmur Tanggapan Mzm 116:12-13.14-15.16-17
Bacaan Injil Yoh 6:60-69
Saudara saudari yang terkasih,
iman seseorang tumbuh melalui proses. Mulai
dari pengalaman, perjumpaan, perasaan, pikiran, hingga pada kepercayaan penuh
kepada Tuhan. Dalam keadaan luarbiasa orang langsung melompat dari pengalaman
dan perasaan menuju kepercayaan penuh seperti yang terjadi pada Saulus bacaan
pertama kemarin. Dari Saulus yang menganiaya umat, kelak menjadi Paulus yang
mengayomi umat. Dengan penuh komitmen mewartakan Yesus sebagai Kristus dan Penyelamat.
Pernah ada seorang Bapak Katolik sangat
sedih karena istrinya meninggal. Ia menjadi Katolik karena istrinya. Ia lalu
berjumpa dengan wanita lain, kesedihan hilang dan menikah dengan wanita lain
serta berpindah agama seperti agama wanita itu. Sayangnya istrinya juga
meninggal. Ia merana sebagai duda putus asa. Lama peristiwa berlalu, ia bertemu
dengan wanita lain dan cocok, hingga menikah dan kembali menjadi Katolik karena
istri barunya adalah Katolik juga.
Saudara saudari yang terkasih,
kadang-kadang ada orang yang karena
situasi tertentu harus meninggalkan iman Katoliknya. Apalagi ketika berhadapan dengan
adanya sejumlah aturan yang mungkin terasa sangat berat untuk beberapa orang. Aturan
perkawinan monogami, larangan aborsi, syarat-syarat sakramen inisiasi, belajar agama
normal harus satu tahun, ada sakramen rekonsiliasi, lalu ada anjuran KB alami
dan ada beberapa hal lain. Tetapi pada dasarnya ada beberapa orang yang
mengalami kegelisahan setelah pergi. Pernah ada beberapa orang yang menelpon
kepada saya, bagaimana caranya kembali. Dan pernah ada suami istri yang datang,
mengatakan, “saya ingin kembali Katolik. Saya sudah meninggalkan. Apa yang
harus saya lakukan?” Saya mengatakan, “mengaku dosa!”
Saudara saudari yang terkasih,
ajaran Yesus tampaknya sulit dicerna
para pendengarNya. Berkaitan dengan hidup sejati, rupanya Yesus tidak ada
kompromi. Sekalipun dalam tindakan-tindakan lain, belas kasih lebih
ditonjolkan. Belas kasih bukan berarti harus mengkhianati nilai-nilai sejati. Bagi
mereka, para pendengar Yesus, tak mungkin ada orang yang bisa menerima
ajaranNya. Ajaran Yesus tentang Roti Hidup tidak bisa diterima akal sehat. Mungkin
mereka berkata, “ini ajaran para malaikat untuk malaikat, bukan untuk manusia”.
Mereka menganggap apa yang Yesus katakan sebagai pengajaran intelektual, bukan
pendalaman spiritutal. Kalau mendengar dengan iman, mereka mungkin mengamini
dan mengimani Yesus. Kalau terbuka pada Roh Kudus, pasti mereka datang mencari
dan mengikuti Yesus. Ternyata yang goncang bukan hanya mereka, tetapi juga
murid-muridnya. Hingga Yesus bertanya, “apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus
mungkin kikuk, tidak enak, spontan menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup kekal, dan kami telah percaya dan
tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”. Walau begitu kita tahu, Petrus
jatuh juga ketika berhadapan dengan kenyataan yang ia sebetulnya tidak mau juga, menyangkal Yesus tiga kali. Setelah
penyangkalan, melalui proses iman yang panjang, Petrus akhirnya menjadi Rasul Utama,
melanjutkan perkataan dan perbuatan Yesus, menghadirkan Yesus sendiri. Ia
menyembuhkan Eneas yang lumpuh dan membangkitkan Tabita dari kematian. Itulah
proses iman dari nelayan penjala ikan, dengan pergulatan naik turun, menjadi
pewarta penjala manusia. Dalam perjalanan imannya yang up and down, naik turun, akhirnya Petrus mati sebagai martir
disalib terbalik, karena merasa tidak layak untuk disalib seperti Yesus. Petrus
inilah yang menjadi Paus pertama yang memimpin Gereja kita.
Saudara saudari yang terkasih,
kita diajak berproses dalam iman, maju
dalam kehidupan iman kita. Kalau mengalami naik turun, kurang semangat, kecewa
bahkan mungkin terpaksa mengkhianati iman, menyangkal Yesus, janganlah lari. Tetapi
segeralah kembali seperti Petrus, ia jatuh tetapi bangkit berdiri, bahkan lalu
menjadi soko guru Gereja dan Paus pertama. Jangan seperti Yudas, yang
mengkhianati, menyesal mungkin, lalu mati bunuh diri. Godaan apa, saudara
saudari, yang paling rentan membuat kita tergoda untuk lari dari Yesus, menyangkal
iman, meninggalkan Tuhan?
Semoga bacaan hari ini meneguhkan kita pada
keyakinan bersama dengan Petrus, “Tuhan kepada siapa lagi kami akan pergi, Engkau
adalah Yang Kudus dari Allah?” Apapun resikonya, semoga kita dapat mempertahankan
iman. Baik saat berhadapan dengan godaan yang menggiurkan atau penderitaan yang
menggetarkan. Semoga kenikmatan duniawi atau ancaman badani tak membuat kita
pergi dari Yesus.
No comments:
Post a Comment