Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Sabtu Prapaskah V 4 April 2020
Gereja Santa Maria Fatima Karmel
Lembang Bandung
Bacaan I Yeh 37:21-28
Mazmur Tanggapan Yer 31:10.11-12ab.13
Bacaan Injil Yoh 11:45-56
Saudara saudari yang terkasih,
semua agama mengenal kata korban dan
memaknainya sesuai dengan kepercayaan serta tradisi masing-masing. Perjanjian
lama menampilkan korban pertama kali sebagai persembahan rasa syukur. Habel
mempersembahkan hasil usahanya yang terbaik, yaitu korban kambing domba. Sedangkan
Kain mempersembahkan hasil bumi apa adanya. Persembahan Habel berkenan kepada Allah.
Kemudian Abraham diminta untuk mempersembahkan apa yang paling berharga dalam
hidupnya, yaitu Ishak, anak tunggal
yang dijanjikan Tuhan, yang melaluinya janji
Tuhan akan terpenuhi, Abraham akan berketurunan banyak, sebanyak bintang di
langit dan pasir di pantai. Karena ketaatan Abraham, Allah berkenan kepadanya
hingga Ia mengganti korban Ishak dengan seekor domba jantan.
Korban yang berkenan kepada Allah adalah
apa yang paling berharga. Dari korban itu tercurah darah, ada nyawa. Dalam
perkembangannya korban persembahan bermakna juga menjadi korban pepulih,
penghapusan dosa, pembebasan dari perbudakan dan penyelamatan bangsa. Itulah
juga yang diminta oleh Musa saat ia memimpin bangsanya keluar dari Mesir. Mereka
menyembelih domba yang darahnya harus dioleskan di ambang pintu agar tidak
mengalami maut. Itulah yang kemudian diyakini sebagai Paskah Yahudi.
Saudara saudari yang terkasih,
Yeheskiel membawa kabar sukacita yaitu kebangunan
bangsa Israel dari kehancuran akibat
perpecahan dan penjajahan. Allah yang berbelas kasih berkenan mengampuni
umatNya, menebus umatNya dan hendak menghimpun mereka kembali menjadi satu bangsa
yang takut akan Allah di mana Yahwe akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat Allah.
Inisiatif penebusan datang dari Allah yang
pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kuasanya. Yohanes 3:16
mengatakan, “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia
mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadanya
tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Untuk apa Yesus diutus? Untuk
menjadi korban pepulih yang paling berharga dan yang berkenan kepada Allah. Itulah
yang kita dengar hari ini melalui mulut Kayafas, Imam Besar yang bernubuat bahwa
Yesus akan mati untuk bangsa itu dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi untuk mengumpulkan
dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai.
Saudara saudari yang terkasih,
kurban Yesus itulah yang kita rayakan
dalam Misa Kudus. Maka kadang kita mendengar juga orang berkata, “mari kita
merayakan korban Ekaristi”. Dalam perayaan Ekaristi, kurban Yesus disalib dihadirkan
kembali baik secara riil maupun sakramental untuk menebus dosa manusia. Di
situlah Yesus menyatakan cintaNya kepada kita secara personal sebagai
persembahan kurban yang berkenan kepada Allah demi keselamatan kita. Maka
ketika Imam mengangkat hosti, mengangkat piala, ia tidak mengatakan, “Yesus
berkata, inilah tubuhNya”. Tetapi Yesus sendiri yang berkata, di mana Imam
berbicara impersona Christi, di dalam
pribadi Kristus, ia berkata, “Inilah TubuhKu”, Yesus sendirilah yang menyapa
kita, dan Ia berkata, “inilah darahKu yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang
demi pengampunan dosa”, Ia mengungkapkan cintanya. Kalau kita ingat jaman dulu ada
Mbah Surip yang menyanyikan lagu ‘I love you full’. Yesus di situ mau
menyatakan kepada kita, “I love you full, disebutkan namanya
satu persatu, ini tubuhKu ini darahKu untukmu”.
Yesus tidak berhenti di situ saja, Ia
berkata lagi lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku. Kita bukan hanya diundang untuk
menikmati keselmatan karena kurban Yesus tetapi juga untuk rela berkorban, jika
Allah menghendaki dan sesama membutuhkan, demi cinta dan persembahan kita
kepada Allah. Saat ini masa Prapaskah, adalah saat yang tepat untuk berkorban
diri, bermati raga, berdoa dan berpuasa, berpantang dan beramal kasih.
No comments:
Post a Comment