Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Kamis Paskah III 30 April 2020
Kapel Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Wisma Keuskupan Bandung
Video : Kamis Paskah III 30 April 2020
Bacaan I Kis 8:26-40
Mazmur Tanggapan Mzm 66:8-9.16-17.20
Bacaan Injil Yoh 6:44-51
Saudara saudari yang terkasih,
ada orang diajak ikut misa oleh temannya
yang beragama Katolik. Waktu komuni ia diberi tahu, “nanti ikut saya saja, tak
usah komuni, cukup menyilangkan tangan di dada dan kamu akan diberi berkat oleh
Romo”. Waktu lewat temannya kaget mendengar “Tubuh Kristus”, dan mereka yang
menyambutNya menjawab, “amin”. Ia heran, apa yang dimaksud dengan Tubuh Kristus.
Seusai misa ia bertanya, “tadi kamu makan Tubuh Kristus?”
“Betul”.
“Tapi keliatannya kok seperti simping
mini, masakan roti kecil itu Tubuh Kristus? Kok bisa?”
“Ya, bisa saja toh?”
“Lha kenapa?”
“Ya, itulah iman”.
Saudara saudari yang terkasih,
bacaan Injil hari Senin kemarin sampai Sabtu
nanti berbicara soal Yesus sebagai Roti Hidup.
Sebelumnya para pendengar diberi makan roti
lewat penggandaan roti bagi limaribu orang, mereka mencari Yesus karena makanan
yang dijadikan pintu masuk oleh Yesus untuk mendorong mereka mencari makanan
rohani. Yesus mulai memperkenalkan diri sebagai Roti Kehidupan. Betapa
pentingnya pernyataan ini hingga sampai tiga kali Yesus mengatakan, “Akulah Roti
Kehidupan” (Yoh 6:35.48.51). Para pendengarNya pun mengalami kesulitan memahami
bahwa Yesus adalah Roti Kehidupan yang diberikan pada dunia dan yang diberikan
itu adalah DagingNya. Itulah kesulitan orang lain, yang mendengar bahwa orang/umat
Katolik sangat memuja Hosti dan menyambutNya sebagai Tubuh Kristus.
Kita percaya dengan penuh iman, bahwa
dalam konsekrasi melalui kata-kata Kristus dan seruan kepada Roh Kudus, Hosti yang
terbuat dari gandum murni berubah menjadi Daging Tubuh Kristus dan anggur murni
berubah menjadi Darah Kristus. Itulah yang diyakini oleh Gereja Katolik sebagai
transsubstansia yaitu perubahan substansi roti menjadi Tubuh Kristus dan anggur
menjadi Darah Kristus. Ini bukanlah transformasi, bukan perubahan bentuk atau
unsur menjadi sesuatu yang lain. Dalam transsubstansia Tubuh dan Darah Kristus
itu bukanlah simbol tetapi riil Tubuh dan Darah Kristus, walaupun unsur-unsur
fisiknya, penampilannya kalau diamati oleh mikroskop tetaplah roti dan anggur. Baik
setelah maupun sebelum konsekrasi tetap sama, tetapi hakekatnya sudah berubah.
Ini bukan hanya kepercayaan yang ditradisikan dan diajarkan sehingga menjadi
kebenaran, tetapi sungguh terjadi karena kuasa Ilahi. Di mana Yesus menyatakan dalam
perjamuan terakhir, “inilah TubuhKu, inilah DarahKu”. Itulah misteri Ekaristi
dan mukjizat Ilahi yang diberikan kepada kita agar kita tetap hidup.
Karena substansinya telah menjadi Tubuh Kristus,
Hosti sebesar apapun tetaplah Tubuh Kristus. Menerima seperempat, kadang-kadang
orang karena kehabisan hosti pada suatu komuni, lalu dibagi-bagi, dipotong-potong
dan mendapat seperempat. Orang kemudian, “ah kecil sekali”, lalu orang merasa, “kok
lebih kecil ya, kenapa saya? Kurang, rasanya, kurang”. Pada saat kelebihan
komuni, lalu dibagikan dua bahkan lebih atau diulang lagi, dibagikan lagi, orang
: “aduh luar biasa hari ini, dapat banyak, mendapat besar”. Sepertinya berbeda,
tidak! Pada dasarnya menerimanya sama, baik itu kecil baik itu besar dan
setelah misa Tubuh Kristus itu tetaplah Tubuh Kristus tidak kembali menjadi
roti. Untuk itulah Gereja Katolik, kita, membutuhkan tabernakel untuk menyimpan
Tubuh Kristus yang tidak habis dibagikan. Tubuh Kristus yang baru dikonsekrasi
setiap misa atau yang minggu lalu dikonsekrasi karena tidak habis dibagikan, tetaplah
sama. Tidak seperti roti biasa yang kita nikmati akan lebih nikmat dan sehat saat
baru dibuat. Orang mengatakan fresh from
the oven, setiap Tubuh Kristus, baik baru dikonsekrasi maupun lama,
tetaplah fresh from the altar. Jadi
itu sama hakekat Tubuh Kristus, Tubuh Kristusnya adalah sama.
Saudara saudari yang terkasih,
kita bersyukur kepada Allah karena
diberi warisan rohani yang luar biasa oleh Yesus, yaitu tubuh untuk disantap
sehingga kitapun dikuduskan oleh tubuhNya karena Ia Yang Kudus berkenan
memasuki tubuh kita dan bersatu dengan kita melalui mulut kita. Semoga dengan
demikian kita makin menghormati tubuh kita sendiri dan tubuh sesama umat di mana
Yesus berkenan menyatu melalui penyambutan komuni.
Saudara saudari yang terkasih,
setiap kali kita menyambut Roti Hidup dengan
janji Yesus akan hidup abadi. Seperti yang kita dengar hari ini : janji akan
hidup kekal. Mudah-mudahan dengan makin sering kita menyambut komuni, makin
kita menjadi roti kehidupan bagi sesama kita. Siap dipecah-pecah dan rela
dibagi-bagi untuk sesama, untuk mereka yang membutuhkan. Agar kita menjadi
berkat bagi banyak orang. Siapa tahu peristiwa saat ini, ketika kita lebih
banyak di rumah, menjadi jalan juga bagi kita untuk makin mengimani Komuni Suci
sebagai saat penyambutan Tubuh Kristus yang membutuhkan persiapan yang memadai.
Karena kita akan bukan hanya berjumpa dengan Yang Kudus dalam perayaan
Ekaristis tetapi Yang Kudus berkenan bersatu dengan kita, sebagai suatu
kesempatan rahmat untuk bersatu dengan Tuhan yang kita imani.
No comments:
Post a Comment