Friday, May 8, 2020

15 April 2020 Rabu Oktaf Paskah


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Rabu Oktaf Paskah 15 April 2020
Seminari Tinggi Fermentum Bandung



Bacaan I Kis 3:1-10
Mazmur Tanggapan Mzm 105:1-2.3-4.6-7.8-9
Bacaan Injil Luk 24:13-35

Saudara saudari yang terkasih,
saat keinginan, kerinduan dan harapan kandas, kita murung dan terkurung kekecewaan. Tak jarang kita lari dari kenyataan, dari kehidupan normal, dari keluarga, dari komunitas beriman. Dua murid Emaus mengalami kekecewaan dahsyat hingga berjalan lunglai meninggalkan ‘keluarganya’ yaitu komunitas murid-murid Yesus di Yerusalem. Yesus tidak membiarkan mereka berjalan sendiri dalam keputusasaan. Ia hadir mendekati dan menawarkan diri untuk menyertai dan menolong mereka, agar dapat menemukan kembali semangat hidup dan menyingkirkan apa yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak mengenal Yesus.

Baru-baru ini ada orang yang menceritakan ilustrasi yang menarik, yang mungkin kita sudah pernah dengar. Yaitu tentang suatu banjir di suatu tempat, di mana banjir itu makin besar, orang-orang mengungsi dan tinggal satu orang yang percaya pada Tuhan, bahwa Tuhan akan menolongnya. Tuhan akan memberi mukjizatNya, apalagi ia beriman, berdoa, percaya pada kuasa Tuhan. Lalu datanglah perahu, ketika air masih sedada, datang perahu menolong, ia berkata, “tidak! saya adalah orang yang percaya Tuhan akan menolong”.
Tapi air makin tinggi, ia naik ke jendela. Lalu datang perahu kedua untuk menolong,
“hayuk cepat! Nanti kamu tenggelam!”
“Tidak! Pergilah engkau orang-orang yang kurang percaya! Saya percaya Tuhan akan menolong”.
Sampai naik terus di atas atap, atap rumah hampir tertutup dan ia nongkrong di sana. Perahu ketiga lewat, ia berkata, “tidak ada harapan lain, kecuali kamu ikut perahu saya!”
Ia berkata, “pergi! Saya yakin ini ujian Tuhan. Tuhan akan menolong saya pada detik-detik terakhir”.
Perahu lewat, hujan tak henti, air bertambah tinggi, dan akhirnya ia tenggelam, mati.
Waktu mati ia bertemu dengan malaikat dan berkata,
“mengapa Tuhan tidak menolong orang beriman, setia kepadaNya? Bukankah saya mengharapkan kuasa Tuhan menolong begini dan begitu?”
Malaikat menjawab, “kamu salah! Tuhan tidak pernah meninggalkan kamu. Tuhan menolong. Bukankah ketiga perahu itu dikirim oleh Tuhan? Tapi kamu menolak kiriman dan bantuan Tuhan!”

Saudara saudari yang terkasih,
kadang-kadang kita menentukan bagaimana Tuhan menolong kita, harus begini, harus begitu, harus berbuat ini, harus berbuat ini. Demikianlah dua murid Emaus sangat kecewa, pulang ke dusunnya karena memikirkan Tuhan yang bangkit itu seperti ini, seperti itu. Mereka kecewa menceritakan, “kami dengar Tuhan bangkit, tetapi tidak kelihatan”. Jadi mereka mengharapkan ada manifestasi yang luar biasa saat Tuhan menolong atau saat mukjizat terjadi.  
Yesus ternyata datang untuk menghampiri mereka, tetapi pikiran mereka itu tertutup oleh sesuatu, yaitu kekecewaan peristiwa Golgota. Maka Yesus saat menawarkan diri sebagai penolong dan teman seperjalanan, meeka pangling kepada Yesus. Karena mereka berpikir, kalau Yesus bangkit harus begini dan harus begitu. Saking kecewanya mereka belum mengenal juga Yesus, saat Yesus tampil menjelaskan Kitab Suci. Tampil sebagaimana yang mereka kenal. Mereka mengundang Yesus mampir, untungnya, ke rumahnya. Yesus membuka mata mereka yang tertutup kekecewaan dan pikiran sendiri. Mereka menyadari Yesus bangkit dan sungguh hidup, saat Yesus memecah roti, Ekaristi, Yesus tetap menyertai mereka. Kesadaran akan Cinta Tuhan bangkit kembali. Membuat mereka bangkit juga.
Ekaristi, saat Yesus memecah roti, memelekkan mata mereka. Membuat halangan-halangan yang ada pada mata mereka dan pikiran mereka hilang. Harapan muncul kembali, gairah hidup membara kembali, luar biasa efeknya! Mereka yang tadinya pulang sehari perjalanan, dari pagi sampai malam, dengan lemas kembali ke emaus, kini kembali lari ke Yerusalem. Pada malam gelap, dalam perjalanan panjang untuk bersaksi, bagaimana mereka melihat Tuhan. Bagaimana Tuhan membuat mata mereka melek, hingga mereka tumbuh kembali semangat hidupnya.

Saudara saudari yang terkasih,
saat mengalami persoalan, kita mungkin galau, pikiran buntu, perasaan beku. Apalagi saat kita telah berusaha keluar dari masalah, tetapi persoalan tidak kunjung terpecahkan. Dalam keadaan susah seperti itu, mata hati seperti tertutup. Dan kita tenggelam dalam persoalan, hingga tidak melihat tawaran Allah, yang caranya tidak seperti yang kita pikirkan.
Dalam bacaan pertama, pengemis itu meminta sedekah, tetapi Petrus berkata, “bangun dan jalanlah!” Yang dia minta sedekah, yang diberi oleh Tuhan adalah kesembuhan. Jauh daripada apa yang diharapkan.

Saudara saudari yang terkasih,
Yesus selalu menawarkan diri untuk menemani perjalanan hidup kita dan menolong kita. Tapi caranya Tuhan tahu sendiri, mana yang terbaik. Kalau ternyata keadaan tak berubah, dan kesusahan malah bertambah, mungkin kita belum mengundang Yesus mampir dalam hidup. Atau tak mau ikut cara Tuhan menolong kita. Kita mungkin membiarkan Yesus lewat  meninggalkan kita. Kita mungkin membiarkan perahu-perahu yang dikirim oleh Tuhan. Tidak seperti yang kita bayangkan untuk menolong kita. Berapa kalikah Yesus hanya lewat dalam hidup kita? Tidak kita ajak mampir. Tidak jarang saat kita bermasalah, kita justru lari dari keluarga kita, lari dari komunitas kita, lari dari Gereja, lari dari Ekaristi. Murid Emaus berjumpa dengan Yesus, bersemangat lagi, hidup kembali dalam perayaan Ekaristi.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...