Friday, May 8, 2020

7 Mei 2020 Kamis Paskah IV


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Kamis Paskah IV 7 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus 
Wisma Keuskupan Bandung



Bacaan I Kis 13:13-25
Mazmur Tanggapan Mzm 89:2-3.21-22.25.27
Bacaan Injil Yoh 13:16-20


Saudara saudari yang terkasih,
berperan positif dalam kehidupan bersama adalah bagian dari tanggungjawab kita sebagai mahluk sosial. Ikut ambil bagian sekecil apapun dalam mengembangkan kehidupan bersama patut dihargai dan dipuji. Apalagi kalau peranannya lebih besar dan penting. Dalam partisipasi ini kita perlu menyadari posisi dan porsi kita masing-masing agar perwujudan peran kita sesuai dengan skenario, yaitu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, hingga tidak bersinggungan atau tumpang tindih satu sama lain, tetapi bersinergi membangun satu simponi indah, team work kompak, keluarga bagus, komunitas bagus atau keluarga bahagia. Kita perlu menyadari tugas dan tanggung jawab kita, tahu diri dan tahu batas siapa diri kita, apa tugas kita, terutama ketika makin hari kita makin meningkat dalam kehidupan dan peran kita. Peran yang baik bukan untuk gaya-gayaan tetapi sungguh suatu kesempatan rahmat dari Allah kepada kita untuk berpartisipasi lebih dalam kehidupan bersama.

Seorang karyawan biasa dipromosikan menjadi staf manajer. Dan pada hari pertama, ia merasa senang karena mendapat meja dan kursi yang luar biasa di kantor, di ruangan manajernya. Lalu ia ingin bergaya, ia menelpon menginterkom bagian pantry, kepada office boy dan ia berkata, waktu diangkat ada selamat pagi, lalu dia,
“hai mas, tolong ambilkan kopi. Cepat! Tahu kamu, kemana kan?”
Lalu yang diinterkom itu menjawab,
“Mohon maaf, di sini tidak ada kopi, pak”.
“Tidak ada, tidak ada! Kantor sebesar ini! Beli di supermarket, di minimarket, di warung di mana kek,cepat beli!”
Akhirnya yang di interkom itu pun mulai naik, “bapak ini siapa?!”
Mendengar itu kaget juga, mengapa office boy bisa marah.
“Bapak tahu, Bapak interkom pada siapa?”
“Tidak tahu”.
“Ini saya, Direktur Utama!”
Dia kaget dan diapun tidak kalah gaya, dia membentak lagi,
“Memang Bapak tidak tahu, siapa yang telepon Bapak?!”
“Ya saya tidak tahu, makanya saya tanya!”
“Ya, syukur kepada Allah!” dia tutup.

Saudara saudari yang terkasih,
dengan bersabda sesungguhnya seorang hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya, atau seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Yesus menasehati murid-muridnya untuk selalu sadar diri, tentang posisinya sebagai murid yang mengikuti guru. Sebagai murid yang diberi kesempatan untuk partisipasi bukan untuk gaya-gayaan ikut guru yang terkenal, tetapi untuk terlibat dalam karya keselamatan Allah. Untuk sadar tentang posisinya sebagai murid yang mengikuti guru. Sebagai murid, mereka menjadi seorang utusan yang membawa pesan gurunya. Tugas murid mewartakan ajaran guru, bukan dirinya sendiri, hingga seakan-akan dirinyalah yang lebih besar. Godaan murid, utusan atau pelayan adalah mencuri kemuliaan gurunya seakan-akan ia berbicara tentang Yesus, tetapi ternyata bersaksi tentang dirinya, seolah-olah ia itu pengikut setia. tetapi ternyata pengkhianat bejat,
sepertinya ia itu sahabat dekat tetapi ternyata musuh dalam selimut. Itulah yang dikutip Yesus dari mazmur 41:9, “bahkan sahabat karibKu yang kupercayai, yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”. Itulah Yudas yang tidak tahu diri dan tak tahu batas, hingga lupa diri, siapakah ia sebenarnya yang dianugerahi panggilan menjadi satu dari dua belas murid pertama.

Bacaan pertama hari ini berakhir dengan ayat tentang Yohanes Pembaptis, seorang nabi yang tahu diri dan tahu batas, bahwa ia bukanlah Mesias, tapi seorang utusan, seorang pelayan yang membuka jalan untuk kedatangan Mesias, “aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia yang akan datang kemudian daripadaku, membuka kasut dari kakiNya pun aku tidak layak”. Bahkan ia berkata seperti ditulis dalam Yohanes 3:30, Ia - yaitu Yesus - harus makin besar tetapi aku harus makin kecil.

Saudara saudari yang terkasih,
Yudas yang tak tahu diri diuntung, mencuri kemuliaan Yesus, membonceng kebesaran komunitas murid-murid Yesus dengan menjadi murid untuk kepentingan dirinya sendiri, hingga tega mengkhianati Yesus. Sebaliknya Yohanes Pembaptis yang tahu batas, siapakah dirinya, memuliakan Yesus dan mengantar para muridnya untuk mengikuti Yesus.

Kita mempunyai peran masing-masing dalam hidup. Apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita dalam keluarga. Keluarga akan kacau kalau anak-anak tidak mau diatur, anak-anak maunya omong dan mengatur orangtua. Sekolah akan kacau, kelas akan berantakan kalau murid-murid omong terus, sementara guru tidak diberi kesempatan untuk mengajar. Demikianpun organisasi, Gereja, apapun, kalau orang tidak menempatkan diri di masing-masing akan kacau. Tempat kerja, Gereja, di tengah masyarakat kita punya peran masing-masing. Mari saudara-saudara, kita lakukan sebaik mungkin peran kita, sesuai dengan posisi dan porsi tanggung jawab kita dengan sadar diri, yaitu tahu batas dan tahu diri, hingga hidup kita berjalan dengan baik sesuai dengan skenario, dengan akhir hidup yang kita impikan, dengan akhir hidup yang membahagiakan. Tanpa tahu diri dan tahu batas, kita mudah tergoda jadi pengkhianat.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...