Monday, May 18, 2020

18 Mei 2020 Senin Paskah VI


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Senin Paskah VI 18 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung


Bacaan I Kis 16:11-15
Mazmur Tanggapan Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b
Bacaan Injil Yoh 15:26-16:4a

Saudara saudari yang terkasih,
salah satu panggilan kaum awam adalah terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Dokumen Lumen Gentium no 31 menulis : “Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari kerajaan Allah, dalam mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, artinya: menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi, dan berada di tengah kenyataan biasa hidup berkeluarga dan sosial. Di situlah mereka dipanggil Allah, untuk menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai oleh semangat Injil, dan dengan demikian ibarat ragi membawa sumbangan mereka demi pengudusan dunia bagai dari dalam”.

Pada tanggal 20 September 2015 dalam kunjungannya ke Amerika, Sri Paus Fransiskus bertemu dengan panitera, juru tulis Kim Davis yang rela dipenjara karena tak mau mengkhianati ajaran gereja Katolik sebagai perwujudan imannya. Pada tanggal 1 September 2015, Kim Davis menolak tugas pengadilan untuk menerbitkan sertifikat perkawinan sejenis di kantornya di Rowan County, Morehead Kentucky, Amerika Serikat.
Sri Paus mengucapkan terima kasih atas keberaniannya dan bertemu pada September 2015 lalu mengucapkan terima kasih dan ia berkata, “tetaplah kuat, hidup sesuai hati nurani!” dan ia memuji keberaniannya untuk mengikuti hati nurani dan mengikuti ajaran Gereja, sekalipun dengan resiko ia dipenjara. Ia dipenjara lima hari, karena Kim Davis berkata, “daripada saya mengkhianati hati nurani dan saya tidak sesuai dengan ajaran Gereja, lebih baik saya kehilangan pekerjaan dan lebih baik saya dipenjara”. Akhirnya ia dibela oleh mantan Gubernurnya yang menyatakan, “saya bersedia menggantikan Kim Davis dipenjara”. Akhirnya ia dikeluarkan setelah lima hari dan mantan Gubernur itupun tidak dipenjara juga karena orang yang terhormat.
Kemudian Sri Paus memberikan Rosario, satu untuk Kim Davis satu untuk Ibunya karena Kim Davis berkata, “saya belajar nilai-nilai Katolik dari Ibu saya, dan saya belajar bagaimana menuruti hati nurani dari keluarga”. Maka setelah itu, di depan anggota Senat, Paus mengharapkan agar dalam menjalankan tugas, mereka mengikuti suara hati untuk berani berkata “Tidak!” pada apa yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Saudara saudari yang terkasih,
Yesus meneguhkan para muridNya untuk tidak kecewa dan untuk menyadari hakekat panggilannya mewartakan kebenaran dan kebaikan, yang mungkin membawa resiko seperti yang dialami oleh Yesus, tidak populer dan menjadi bulan-bulanan massa. Berbuat baik dan benar mudah malah bisa diputar balikkan sebagai penjahat dan penjilat. Yang lebih mengenaskan adalah pelaku kejahatan malah menganggap perbuatan jahatnya sebagai bakti pada Allah. Kata Yesus, “kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu, akan menyangka bahwa ia berbuat bakti pada Allah”. Tapi jangan takut karena Roh Kudus lebih berkuasa dari kekuatan jahat apapun. Hingga akan menyaksikan orang yang setia pada kebaikan dan kebenaran, akan menyaksikan dan mendapatkan happy ending, akhir yang membahagiakan, akhir yang menyelamatkan, sebagaimana sengsara dan wafat Yesuspun berujung pada kebangkitan.

Saudara saudari yang terkasih,
kadang, alih-alih menyatakan kebaikan dan kebenaran melawan arus negatif, demi jabatan dan pangkat sesaat, dan untuk mendapatkan tempat dan mengisi dompet, ada orang Katolik yang rela dan tega menjual kehoramatan sebagai murid Kristus yang diutus ke dunia. Ia malah terbawa arus dan kehilangan idealisme sebagai murid Tuhan, yang adalah garam dan terang dunia. Gereja mendukung semua orang Katolik untuk terlibat dalam kelompok politik dan sosial manapun yang sesuai dengan Pancasila. Mau kelompoknya apapun, panggilan orang Katolik tetaplah sama, yaitu hidup dalam kebaikan dan kebenaran yang sesuai dengan hati nurani dan Ajaran Sosial Gereja, serta berani melawan arus negatif walaupun arus itu populer.

Saudara saudari yang terkasih,
apakah kita akan setia dan bertahan sebagai murid Yesus? Ini tergantung sejauh mana relasi kita dengan Tuhan, tergantung kecintaan kita pada Tuhan. Kesetiaan dan ketahanan itu berbeda. Kesetiaan berdimensi emosional dan spiritual yang lahir dari kasih, relasi dengan Tuhan, sedangkan ketahanan berdimensi relasional dan fungsional yang muncul dari tugas dan tanggun jawab kita. Kesetiaan melahirkan ketaatan yang nampak dalam komitmen, iman dan kerelaan untuk berkorban diri, sedangkan ketahanan membentuk ketegaran dan memantapkan kewajiban. Orang yang setia akan bertahan, tapi orang yang bertahan belum tentu setia. Ia bertahan mungkin karena terpaksa, ada kebutuhan, ada keadaan tertentu atau kepentingan lain.

Mari kita menjadi orang yang setia, agar kita bertahan dalam melaksanakan tugas-tugas kita dengan penuh tanggung jawab, mewartakan kebaikan dan kebenaran, menyatakan diri sebagai garam dan terang hidup.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...