Thursday, May 7, 2020

8 April 2020 Rabu Pekan Suci


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Harian Rabu Pekan Suci 8 April 2020
Gereja Santo Theodorus Sukawarna Bandung

Bacaan I Yes 50:4-9a
Mazmur Tanggapan Mzm 69:8-10.21bcd-22.31.33-34
Bacaan Injil Mat 26:14-25

Saudara saudari yang terkasih,
setiap orang pernah mengalami kesulitan, kesusahan, dan penderitaan bahkan sengsara dan nestapa. Berapa dalam dan bagaimana efeknya berbeda-beda. Dan kiranya kita tidak bisa menyamakan atau menilai bahkan menghakimi begini dan begitu, karena tergantung dari orang yang menjalaninya. Kadang kita mengalami sebagai orang yang paling menderita dan merana, hingga mungkin kita berkata, “bagaimana mungkin saya menolong orang lain? Hidup saya sendiri sudah merana. Bagaimana bisa saya melayani? Saya sendiri sedang terpuruk, lemah, letih dan susah. Kami sendiri sedang berkekurangan”.

Saudara saudari yang terkasih,
persis sehari sebelum Malam Natal 2014, Bandung Selatan mengalami banjir besar, hingga memasuki halaman Gereja Santo Fransiskus Dayeuhkolot yang kemarin kita merayakan ekaristi. Artinya genting dan rumah umat dan masyarakat sudah tak kelihatan. Bahkan puskesmas, mesjid dan balai desa yang biasa dipakai untuk mengungsi tahunan sudah terendam. Hingga mereka mengungsi ke gereja yang halamannya masih dirasa aman. Pada minggu lalu halamannya sudah terendam dan masuk gereja.
Pada waktu saya bertemu dengan umat yang gesit melayani, saya bertanya, “bagaimana rumah Bapak?” Ia berkata, “rumah saya sudah terendam, Bapa Uskup. Sedada. Tetapi tidak separah rumah mereka. Mereka sudah tidak kelihatan, saya masih beruntung punya Gereja”. Meski susah dan gelisah akibat banjir, luarbiasa! Pastor Paroki dan beberapa aktivis tetap bersuka cita melayani mereka yang membutuhkan dengan pikiran : “saya memang susah, saya memang mendapat malapetaka, tetapi masih ada orang yang lebih susah dan menderita daripada saya”.

Saudara saudari yang terkasih,
Yesaya menceritakan Hamba Yahwe yang dipilih Allah untuk menyelamatkan umatNya. Sekalipun menderita siksaan fisik maupun tekanan psikis. Dipukul, diludahi, menderita luar biasa, tetapi Hamba Yahwe tetap mendengarkan Allah dan memberi semangat baru kepada orang-orang yang letih lesu, seolah-olah ia lupa akan penderitaannya, seakan-akan ia sendiri tidak menderita. Ia yakin bahwa Allah adalah penolong dan sumber kekuatan.

Yesus yang tahu bahwa penderitaanNya sudah dekat, tahu akan mati, bagaimana rasanya, tetapi setia pada tugas perutusanNya. Maka saat para murid mengatakan, “di mana kita akan mengadakan pesta paskah?” Ia memberi petunjuk. Ia mengadakan perjamuan bersama para rasulNya untuk meneguhkan dan menghibur mereka, yang agaknya sudah merasakan ada sesuatu yang tak enak akan terjadi pada gurunya. Yesus tidak memperlihatkan kesusahanNya, juga pada Yudas yang akan mengkhianatiNya. Ia tetap bersikap lemah lembut, mampu mengendalikan diri dan mengontrol emosi hingga perjamuan makan dapat berlangsung dengan khidmat, seolah-olah tidak ada sesuatu yang membuat Ia susah. Ia menetapkan Ekaristi untuk menjadi kekuatan para murid.

Saudara saudari yang terkasih,
pada saat ini kita tahu ada banyak orang yang mengalami susah dan gelisah. Mungkin ada juga yang merasa bahwa hidupnya sekarang ini paling menderita, sengsara dan merana. Ini wajar-wajar saja. Tetapi benarkah demikian bahwa paling menderita? Setiap orang punya kesusahannya sendiri, tetapi bagaimana mengalami hidup masih terberkati, masih beruntung. Lihatlah, ternyata masih ada orang yang lebih susah dari kita dengan kisahnya sendiri. Kita diingatkan akan peristiwa Santo Maximilian Kolbe yang pada saat lapar mendapat bagian rotinya. Tetapi ia melihat seorang Bapak Tua yang rotinya diambil oleh orang lain, ia memberikan roti itu seakan ia tidak membutuhkan, seakan ia tidak lapar. Ia masih bersyukur bahwa ia masih punya Tuhan.

Semoga dalam keadaan apapun, permenungan kita hari ini meneguhkan kita untuk tetap rela dan bersuka cita, berbagi hati, budi, energi dan materi kepada orang yang mungkin lebih susah lebih gelisah daripada kita. Inilah salah satu ungkapan syukur kepada Allah dan harapan kita kepada Allah yang telah mengasihi kita. Inilah salah satu ciri orang yang mengalami hidup masih terberkati, hidup masih beruntung.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...