Tuesday, May 19, 2020

19 Mei 2020 Selasa Paskah VI


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Selasa Paskah VI 19 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung


Bacaan I Kis 16:22-34
Mazmur Tanggapan Mzm 138:1-2a.2b-3.7c-8
Bacaan Injil Yoh 16:5-11

Saudara saudari yang terkasih,
apakah saudara saudari pernah melihat orang gila, atau pernah disebut gila, atau pernah mengatakan kepada orang lain, gila? Orang disebut gila karena pikiran sehatnya hilang, komunikasi kacau dan kelakuannya tak seperti orang normal pada umumnya. Kesadaran, jiwanya, terganggu maka disebut sakit jiwa. Kadang kita juga berkata kepada orang normal: “gila lu! Gelo maneh! Edan kowe!” karena apa yang dikatakan dan dilakukan di luar pikiran normal kita, baik secara positif: luar biasa!, hebat! ataupun secara negatif.
Berbagai peristiwa yang terjadi, seperti kerusuhan, peperangan, ledakan bom bunuh diri, tsunami, gempa bumi, kecelakaan dan pandemik corona yang telah menginfeksi sekitar lima jutaan orang di dunia, yang tercatat, adalah akibat deretan kelalaian atau kejahatan manusia dan bencana alam yang membuat kita bertanya, “apakah ini tandanya jaman edan?” Ada oknum yang tak sadar diri demi kepentingan diri dan kelompoknya menjadi pemicu kejahatan dan bencana itu.

Pujangga Jawa Ronggowarsito menulis buku “Jaman Edan”. Negara yang kehilangan wibawa, penguasa yang kehilangan etika, masyarakat yang kehilangan pranata dan alam yang terus melahirkan bencana. Tulisnya, saya kutip, “Hidup di jaman edan, gelap jiwa, bingung pikiran. Turut edan hati tak tahan, jika tak turut batin merana dan penasaran, tertindas dan kelaparan. Tapi janji Tuhan sudah pasti, seuntung apapun orang yang lupa daratan, lebih selamat orang yang menjaga kesadaran”. Ronggowarsito agaknya mengajak kita untuk menjadi eling, menjadi sadar, orang yang sadar dan menjaga kesadarannya.

Saudara saudari yang terkasih,
Yesus mengutus Roh Kudus untuk menyadarkan  dunia ‘yang gila’, jaman edan. Pada waktu itu, di mana orang tak takut pada Tuhan dan tak malu pada sesamanya untuk berdosa. Bangsa Israel menantikan Mesias sekian lama, tapi ketika datang, Mesias malah ditolak. Sang Penyelamat diputar balikkan jadi penjahat. Maka peristiwa Minggu Palma, “Hosanna Putra Allah!” menjadi peristiwa Jumat Agung “Durjana manusia keparat!”  Yesus mengutus Roh Kudus untuk menginsafkan dunia akan jaman edan ini. Kalau Roh Kudus datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Dunia berdosa karena tidak percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah yang diutus Bapa, karena kasihNya yang begitu besar untuk manusia. Ia adalah sabda yang menjadi manusia, dengan lahir, berkarya, menderita, dan wafat di kayu salib serta bangkit pada hari yang ketiga. Itulah kebenaran misteri inkarnasi dan misteri paskah. Karenanya Iblis dikalahkan, maut diatasi dan kejahatan dilumpuhkan. Roh Kudus mendorong kita untuk percaya Yesus adalah Tuhan yang menyelamati dan yang telah mengalahkan kuasa kegelapan. Maka orang yang dihidupi dan diterangi oleh Roh Kudus akan eling, sadar diri, meninggalkan perbuatan gila, memperbaharui jaman edan bukan ikut-ikutan edan.

Saudara saudari yang terkasih,
kita menerima meterai Roh Kudus pada saat Sakramen Pembaptisan dan dikarunia tujuh karunia Roh Kudus saat Sakramen Penguatan, “terimalah tanda karunia Roh Kudus!” Dengan begitu sepantasnya kita hidup sebagai orang yang sadar, orang yang waras, yang menjauhi dosa, mengakui misteri inkarnasi: “sabda menjadi manusia”, misteri Paskah: “Yesus wafat dan bangkit untuk keselamatan kita”, serta melawan kekuasaan gelap apapun. Tetapi mengapa ada orang yang dibaptis dan menerima sakramen penguatan, masih hidup seperti orang edan yang kelihatannya kok efek-efeknya bukan Roh Kudus, tapi roh kudis yang menjijikan atau roh kuda yang masih liar? Kita mesti terus memperbaharui diri melalui doa, meditasi, devosi, membaca Kitab Suci, merayakan Sakramen-Sakramen agar Roh Kudus yang telah tercurah dan dicurahkan kepada kita, mendapat tempat di hati kita dan biarlah dia berkarya selalu menginsafkan kita untuk hidup waras sebagai murid-murid Kristus. Mungkin, kalau mungkin kita juga berada di jaman edan, jangan ikut-ikutan edan, tapi mari kita hidup sebagai murid yang sadar diri dan diteguhkan, dikuatkan, dilindungi oleh Roh Kudus yang diutus oleh Yesus.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...