Wednesday, May 13, 2020

13 Mei 2020 Rabu Paskah V


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Rabu Paskah V 13 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung



Bacaan I Kis 15:1-6
Mzmur Tanggapan Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5
Bacaan Injil Yoh 15:1-8


Saudara saudari yang terkasih,
kita tak asing dengan slogan stay connected, tetap terhubung, yang digunakan berbagai iklan teknologi komunikasi, smart phone, HP atau provider internet. Di balik ajakan itu ada kerinduan untuk tetap terhubungkan dengan sahabat, kerabat dan rekan sejawat.
Koneksi ini dianggap mutlak, yang tanpanya relasi bisa longgar, kerja bisa terlantar dan usaha bisa ambyar. Tiadanya sinyal di handphone membuat kita kecewa, gelisah dan panik, karena sinyal adalah syarat untuk koneksi. Maka kemanapun kita pergi, ke tempat baru dibuka handphone dan kita melihat ada sinyal, kalau belum, kita mengharap-harap ada sinyal. Ternyata sinyal ada, tapi kuota habis. Sinyal tidak cukup, harus ada kuota. Bagaimana dengan kehidupan rohani kita? Apakah kita stay connected with Jesus? Tetap terhubung dengan Yesus? Bagaimana rasanya kalau kita tidak terhubung dengan Yesus? Apakah sinyal ada, sinyal rohani, kuota sakramental cukup?

Ada ilustrasi, seorang guru yang sedang menjelaskan gunung berapi, tiba-tiba terdiam melihat satu siswa yang sedang melamun, senyum-senyum sendiri padahal pelajarannya serius, pelajaran geologi. Lalu untuk memecahkan dari melamun, maka guru bertanya, “bagaimana caranya agar kita tahu bahwa gunung itu masih aktif atau tidak?” Anak itu tidak sadar, dipanggil namanya jadi kaget, “ayo jawab! Bagaimana caranya untuk mengecek aktif atau tidak?” Karena kaget dia langsung menjawab “di missed call saja bu!” Gurunya membentak, “kamu ada di  kelas tetapi pikiranmu ada di mana-mana!”

Saudara saudari yang terkasih,
inilah yang menjadi keprihatinan Yesus, murid-muridNya ada bersama dengan Yesus, tetapi tak jarang mereka itu tak terhubung dengan Yesus. Apalagi tinggal bersama dengan Yesus. Hati dan budi mereka melayang kesana kemari dan membayangkan keinginannya masing-masing, memikirkan kepeduliannya masing-masing. Hingga energinya pun tersedot pada diri sendiri dan tersebar ke mana-mana, tidak terkonsentrasi pada Yesus yang ada di hadapan mereka, bersama dengan mereka. Mereka mempunyai pikiran dan maunya sendiri, tak memahami betul apa yang dikehendaki Yesus. Ada kotoran, ada benalu yang harus dibersihkan oleh Firman. Ada bagian kering yang harus dibuang dari cabang-cabangnya agar dapat berbuah berlimpah, sesuai dengan kehendak pokok anggur yaitu Yesus.

FirmanNya membersihkan dan  memotong ranting-ranting yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Allah yang menanam pohon anggur tersebut. Dengan Sabda “Akulah pokok anggur yang benar”, kalau kita ingat dalam Perjanjian Lama, Israel disebut dengan pokok anggur, pohon anggur, tetapi pohon anggur tidak berbuah karena tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dan Yesus mengatakan, “Ini adalah pokok anggur yang benar, pohon anggur yang hidup sesuai dengan kehendak Allah”. Dengan ‘Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya’, Yesus menuntut para muridnya untuk stay connected, tetap terhubung agar rahmat Ilahi tersalur melalui Yesus kepada mereka. Tanpa terhubung dan diam dalam Tuhan, sehebat-hebatnya usaha manusiawi, seluas-luasnya pengalaman, mereka tak akan berhasil. Yesus menuntut persatuan antara diriNya dengan para murid sebagai syarat mutlak menjadi murid yang menghasilkan buah-buah berlimpah. Di situ disebutkan sebetulnya buah-buah, jamak, yaitu buah-buah Roh: kasih, damai sejahtera, sukacita, kebenaran, kebaikan, kesetiaan, kemurahan, kelemah lembutan dan penguasaan diri. Maka orang yang terkoneksi dengan Yesus, mereka akan menghasilkan buah-buah roh seperti tadi. Persatuan itu bagaikan pokok anggur dengan rantingnya, ranting tak dapat hidup dan menghasilkan buah-buah tersebut jika terlepas dari pohonnya. Demikianlah para murid tidak mungkin menjadi murid sejati tanpa tinggal bersama dengan Yesus.

Saudara saudari yang terkasih,
tanpa sinyal rohani yaitu hidup doa, devosi, membaca Kitab Suci serta tanpa kuota ‘sakramental’ yaitu ikut sakramen Ekaristi dan Rekonsiliasi serta perayaan sakramen lainnya, walau kita punya simcard Katolik, tak mungkin kita tetap terkoneksi dengan Yesus. Tanpa terkoneksi dengan Yesus, tak mungkin kita mendapat buah damai sejahtera dan lain-lain. Tanpa menghasilkan buah-buah kehidupan yang memuliakan Allah, sefanatik apapun mengagumi Yesus, setulus apapun mengakui Yesus sebagai Tuhan, tak dapat disebut murid yang sejati. Ia adalah hanya pendengar atau paling tidak seorang simpatisan.

Mari kita terhubung dengan Yesus, kita tetap terhubung denganNya. Periksalah dan usahakanlah agar sinyal rohani dan kuota sakramental selalu memadai.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...