Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Minggu Paskah III 26 April
2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung
Video : Minggu Paskah III 26 April 2020
Bacaan I Kis 2:14.22-33
Mazmur Tanggapan Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11
Bacaan II 1 Ptr 1:17-21
Bacaan Injil Luk 24:13-35
Saudara saudari yang terkasih,
kadang kita mendengar orang berkata atau
orang menegur, “buka matamu! lihat realitas!“ Itu bukan berarti bahwa orang
menutup mata, merem, tetapi orang itu
bisa jadi salah paham, tidak mau mengerti dan tidak mampu memahami. Dua murid Emaus
mengalami kegelapan, tak dapat melihat misteri wafat dan kebangkitan Yesus. Kedegilan,
kelambanan hati, ketidakpercayaan, menutupi mata mereka akan realitas
kebangkitan. Mereka perlu bertobat dan terbuka pada Allah agar dapat percaya.
Minggu yang lalu saya bercerita tentang seorang
Suster yang melihat penampakan Yesus, suatu anekdot, dan bercerita kepada Uskup.
Saya berakhir dengan cerita ini dan saya meneruskannya:
Suster datang lagi pada hari tertentu, lalu
“Bapa Uskup, Kamis saya melihat lagi Yesus”.
Lalu Uskup tanya, “sudah sampaikan pesannya?”
“Sudah!”
“Sudah ditanyakan dosa saya terakhir?”
“Sudah”.
“Lalu apa jawabnya?”
“Lupa tuh!”
Lalu Uskup itu bilang, “berarti itu
betul Yesus!” Tapi agak jengkel, ’kenapa kalau Ia Yesus tidak menampakan diri pada saya tetapi mengapa menampakkan
diri pada Suster?’
“Sudah Suster, pulang! Kalau itu betul nanti
menampakkan lagi, tanyakanlah apa pesannya pada saya!”
“Baik Bapa Uskup!” Lalu ia pulang.
Minggu depan datang lagi, “Bapa Uskup, Bapa
Uskup, Yesus menampakkan diri lagi!”
“Benar?”
“Benar!”
“Lalu … sampaikan, apa yang saya
katakan?”
“sampaikan. Saya tanya, Tuhan Yesus, apa
pesan untuk Bapa Uskup?”
“Lalu… Yesus menjawab?”
“Menjawab”
“Apa pesannya?”
“Satu. Bertobatlah dan percayalah kepada
Injil!”
Saudara saudari yang terkasih,
kadang-kadang orang merasa, kenapa bukan
saya yang mendapat penampakan diri. Lalu menjadi tidak percaya. Maka akarnya
adalah kekerasan hati dan kelambanan. Bertobat dan percaya pada Injil. Bertobat
dan percaya pada Injil, itulah yang diwartakan oleh Yesus pada awal tampilNya
di muka umum. Dan setelah wafat, pada kebangkitanNya pun Yesus masih membimbing
para murid untuk bertobat dan percaya pada Injil.
Bertobat, berbalik arah hidup dari
gravitasi diri menjadi gravitasi Ilahi, dari terpusat pada diri sendiri, harus sayanya
begini, harus begini, kepada: terserah, pasrah, apa yang Tuhan mau. Dari tahu
dan maunya sendiri menentukan hidup menjadi terbuka pada bimbingan Allah. Dari
mengalami Yesus sebagai Nabi dari Nazaret, Yerusalem, menjadi Kristus
Juruselamat yang ada di mana saja bukan
hanya di Yerusalem.
Percaya pada Injil, kabar baik, yaitu
percaya pada Ktistus yang bangkit. Yesus adalah Injil yang hidup, kabar baik yang
menyelamatkan.
