Friday, May 8, 2020

27 April 2020 Senin Paskah III


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Senin Paskah III 27 April 2020
Kapel Maria Bunda Yesus Wisma Keuskupan 



Bacaan I Kis 6:8-15
Mazmur Tanggapan Mzm 119:23-24.26-27.29-30
Bacaan Injil Yoh 6:22-29


Saudara saudari yang terkasih,
kesuksesan kehidupan jaman now sering diukur dengan kesibukan seseorang, yang diperlihatkan oleh saratnya agenda, banyaknya aktivitas dan padatnya perjalanan, bukan hanya luar kota tetapi juga luar negeri. Akibatnya penghargaan terhadap orang yang bekerja di rumah atau duduk diam membaca serta berdoa pun menjadi kurang. Orang tergoda untuk selalu beranjak dari tempat duduk, pergi dari rumah tinggal, melancong berpindah-pindah tanpa fokus dan komitmen yang utuh. Situasi ini membentuk mentalitas dan spiritualitas nomaden, berubah-ubah, berpindah-pindah hingga tak ada lagi fokus tertentu dalam hidup. Mana yang paling penting dan apa yang sungguh menyelamatkan.

Ada anekdot, seorang kutubuku dianjurkan oleh sahabat dan kerabatnya untuk berlibur menikmati keindahan alam yang luar biasa, Ia menolak karena lebih suka membaca. Ia berkata, “buku adalah sumber kehidupan. Segala ilmu ada dalam buku. Tanpa ilmu kita mati”. Tetapi karena didesak terus, akhirnya ia pergi. Apalagi teman-temannya berkata, “ayo pergi sana! Rekreasi! Nikmati alam! Daripada kamu jadi autis!”
Akhirnya ia pergi, dan ia memilih pergi ke pantai. Di pantai ia menyewa perahu yang membawanya ke taman laut. Tetapi dalam perjalanan menuju taman laut, apa yg dilakukan? Ia membaca buku! Ia tidak menikmati alam, sehingga orang yang mengantarnya itu greget dan berkata, “pak, mengapa tidak menikmati alam? Mengapa membaca buku di dalam perahu? Bukankah membaca buku bisa di rumah?”
Lalu ia menjawab, “saudara, buku ini penting, sumber ilmu dan lewat buku saudara tahu situasi politik. Saudara tahu tidak?”
“Mana mungkin saya tahu”, kata nelayan yang mengantar.
“Maka habislah seperempat hidupmu tanpa tahu politik. Saudara tahu tentang matematik?”
“Tidak tahu”.
“ habis!”
“Saya hanya bisa menghitung uang”.
“Habis! Kalau tidak tahu matematik, seperempat hidupmu habis. Saudara tahu tentang sejarah, kehidupan sosial?”
“Tidak tahu”.
“Ada dalam buku. Tanpa tahu, habis seperempat hidupmu!”
Akhirnya nelayan itu diam, dan Bapak itu terus membaca buku. Sesampai di tengah, tiba-tiba cuaca berubah. Ada badai. Lalu mulailah mendung dan Bapak itu mulai panik. Nelayan berkata, “apakah Bapak belajar berenang?”
“Tidak!”
“Habis seluruh hidupmu!” lalu nelayan itu pun berenang

Saudara saudari yang terkasih,
setiap orang mempunyai prioritas. Dan prioritas itu lain, di satu tempat di tempat lain, orang tertentu dengan orang lain, berbeda satu sama lain. Demikian juga untuk menjadi murid Yesus ada prioritas. Yesus menyadarkan para muridNya untuk mencari apa yang menjadi prioritas. Untuk mencari apa yang paling penting dalam hidup. Roti dan makanan adalah penting. Tetapi janganlah hidup untuk mencari makanan, tetapi makanlah untuk hidup. Agar dapat menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga.
Yesus menyayangkan motivasi mereka yang mengikutiNya, bukan karena melihat tanda-tanda ajaib sehingga percaya kepada Yesus, bahwa Ia adalah Putra Allah. Yang karena cinta Allah pada manusia diutus ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Maka kata Yesus, “bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada kehidupan yang kekal. Yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu”.

Saudara saudari yang terkasih,
Stefanus adalah pengikut Kristus yang tahu mana prioritasnya sebagai pengikut Kristus. Ia tahu apa yang paling penting sebagai Pelayan dan Rasul. Ia hidup dalam Roh Kudus. Ia hidup dalam doa. Ia melakukan karya yang dahulu dilakukan oleh Yesus. Ia mengajar para pendengarnya, akan apa yang paling penting, yaitu bertobat dan percaya kepada Yesus. Tetapi ia ditolak, sekalipun resiko hidupnya melayan, tapi ia tetap melaksanakan apa yang menjadi prioritas dalam hidupnya, sehingga ia mengalami rahmat, wajahnya pun seperti malaikat.

Saudara saudari yang terkasih,
dalam 24 jam sehari, kesibukan apa yang paling banyak kita lakukan? Duduk. Apakah kesibukan tersebut mengantar kita kepada apa yang sungguh kita kejar, kebahagiaan, kedamaian, sukacita? Jangan sampai kita bekerja keras dan bergaul luas, tetapi tak mengalami sesuatu yang berarti, yang sungguh kita cari. Tetapi tak mengalami apa yang sungguh kita rindukan. Malah mengalami diri sepi sendiri, sekalipun ada dalam kerumunan, ada dalam kebersamaan dengan orang banyak. Itulah orang yang sibuk dengan pekerjaan dan mabuk dengan pergaulan, tetapi tanpa berakar pada relasi Tuhan yang kekal dan tak berubah. Kesibukan apa yang sekarang kita lakukan pada masa pandemik ini? Apa yang sesungguhnya kita cari? Yang paling menyelamatkan. Yang menjadi prioritas dalam hidup kita, bukan sekedar menyenangkan tetapi sungguh menyelamatkan. Saat berada dan bekerja dari rumah adalah kesempatan rahmat untuk merenungkan lagi, apa yang paling penting bagi hidup kita, yang tanpanya habislah hidup kita.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...