Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Rabu Pekan Suci 8 April 2020
Gereja Santo Theodorus Sukawarna Bandung
Mazmur Tanggapan Mzm 69:8-10.21bcd-22.31.33-34
Bacaan Injil Mat 26:14-25
Saudara saudari yang terkasih,
setiap orang pernah mengalami kesulitan,
kesusahan, dan penderitaan bahkan sengsara dan nestapa. Berapa dalam dan bagaimana
efeknya berbeda-beda. Dan kiranya kita tidak bisa menyamakan atau menilai
bahkan menghakimi begini dan begitu, karena tergantung dari orang yang
menjalaninya. Kadang kita mengalami sebagai orang yang paling menderita dan
merana, hingga mungkin kita berkata, “bagaimana mungkin saya menolong orang
lain? Hidup saya sendiri sudah merana. Bagaimana bisa saya melayani? Saya sendiri
sedang terpuruk, lemah, letih dan susah. Kami sendiri sedang berkekurangan”.
Saudara saudari yang terkasih,
persis sehari sebelum Malam Natal 2014,
Bandung Selatan mengalami banjir besar, hingga memasuki halaman Gereja Santo
Fransiskus Dayeuhkolot yang kemarin kita merayakan ekaristi. Artinya genting
dan rumah umat dan masyarakat sudah tak kelihatan. Bahkan puskesmas, mesjid dan
balai desa yang biasa dipakai untuk mengungsi tahunan sudah terendam. Hingga
mereka mengungsi ke gereja yang halamannya masih dirasa aman. Pada minggu lalu
halamannya sudah terendam dan masuk gereja.
Pada waktu saya bertemu dengan umat yang
gesit melayani, saya bertanya, “bagaimana rumah Bapak?” Ia berkata, “rumah saya
sudah terendam, Bapa Uskup. Sedada. Tetapi tidak separah rumah mereka. Mereka
sudah tidak kelihatan, saya masih beruntung punya Gereja”. Meski susah dan
gelisah akibat banjir, luarbiasa! Pastor Paroki dan beberapa aktivis tetap
bersuka cita melayani mereka yang membutuhkan dengan pikiran : “saya memang
susah, saya memang mendapat malapetaka, tetapi masih ada orang yang lebih susah
dan menderita daripada saya”.
Saudara saudari yang terkasih,
Yesaya menceritakan Hamba Yahwe yang
dipilih Allah untuk menyelamatkan umatNya. Sekalipun menderita siksaan fisik
maupun tekanan psikis. Dipukul, diludahi, menderita luar biasa, tetapi Hamba Yahwe
tetap mendengarkan Allah dan memberi semangat baru kepada orang-orang yang
letih lesu, seolah-olah ia lupa akan penderitaannya, seakan-akan ia sendiri
tidak menderita. Ia yakin bahwa Allah adalah penolong dan sumber kekuatan.
Yesus yang tahu bahwa penderitaanNya
sudah dekat, tahu akan mati, bagaimana rasanya, tetapi setia pada tugas perutusanNya.
Maka saat para murid mengatakan, “di mana kita akan mengadakan pesta paskah?” Ia
memberi petunjuk. Ia mengadakan perjamuan bersama para rasulNya untuk
meneguhkan dan menghibur mereka, yang agaknya sudah merasakan ada sesuatu yang tak
enak akan terjadi pada gurunya. Yesus tidak memperlihatkan kesusahanNya, juga pada
Yudas yang akan mengkhianatiNya. Ia tetap bersikap lemah lembut, mampu
mengendalikan diri dan mengontrol emosi hingga perjamuan makan dapat
berlangsung dengan khidmat, seolah-olah tidak ada sesuatu yang membuat Ia
susah. Ia menetapkan Ekaristi untuk menjadi kekuatan para murid.
Saudara saudari yang terkasih,
pada saat ini kita tahu ada banyak orang
yang mengalami susah dan gelisah. Mungkin ada juga yang merasa bahwa hidupnya
sekarang ini paling menderita, sengsara dan merana. Ini wajar-wajar saja. Tetapi
benarkah demikian bahwa paling menderita? Setiap orang punya kesusahannya
sendiri, tetapi bagaimana mengalami hidup masih terberkati, masih beruntung. Lihatlah,
ternyata masih ada orang yang lebih susah dari kita dengan kisahnya sendiri. Kita
diingatkan akan peristiwa Santo Maximilian Kolbe yang pada saat lapar mendapat
bagian rotinya. Tetapi ia melihat seorang Bapak Tua yang rotinya diambil oleh
orang lain, ia memberikan roti itu seakan ia tidak membutuhkan, seakan ia tidak
lapar. Ia masih bersyukur bahwa ia masih punya Tuhan.
Semoga dalam keadaan apapun, permenungan
kita hari ini meneguhkan kita untuk tetap rela dan bersuka cita, berbagi hati,
budi, energi dan materi kepada orang yang mungkin lebih susah lebih gelisah daripada
kita. Inilah salah satu ungkapan syukur kepada Allah dan harapan kita kepada Allah
yang telah mengasihi kita. Inilah salah satu ciri orang yang mengalami hidup
masih terberkati, hidup masih beruntung.
No comments:
Post a Comment