Friday, May 8, 2020

14 April 2020 Selasa Oktaf Paskah


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Selasa Oktaf Paskah 14 April 2020
Biara Santa Maria Cimahi Bandung


Bacaan I Kis 2:36-41
Mazmur Tanggapan Mzm 33:4-5.18-19.20.22
Bacaan Injil Yoh 20:11-18

Saudara saudari yang terkasih,
saat ini banyak orang mengalami kehilangan. Ada rupa-rupa reaksi atas kehilangan, tergantung dari apa yang hilang dan bagaimana relasinya dengan kita. Jika uang, barang atau binatang yang hilang begitu berharga, orang akan panik, sedih, bahkan berduka. Sebaliknya kalau barang atau binatang itu kurang berharga, orangpun menanggapinya dengan enteng, “ya sudah, kalau hilang mau apa lagi. Nanti kita cari lagi, kita beli lagi yang lebih baik”. Bagaimana kalau orang yang hilang? Itupun tergantung dari relasi kita dengan orang itu. Kalau orang yang dikasihi hilang, dunia serasa runtuh. Orang bisa pusing tujuh keliling bagaikan orang yang berjalan luntang lantung, lari tunggang langgang, bagaikan orang sinting dalam dunia yang sedang gonjang ganjing. Jika masih ada harapan, orang mulai memasang poster, menyebar WA, Ig, FB tentang kehilangan. Kehilangan kucing. Yang menemukan hubungi … dapat imbalan sekian, di bawahnya tertulis, ‘aku tak dapat hidup tanpa dia’.

Saudara saudari yang terkasih,
ada ilustrasi kecil, sekarang ini banyak orang kehilangan. Kehilangan kesempatan ngafe, pergi ke kafe, bertemu, shopping, olah raga, mancing, kehilangan semua, nggak ada. Ada satu contoh, sebut saja namanya Yus yang biasa mancing setiap Sabtu. Ia dilarang ibunya,
“ga usah! sekarang lagi musim virus. Ga usah mancing!”
Tapi kelekatan anak ini pada mancing sudah sangat, dia merasa hilang kalau Sabtu tidak mancing.
“Tidak boleh!”
Tapi ia maksa, dan mengancam, karena ia pernah kabur dari rumah,
“kalau saya tidak boleh mancing, lebih baik saya kabur dari rumah ini!”
Ibunya takut kehilangan anak itu. Maka daripada kehilangan, ia bilang,
“hayuk cepat! boleh mancing. Jangan lama-lama.
Di sekitar sini banyak, di pesantren ini banyak kolam ikan.
“Pergi! Jangan lama-lama!”
“Nggak bu, biasa 4 jam”.
“4 jam! Musim virus! Sana pergi! Tapi cepat!”
“Tidak bu 4 jam”.
Ngga lama, kemudian pulang,
“Ngapain pulang? Nggak jadi? Virus ya?”
“Bukan. Waktu mancing, ikan-ikannya pake masker, bu”.

Saudara saudari yang terkasih,
jangan kita tidak melakukan sesuatu karena ada sesuatu yang mengontrol kita, tapi bagaimana kita mengontrol diri untuk menjaga sesuatu walaupun dengan resiko kita kehilangan kesempatan, tapi demi kebaikan.

Saudara saudari yang terkasih,
kita ingat akan peristiwa bagaimana Yesus pada usia 12 tahun hilang. Bisa dibayangkan bagaimana Maria dan Yosef panik karena kehilangan titipan Allah yang berharga dan bagaimana leganya waktu mereka menemukan Yesus di Bait  Allah. Dalam Injil Lukas 15 ada banyak kisah kehilangan/perumpamaan : anak yang hilang, dirham yang hilang, domba yang hilang. Bagaimana orang-orang panik ketika hilang, tapi bagaimana gembira ketika menemukannya.

Dalam Injil hari ini Maria Magdalena menangis tersedu-sedu karena kehilangan jenazah Yesus yang baginya adalah kenangan fisik terakhir. Jenazah Yesus dan kuburanNya menjadi memori yang mengingatkan pengalaman kasih. Kalau jenazah sudah tidak ada lagi, kuburan menjadi tak berarti untuk dikunjungi. Maria sungguh terpukul, dunia serasa runtuh saat kehilangan Yesus yang wafat di salib. Tangisan telah melelahkannya, menangis pun sudah tak ada tetesan airmata lagi. Bagi Maria, Yesus adalah Guru dan Tuhan yang menyelamatkan. Kehilangan Tuhan bagi Maria adalah kiamat. Maka saat bertemu Yesus yang bangkit, Maria meloncat sukacita sampai ia lupa daratan, langsung ingin memegang Yesus dan berseru akrab ‘Rabuni’ artinya guru.

Saudara saudari yang terkasih,
ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, kita akan menangis tersedu-sedu hingga makan tak selera. Rasa kehilangan atas uang, barang, binatang ataupun orang menunjukkan relasi yang dekat dengan orang itu dan kelekatan dengan barang dan binatang tertentu. Maka tak jarang mereka yang kehilangan orang, barang atau binatang yang disayanginya menjadi sangat emosional. Relasi dengan orang yang masih ada terganggu, pekerjaan terbengkalai dan tugas terlupakan.

Kalau kehilangan uang, barang dan binatang kita boleh menangis, tapi jangan sampai karena reaksi emosional kita, kita pun jadi kehilangan orang yang kita cintai. Kalau ditinggal pergi orang yang kita kasihi, kita boleh menjerit tapi jangan sampai kemarahan kita menyebabkan kita juga kehilangan Tuhan. Apakah Tuhan begitu berharga, sehingga saat kehilangan Tuhan kita sungguh merana?

Semoga kita menangis terlebih kalau kita kehilangan Tuhan. Tuhan hilang dari hidup kita. Mari kita gunakan kesempatan di rumah untuk makin dekat dan melekatkan diri kepada Tuhan, sehingga kita berusaha agar Tuhan tidak pernah hilang dari hidup kita.
Mari kita akrabkan diri kita dengan mereka yang Tuhan anugerahkan kepada kita, keluarga kita, sahabat dan kerabat kita, sebagai sesama yang berharga, agar mereka tidak hilang.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...