Dua orang Emaus itu keukeuh, keras kepala dan hati beku. Yesus mati titik. Dulu kami
berharap banyak, Yesus menjadi pembebas kami, tetapi sekarang pupus semuanya. Untuk
apa lagi, lebih baik kembali kepada kehidupan, situasi lama seolah-olah anggap
saja kami belum bertemu dengan Yesus. Kami tak pernah menjadi muridNya. Mereka
mendengar Yesus bangkit, tapi kecewa, mengapa tidak menampakkan diri kepada
mereka, mengapa kepada orang lain, mengapa kepada para wanita, mengapa kepada
teman-teman kami. Mereka mau mengatur jalannya misteri Paskah, harus begini
harus begitu. Saat Yesus bukan hanya menampakkan diri, tetapi berbicara dan
berjalan bersama, mata mereka tetap tertutup oleh kedegilan. Masih terpusat
pada pikiran diri sendiri, belum terbuka pada iman misteri Ilahi. Setelah
menjelaskan Kitab Suci Sabda Allah dan tak berhasil juga membuka mata mereka, Yesus
berkenan mampir serta mengambil roti mengucap berkat lalu memecah-mecahkannya dan
memberikannya kepada mereka, ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun
mengenal Dia.
Saudara saudari yang terkasih,
ada dua kisah kehilangan Yesus di dalam Injil
Lukas. Pada awal Injil, bab 2, suami istri, Yosef dan Maria kehilangan Yesus
dan menyadari kehilangan itu ketika di Nazaret atau dalam perjalanan ke Nazaret,
lalu kembali ke Yerusalem dan menemukan Yesus di Bait Allah Yerusalem sedang
berbicara tentang Kitab Suci. Pada akhir Injil, bab 24, murid Emaus yang satu
dikatakan Kleopas dan yang lain tidak dikatakan. Pada umumnya orang menafsirkan
Kleopas dan temannya seorang laki-laki tapi ada juga yang menafsirkan Kleopas
dengan istrinya. Maka pada petunjuknya dari Yohanes 19:25 istri Klopas berada
di bawah salib Yesus dan kemungkinan ini suami istri. Maka ada beberapa lukisan
yang menggambarkan juga Yesus berjalan bersama Kleopas dengan seorang wanita. Kleopas
sebut saja dengan istrinya kehilangan Yesus di Yerusalem. Yesus yang setelah
wafat, dan menemukan Yesus bukan di Yerusalem di luar Yerusalem, di Emaus saat
memecah roti. Yesus yang bangkit tidak lagi ditemukan hanya di Yerusalem tetapi
di mana-mana di luar Yerusalem. Saat Yosef dan Maria menemukan Yesus, Maria
menyimpan segala peristiwa di dalam hatinya dan merenungkannya bahwa Yesus
harus ada di rumah BapaNya. Saat Kleopas dan istrinya menemukan Yesus, terbukalah
mata mereka bahwa Yesus bangkit.
Saudara saudari yang terkasih,
bisa jadi pengalaman pahit membuat kita
kecewa seperti murid Emaus hingga kembali pada kehidupan seperti kita belum
mengenal Yesus. Seakan-akan bukan pengikut Kristus. Seolah-olah belum pernah
dibaptis. Sebab bukan karena Tuhan meninggalkan kita, mungkin karena kita keukeuh, berkeras, berkeras hati,
terlalu terpusat pada diri sendiri, padahal Yesus hadir dan menyertai kita. Hari ini kita diingatkan akan awal
pewartaan Yesus, bertobatlah dan percayalah kepada Injil.
Mungkin kalau didramakan perjalanan Yesus,
perjalanan dua murid Emaus dengan Yesus itu. Yesus heran kok belum mengerti saja. Mungkin
Yesus berkata, “bertobatlah dan percayalah
pada Injil! Engkau sudah lama dengan Aku kok belum mengerti-mengerti juga,
belum bertobat juga belum percaya juga!”
Seandainya para murid itu mengarahkan
diri pada misteri Ilahi dan percaya pada apa yang diwartakan Yesus, pasti mereka
yakin akan kebangkitan Yesus. Seandainya kita berbalik arah kepada Allah dan
terbuka pada karyaNya pasti kita berkobar-kobar saat membaca dan mendengarkan
firman Tuhan, serta melihat dan bertemu Yesus saat merayakan Ekaristi. Murid Emaus
melihat Yesus kembali, dan bersemangat lagi setelah Yesus menjelaskan Kitab Suci
dan sesudah Yesus memecah-mecahkan roti. Kitab Suci dan Ekaristi sudah
dianugerahkan kepada kita, semoga kita melihat Yesus yang menyertai perjalanan hidup
kita.
No comments:
Post a Comment