Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Rabu Oktaf Paskah 15 April 2020
Seminari Tinggi Fermentum Bandung
Bacaan I Kis 3:1-10
Mazmur Tanggapan Mzm 105:1-2.3-4.6-7.8-9
Bacaan Injil Luk 24:13-35
Saudara saudari yang terkasih,
saat keinginan, kerinduan dan harapan
kandas, kita murung dan terkurung kekecewaan. Tak jarang kita lari dari
kenyataan, dari kehidupan normal, dari keluarga, dari komunitas beriman. Dua murid
Emaus mengalami kekecewaan dahsyat hingga berjalan lunglai meninggalkan
‘keluarganya’ yaitu komunitas murid-murid Yesus di Yerusalem. Yesus tidak
membiarkan mereka berjalan sendiri dalam keputusasaan. Ia hadir mendekati dan
menawarkan diri untuk menyertai dan menolong mereka, agar dapat menemukan
kembali semangat hidup dan menyingkirkan apa yang menghalangi mata mereka sehingga
mereka tidak mengenal Yesus.
Baru-baru ini ada orang yang menceritakan
ilustrasi yang menarik, yang mungkin kita sudah pernah dengar. Yaitu tentang
suatu banjir di suatu tempat, di mana banjir itu makin besar, orang-orang
mengungsi dan tinggal satu orang yang percaya pada Tuhan, bahwa Tuhan akan
menolongnya. Tuhan akan memberi mukjizatNya, apalagi ia beriman, berdoa,
percaya pada kuasa Tuhan. Lalu datanglah perahu, ketika air masih sedada,
datang perahu menolong, ia berkata, “tidak! saya adalah orang yang percaya Tuhan
akan menolong”.
Tapi air makin tinggi, ia naik ke
jendela. Lalu datang perahu kedua untuk menolong,
“hayuk cepat! Nanti kamu tenggelam!”
“Tidak! Pergilah engkau orang-orang yang
kurang percaya! Saya percaya Tuhan akan menolong”.
Sampai naik terus di atas atap, atap
rumah hampir tertutup dan ia nongkrong di sana. Perahu ketiga lewat, ia berkata,
“tidak ada harapan lain, kecuali kamu ikut perahu saya!”
Ia berkata, “pergi! Saya yakin ini ujian
Tuhan. Tuhan akan menolong saya pada detik-detik terakhir”.
Perahu lewat, hujan tak henti, air
bertambah tinggi, dan akhirnya ia tenggelam, mati.
Waktu mati ia bertemu dengan malaikat
dan berkata,
“mengapa Tuhan tidak menolong orang
beriman, setia kepadaNya? Bukankah saya mengharapkan kuasa Tuhan menolong
begini dan begitu?”
Malaikat menjawab, “kamu salah! Tuhan
tidak pernah meninggalkan kamu. Tuhan menolong. Bukankah ketiga perahu itu dikirim
oleh Tuhan? Tapi kamu menolak kiriman dan bantuan Tuhan!”
Saudara saudari yang terkasih,
kadang-kadang kita menentukan bagaimana Tuhan
menolong kita, harus begini, harus begitu, harus berbuat ini, harus berbuat ini.
Demikianlah dua murid Emaus sangat kecewa, pulang ke dusunnya karena memikirkan
Tuhan yang bangkit itu seperti ini, seperti itu. Mereka kecewa menceritakan, “kami
dengar Tuhan bangkit, tetapi tidak kelihatan”. Jadi mereka mengharapkan ada
manifestasi yang luar biasa saat Tuhan menolong atau saat mukjizat terjadi.
Yesus ternyata datang untuk menghampiri
mereka, tetapi pikiran mereka itu tertutup oleh sesuatu, yaitu kekecewaan
peristiwa Golgota. Maka Yesus saat menawarkan diri sebagai penolong dan teman seperjalanan,
meeka pangling kepada Yesus. Karena mereka berpikir, kalau Yesus bangkit harus
begini dan harus begitu. Saking kecewanya mereka belum mengenal juga Yesus,
saat Yesus tampil menjelaskan Kitab Suci. Tampil sebagaimana yang mereka kenal.
Mereka mengundang Yesus mampir, untungnya, ke rumahnya. Yesus membuka mata mereka
yang tertutup kekecewaan dan pikiran sendiri. Mereka menyadari Yesus bangkit
dan sungguh hidup, saat Yesus memecah roti, Ekaristi, Yesus tetap menyertai
mereka. Kesadaran akan Cinta Tuhan bangkit kembali. Membuat mereka bangkit
juga.
Ekaristi, saat Yesus memecah roti, memelekkan
mata mereka. Membuat halangan-halangan yang ada pada mata mereka dan pikiran
mereka hilang. Harapan muncul kembali, gairah hidup membara kembali, luar biasa
efeknya! Mereka yang tadinya pulang sehari perjalanan, dari pagi sampai malam, dengan
lemas kembali ke emaus, kini kembali lari ke Yerusalem. Pada malam gelap, dalam
perjalanan panjang untuk bersaksi, bagaimana mereka melihat Tuhan. Bagaimana Tuhan
membuat mata mereka melek, hingga mereka tumbuh kembali semangat hidupnya.
Saudara saudari yang terkasih,
saat mengalami persoalan, kita mungkin
galau, pikiran buntu, perasaan beku. Apalagi saat kita telah berusaha keluar
dari masalah, tetapi persoalan tidak kunjung terpecahkan. Dalam keadaan susah
seperti itu, mata hati seperti tertutup. Dan kita tenggelam dalam persoalan,
hingga tidak melihat tawaran Allah, yang caranya tidak seperti yang kita
pikirkan.
Dalam bacaan pertama, pengemis itu
meminta sedekah, tetapi Petrus berkata, “bangun dan jalanlah!” Yang dia minta
sedekah, yang diberi oleh Tuhan adalah kesembuhan. Jauh daripada apa yang
diharapkan.
Saudara saudari yang terkasih,
Yesus selalu menawarkan diri untuk
menemani perjalanan hidup kita dan menolong kita. Tapi caranya Tuhan tahu sendiri,
mana yang terbaik. Kalau ternyata keadaan tak berubah, dan kesusahan malah bertambah,
mungkin kita belum mengundang Yesus mampir dalam hidup. Atau tak mau ikut cara
Tuhan menolong kita. Kita mungkin membiarkan Yesus lewat meninggalkan kita. Kita mungkin membiarkan
perahu-perahu yang dikirim oleh Tuhan. Tidak seperti yang kita bayangkan untuk
menolong kita. Berapa kalikah Yesus hanya lewat dalam hidup kita? Tidak kita
ajak mampir. Tidak jarang saat kita bermasalah, kita justru lari dari keluarga
kita, lari dari komunitas kita, lari dari Gereja, lari dari Ekaristi. Murid Emaus
berjumpa dengan Yesus, bersemangat lagi, hidup kembali dalam perayaan Ekaristi.
No comments:
Post a Comment