Friday, May 8, 2020

12 April 2020 Minggu Paskah


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Paskah 12 April 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung



Bacaan I Kis 10:34a.37-43
Mazmur Tanggapan Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23
Bacaan II Kol 3:1-4 
Bacaan Injil Yoh 20:1-9 

Saudara saudari yang terkasih,
ada saat di mana orang mengalami terpuruk hingga tak berdaya seperti mati rasanya. Maka tak heran kalau ada orang yang mati selagi ia masih hidup. Orang yang tak punya harapan butuh pribadi atas peristiwa yang membangkitkannya, yang menyadarkan bahwa Allah begitu mengasihinya dan selalu menyertai hidupnya.

Ada suatu ilustrasi kecil,
seorang kakek di Italia berusia 93 tahun terjangkit virus corona. Pada saat pulih, para dokter memberi tahu bahwa ia diselamatkan karena ventilator dan diberi tahu juga berapa harga sewa ventilator. Ia menangis tersedu-sedu. Para dokter tenaga medis mulai menghiburnya, dan berkata, “jangan kawatir soal bayaran”. Ia berkata, “saya menangis bukan karena harus membayar 5000 euro per hari, tetapi saya menangis karena selama ini, 93 tahun saya diberi oksigen oleh Tuhan dan saya tidak tahu terima kasih. Berapa yang harus saya bayar untuk oksigen bersih selama 93 tahun pada Tuhan?” (93 tahun kali 365 atau 366 sekitar 34.000 kali 5000 euro sekitar 170 juta kali 17 ribu sekian kurs hari ini sekitar 3 trilyun). Mendengar itu dokter turut menangis. Di bawah itu ditulis, kebenaran cerita tidak dapat diverifikasi. Tetapi kata-kata dari kisah itu yang menarik, berapa besar hutang kita kepada Allah. Bahwa penyakit dan kesembuhan itu menyadarkan ia bahwa Tuhan menyertainya dan Tuhan mengasihinya. Itulah kebangkitan. Itulah paskah, menyadari kebaikan dan kasih Allah yang begitu besar kepada kita.

Saudara saudari yang terkasih,
peristiwa kematian Yesus telah menyebabkan para Rasul berduka dan tinggal dalam suasana kematian, takut, tanpa semangat. Tetapi warta kebangkitan Tuhan mendorong para Rasul untuk bangun dari duka, serta berlari mencari Yesus yang bangkit. Murid terkasih, Yohanes, ternyata tiba di kuburan lebih dahulu. Apa yang membuat ia bisa cepat sampai? Adalah tarikan cinta yang dialami bersama Yesus. Jadi balapan dengan Petrus tapi duluan, entah motong jalan, entah lari lebih dahulu. Dan itulah simbol. Simbol ketuaan, simbol spiritualitas yang tergopoh-gopoh untuk sampai dan datang kepada Yesus yang bangkit pun, sementara gairah cinta Yohanes yang berkobar-kobar, begitu mendengar bangkit, sebetulnya sudah yakin Tuhan sungguh bangkit. Murid itulah yang pertama percaya ketika melihat kain kafan. Murid itu tidak perlu masuk karena memang sudah mengalami kebangkitan Yesus dalam perjalanan. Ia tidak butuh masuk ke dalam kubur, tetapi akhirnya ia masuk juga ke dalam kubur, bukan untuk membuktikan bahwa Yesus bangkit, tetapi untuk menarik keluar, untuk mengajak kembali Rasul lain yaitu Petrus dari kubur. Jangan berdiam diri dalam kubur, terpesona dalam lubang kematian. Melainkan harus pergi, jauh meninggalkan lubang kubur itu, agar bisa hidup bersama dengan Yesus yang bangkit, bukan Yesus yang mati, yang tubuhNya tadi terbaring di sana. Yesus tidak ada lagi di dalam kubur. Ia ada dalam kehidupan. Apa yang menyebabkan Yohanes bisa lebih cepat dari Petrus? Adalah cinta dan kesetiaan Yohanes pada Yesus. Murid terkasih itu adalah murid yang paling setia mendampingi Yesus kapan, di mana dan dalam keadaan apapun. Dalam keadaan gembira ketika berkeliling berbuat baik, dalam keadaan pesta, dalam keadaan berduka saat sakratul maut di taman Getsemani, saat menderita, wafat dan menghembuskan nafas di kayu salib, Yohanes hadir di situ. Karena itulah Yohanes disebut murid yang terkasih.

Saudara saudara,
kebangkitan Yesus bukan hanya pewartaan tetapi pengalaman langsung para murid yang ikut juga bangkit. Ada transformasi kehidupan, dari loyo menjadi semangat, dari duka menjadi sukacita, dari takut menjadi berani, dari orientasi kepentingan duniawi menjadi kebutuhan surgawi. Ada pengalaman, Yesus hidup dan mengasihi, seperti kisah Opa Italia yang menyadari kasih Allah melalui oksigen selama 93 tahun. Oksigen yang memungkinkannya hidup. Hidup kita tidak lepas dari ikatan kematian dan dosa. Ada perbuatan dan perkataan buruk yang membuat kita mungkin tetap tinggal dalam lubang kematian sehingga kita merasa susah dan gelisah. Yesus mengajak kita untuk bangkit meninggalkan lubang kematian, meninggalkan pengalaman dosa, kegagalan pada masa lalu, sakit hati, dendam, luka batin. Kebangkitan berarti membebaskan diri dari rasa takut akan siapa dan pada siapa saja, hanya takut pada Tuhan. Kebangkitan berarti mencari Tuhan di tempat yang memberi kehidupan, bukan di tempat-tempat yang membuat kita terpuruk, jatuh dalam dosa. Kebangkitan bukan sekedar ajaran atau pewartaan, tetapi harus menjadi pengalaman pribadi, yaitu saya hidup baru dalam tobat dan cinta, saya mengalami bahwa Yesus hidup. Ia mengasihi kita, Allah selalu menyertai kita.

Orang yang mengalami kebangkitan, akan hidup seperti murid terkasih. Mengalami dicintai Tuhan dan sungguh mencintai Tuhan. Itulah yang dialami oleh Yohanes, murid yang terkasih, sehingga ia setia pada Yesus kapan dan di manapun juga. Dalam situasi susah maupun senang, dalam suka dan duka. Semoga saudara saudari yang terkasih, dalam keadaan apapun kita setia pada Yesus sebagaimana Ia telah setia dan mengasihi kita terlebih dahulu.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...