Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Kamis Paskah IV 7 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Wisma Keuskupan Bandung
Video : Kamis Paskah IV 7 Mei 2020
Bacaan I Kis 13:13-25
Mazmur Tanggapan Mzm 89:2-3.21-22.25.27
Bacaan Injil Yoh 13:16-20
Saudara saudari yang terkasih,
berperan positif dalam kehidupan bersama
adalah bagian dari tanggungjawab kita sebagai mahluk sosial. Ikut ambil bagian
sekecil apapun dalam mengembangkan kehidupan bersama patut dihargai dan dipuji.
Apalagi kalau peranannya lebih besar dan penting. Dalam partisipasi ini kita
perlu menyadari posisi dan porsi kita masing-masing agar perwujudan peran kita
sesuai dengan skenario, yaitu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, hingga
tidak bersinggungan atau tumpang tindih satu sama lain, tetapi bersinergi membangun
satu simponi indah, team work kompak,
keluarga bagus, komunitas bagus atau keluarga bahagia. Kita perlu menyadari
tugas dan tanggung jawab kita, tahu diri dan tahu batas siapa diri kita, apa
tugas kita, terutama ketika makin hari kita makin meningkat dalam kehidupan dan
peran kita. Peran yang baik bukan untuk gaya-gayaan tetapi sungguh suatu
kesempatan rahmat dari Allah kepada kita untuk berpartisipasi lebih dalam
kehidupan bersama.
Seorang karyawan biasa dipromosikan menjadi
staf manajer. Dan pada hari pertama, ia merasa senang karena mendapat meja dan
kursi yang luar biasa di kantor, di ruangan manajernya. Lalu ia ingin bergaya,
ia menelpon menginterkom bagian pantry,
kepada office boy dan ia berkata,
waktu diangkat ada selamat pagi, lalu dia,
“hai mas, tolong ambilkan kopi. Cepat! Tahu
kamu, kemana kan?”
Lalu yang diinterkom itu menjawab,
“Mohon maaf, di sini tidak ada kopi, pak”.
“Tidak ada, tidak ada! Kantor sebesar
ini! Beli di supermarket, di minimarket, di warung di mana kek,cepat beli!”
Akhirnya yang di interkom itu pun mulai
naik, “bapak ini siapa?!”
Mendengar itu kaget juga, mengapa office boy bisa marah.
“Bapak tahu, Bapak interkom pada siapa?”
“Tidak tahu”.
“Ini saya, Direktur Utama!”
Dia kaget dan diapun tidak kalah gaya,
dia membentak lagi,
“Memang Bapak tidak tahu, siapa yang
telepon Bapak?!”
“Ya saya tidak tahu, makanya saya tanya!”
“Ya, syukur kepada Allah!” dia tutup.
Saudara saudari yang terkasih,
dengan bersabda sesungguhnya seorang
hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya, atau seorang utusan daripada dia yang
mengutusnya. Yesus menasehati murid-muridnya untuk selalu sadar diri, tentang
posisinya sebagai murid yang mengikuti guru. Sebagai murid yang diberi
kesempatan untuk partisipasi bukan untuk gaya-gayaan ikut guru yang terkenal, tetapi
untuk terlibat dalam karya keselamatan Allah. Untuk sadar tentang posisinya
sebagai murid yang mengikuti guru. Sebagai murid, mereka menjadi seorang utusan
yang membawa pesan gurunya. Tugas murid mewartakan ajaran guru, bukan dirinya
sendiri, hingga seakan-akan dirinyalah yang lebih besar. Godaan murid, utusan
atau pelayan adalah mencuri kemuliaan gurunya seakan-akan ia berbicara tentang
Yesus, tetapi ternyata bersaksi tentang dirinya, seolah-olah ia itu pengikut
setia. tetapi ternyata pengkhianat bejat,
sepertinya ia itu sahabat dekat tetapi ternyata
musuh dalam selimut. Itulah yang dikutip Yesus dari mazmur 41:9, “bahkan
sahabat karibKu yang kupercayai, yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya
terhadap Aku”. Itulah Yudas yang tidak tahu diri dan tak tahu batas, hingga
lupa diri, siapakah ia sebenarnya yang dianugerahi panggilan menjadi satu dari
dua belas murid pertama.
Bacaan pertama hari ini berakhir dengan
ayat tentang Yohanes Pembaptis, seorang nabi yang tahu diri dan tahu batas,
bahwa ia bukanlah Mesias, tapi seorang utusan, seorang pelayan yang membuka
jalan untuk kedatangan Mesias, “aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia yang
akan datang kemudian daripadaku, membuka kasut dari kakiNya pun aku tidak layak”.
Bahkan ia berkata seperti ditulis dalam Yohanes 3:30, Ia - yaitu Yesus - harus
makin besar tetapi aku harus makin kecil.
Saudara saudari yang terkasih,
Yudas yang tak tahu diri diuntung, mencuri
kemuliaan Yesus, membonceng kebesaran komunitas murid-murid Yesus dengan
menjadi murid untuk kepentingan dirinya sendiri, hingga tega mengkhianati Yesus.
Sebaliknya Yohanes Pembaptis yang tahu batas, siapakah dirinya, memuliakan
Yesus dan mengantar para muridnya untuk mengikuti Yesus.
Kita mempunyai peran masing-masing dalam
hidup. Apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita dalam keluarga. Keluarga
akan kacau kalau anak-anak tidak mau diatur, anak-anak maunya omong dan
mengatur orangtua. Sekolah akan kacau, kelas akan berantakan kalau murid-murid
omong terus, sementara guru tidak diberi kesempatan untuk mengajar. Demikianpun
organisasi, Gereja, apapun, kalau orang tidak menempatkan diri di masing-masing
akan kacau. Tempat kerja, Gereja, di tengah masyarakat kita punya peran masing-masing.
Mari saudara-saudara, kita lakukan sebaik mungkin peran kita, sesuai dengan
posisi dan porsi tanggung jawab kita dengan sadar diri, yaitu tahu batas dan
tahu diri, hingga hidup kita berjalan dengan baik sesuai dengan skenario,
dengan akhir hidup yang kita impikan, dengan akhir hidup yang membahagiakan. Tanpa
tahu diri dan tahu batas, kita mudah tergoda jadi pengkhianat.
No comments:
Post a Comment