Friday, May 8, 2020

30 April 2020 Kamis Paskah III


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Kamis Paskah III 30 April 2020
Kapel Maria Bunda Yesus 
Wisma Keuskupan Bandung




Bacaan I Kis 8:26-40
Mazmur Tanggapan Mzm 66:8-9.16-17.20
Bacaan Injil Yoh 6:44-51

Saudara saudari yang terkasih,
ada orang diajak ikut misa oleh temannya yang beragama Katolik. Waktu komuni ia diberi tahu, “nanti ikut saya saja, tak usah komuni, cukup menyilangkan tangan di dada dan kamu akan diberi berkat oleh Romo”. Waktu lewat temannya kaget mendengar “Tubuh Kristus”, dan mereka yang menyambutNya menjawab, “amin”. Ia heran, apa yang dimaksud dengan Tubuh Kristus. Seusai misa ia bertanya, “tadi kamu makan Tubuh Kristus?”
“Betul”.
“Tapi keliatannya kok seperti simping mini, masakan roti kecil itu Tubuh Kristus? Kok bisa?”
“Ya, bisa saja toh?”
“Lha kenapa?”
“Ya, itulah iman”.

Saudara saudari yang terkasih,
bacaan Injil hari Senin kemarin sampai Sabtu nanti berbicara soal Yesus sebagai Roti Hidup.
Sebelumnya para pendengar diberi makan roti lewat penggandaan roti bagi limaribu orang, mereka mencari Yesus karena makanan yang dijadikan pintu masuk oleh Yesus untuk mendorong mereka mencari makanan rohani. Yesus mulai memperkenalkan diri sebagai Roti Kehidupan. Betapa pentingnya pernyataan ini hingga sampai tiga kali Yesus mengatakan, “Akulah Roti Kehidupan” (Yoh 6:35.48.51). Para pendengarNya pun mengalami kesulitan memahami bahwa Yesus adalah Roti Kehidupan yang diberikan pada dunia dan yang diberikan itu adalah DagingNya. Itulah kesulitan orang lain, yang mendengar bahwa orang/umat Katolik sangat memuja Hosti dan menyambutNya sebagai Tubuh Kristus.
Kita percaya dengan penuh iman, bahwa dalam konsekrasi melalui kata-kata Kristus dan seruan kepada Roh Kudus, Hosti yang terbuat dari gandum murni berubah menjadi Daging Tubuh Kristus dan anggur murni berubah menjadi Darah Kristus. Itulah yang diyakini oleh Gereja Katolik sebagai transsubstansia yaitu perubahan substansi roti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus. Ini bukanlah transformasi, bukan perubahan bentuk atau unsur menjadi sesuatu yang lain. Dalam transsubstansia Tubuh dan Darah Kristus itu bukanlah simbol tetapi riil Tubuh dan Darah Kristus, walaupun unsur-unsur fisiknya, penampilannya kalau diamati oleh mikroskop tetaplah roti dan anggur. Baik setelah maupun sebelum konsekrasi tetap sama, tetapi hakekatnya sudah berubah. Ini bukan hanya kepercayaan yang ditradisikan dan diajarkan sehingga menjadi kebenaran, tetapi sungguh terjadi karena kuasa Ilahi. Di mana Yesus menyatakan dalam perjamuan terakhir, “inilah TubuhKu, inilah DarahKu”. Itulah misteri Ekaristi dan mukjizat Ilahi yang diberikan kepada kita agar kita tetap hidup.

Karena substansinya telah menjadi Tubuh Kristus, Hosti sebesar apapun tetaplah Tubuh Kristus. Menerima seperempat, kadang-kadang orang karena kehabisan hosti pada suatu komuni, lalu dibagi-bagi, dipotong-potong dan mendapat seperempat. Orang kemudian, “ah kecil sekali”, lalu orang merasa, “kok lebih kecil ya, kenapa saya? Kurang, rasanya, kurang”. Pada saat kelebihan komuni, lalu dibagikan dua bahkan lebih atau diulang lagi, dibagikan lagi, orang : “aduh luar biasa hari ini, dapat banyak, mendapat besar”. Sepertinya berbeda, tidak! Pada dasarnya menerimanya sama, baik itu kecil baik itu besar dan setelah misa Tubuh Kristus itu tetaplah Tubuh Kristus tidak kembali menjadi roti. Untuk itulah Gereja Katolik, kita, membutuhkan tabernakel untuk menyimpan Tubuh Kristus yang tidak habis dibagikan. Tubuh Kristus yang baru dikonsekrasi setiap misa atau yang minggu lalu dikonsekrasi karena tidak habis dibagikan, tetaplah sama. Tidak seperti roti biasa yang kita nikmati akan lebih nikmat dan sehat saat baru dibuat. Orang mengatakan fresh from the oven, setiap Tubuh Kristus, baik baru dikonsekrasi maupun lama, tetaplah fresh from the altar. Jadi itu sama hakekat Tubuh Kristus, Tubuh Kristusnya adalah sama.

Saudara saudari yang terkasih,
kita bersyukur kepada Allah karena diberi warisan rohani yang luar biasa oleh Yesus, yaitu tubuh untuk disantap sehingga kitapun dikuduskan oleh tubuhNya karena Ia Yang Kudus berkenan memasuki tubuh kita dan bersatu dengan kita melalui mulut kita. Semoga dengan demikian kita makin menghormati tubuh kita sendiri dan tubuh sesama umat di mana Yesus berkenan menyatu melalui penyambutan komuni.

Saudara saudari yang terkasih,
setiap kali kita menyambut Roti Hidup dengan janji Yesus akan hidup abadi. Seperti yang kita dengar hari ini : janji akan hidup kekal. Mudah-mudahan dengan makin sering kita menyambut komuni, makin kita menjadi roti kehidupan bagi sesama kita. Siap dipecah-pecah dan rela dibagi-bagi untuk sesama, untuk mereka yang membutuhkan. Agar kita menjadi berkat bagi banyak orang. Siapa tahu peristiwa saat ini, ketika kita lebih banyak di rumah, menjadi jalan juga bagi kita untuk makin mengimani Komuni Suci sebagai saat penyambutan Tubuh Kristus yang membutuhkan persiapan yang memadai. Karena kita akan bukan hanya berjumpa dengan Yang Kudus dalam perayaan Ekaristis tetapi Yang Kudus berkenan bersatu dengan kita, sebagai suatu kesempatan rahmat untuk bersatu dengan Tuhan yang kita imani.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...