Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Harian Senin Paskah III 4 Mei 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Wisma Keuskupan Bandung
Video : Senin Paskah IV 4 Mei 2020
Bacaan I Kis 11:1-18
Mazmur Tanggapan Mzm 42:2-3.43:3.4
Bacaan Injil Yoh 10:11-18
Saudara saudari yang terkasih,
menuntut orang lain untuk berkata dan
berbuat seperti yang kita kehendaki adalah lebih mudah, daripada menuntut diri
sendiri agar perkataan dan perbuatan kita sesuai dengan apa yang diharapan org
lain. Jangankan kepada bawahan, anak
atau murid, kadang kepada atasan yang memimpin, yang dituakan pun kita
sadar tak sadar meminta begini dan begitu, sepertinya kitalah yang berhak
menuntun dan menuntut. Kadang sadar dan tak sadar juga kecenderungan ini
mempengaruhi relasi kita dengan Allah. Kita mungkin mendikte Allah juga untuk berbuat
seperti apa yang kita inginkan, hingga diberitahu kita tak mau, dilarang tak
senang, walau demi keselamatan dan kebaikan kita.
Ada suatu ilustrasi : di suatu peternakan
domba ada anak domba yang nakal, selalu kabur melalui lubang kecil. Sang
gembala ditanya. “mengapa lubang itu tidak ditutup, supaya anak domba itu tidak
kabur lagi?” Ia menjawab, “biarlah, kalau ia kabur saya cari dan saya akan
segera bawa pulang”. Anak domba yang sama suka kabur pada suatu saat tersesat,
ia terdengar suara mengembik dari jauh. Gembala yang baik mengenal domba itu,
sekalipun suaranya samar-samar. Ah! ini anak domba dan dicarilah. Ternyata ia
ada di bawah, sulit naik dan tidak bisa pulang. Gembala itu membawa dan
memanggulnya dengan penuh sukacita, dimasukkan ke dalam kandang, dan senang
bertemu dengan teman-temannya. Domba ini memang suka makan makanan lain, rumput
lain, padahal rumput di kandangnya itu, yang disediakan gembala, jauh lebih
bagus. Pada suatu hari, domba itu kabur lagi dan terdengar suara mengembik
lagi. Dan gembala segera lari mencari, karena ia tahu ini anak domba, itu pasti
ada di luar dan ternyata betul, anak domba sedang dikejar-kejar oleh anjing dan
segera ia selamatkan dan ia segera kembalikan. Anak domba itu berdebar-debar dengan
sangat kuat, dibawa oleh gembala itu dipanggul dan dimasukkan lagi ke dalam
kandang.
Keesokan harinya anak domba itu tidak pergi
kemana-mana, lubang tidak ditutup, karena dia sudah tahu bahwa ternyata keluar
dari lubang itu berarti keluar dari kandang melalui lubang sangat berbahaya
bagi hidupnya. Ia makin tahu bahwa begitu besar kasih gembala itu kepada domba-dombanya.
Saudara saudari yang terkasih,
saat menyatakan diri sebagai gembala yang
baik, yang mengenal domba-dombaNya, Yesus juga mengajar kita tentang menjadi
domba yang baik yang mengenal suaranya. Kita sudah banyak mendengar jadilah
gembala yang baik, tapi apakah kita juga sering mendengar jadilah domba yang
baik? Mengenal secara biblis bisa berarti mempunyai hubungan personal yang
dekat dan akrab, bahkan karena dekatnya, rela menyangkal diri, keinginan dan
kesenangannya, sehingga terbuka untuk mendengarkan arahan dan mengikuti ajakanNya.
Yesus mengajak kita domba yang dekat dan akrab dengan diriNya, Sang Gembala. Domba
yang baik tak asing dengan suara gembala, ia mendengar suara gembala dan
mengikutiNya. AnjuranNya diikuti dan ditaati, sabdaNya diyakini dan dihidupi, kasihNya
dialami dan disyukuri. Domba yang baik hanya percaya pada gembala, ia tak mau
mendengarkan suara lain, tak tergoda lagu merdu, untaian kata, yang terdengar
ramah ataupun ramai, serta tampak sapaan personal atau gaul, tapi bisa membawa
malapetaka karena bukan berasal dari suara gembala. Ia tak sudi mengecewakan
gembala walau ada godaan, lubang-lubang kesempatan tetapi menyesatkan. Domba yang
baik tak akan kabur meninggalkan kawanan domba, atau mampir ke sana ke mari,
jajan ke sana kemari, tetapi tetap berada dalam komunitas yang dibangun Sang Gembala
yang baik, karena percaya di dalam
kawanan yang dilindungi, dihidupi oleh Gembala, mereka akan damai sejahtera seperti
dilukiskan di dalam mazmur 23, ada padang rumput yang hijau, terjamin seluruh
hidupnya.
Saudara saudari yang terkasih,
kemarin kita diajak merenungkan menjadi
gembala yang baik, setiap orang adalah gembala. Hari ini kita diundang untuk
merenungkan, bagaimana kita menjadi domba yang baik yang mengenal gembalanya Terutama
diperlihatkan dengan adanya kedekatan spiritual, kesatuan dan kesepadanan dengan
apa yang menjadi keprihatinan Gembala kita, yang sehati dan sejiwa, seperasaan
dan sepikir dengan gembala kita. Apakah kita sungguh mengenal mendengarkan
suaranya? Mungkin sebelum mengenal, apakah kita kenal Imam kita, Romo kita? Tahu
mukanya, tapi siapa namanya? Tahu panggilannya, tapi tidak tahu nama
lengkapnya. Pernah terjadi baru-baru ini seorang anak aktivis di Keuskupan
hendak memasang poster Pastor Parokinya untuk suatu acara. Lalu ia kurang yakin,
apakah ini betul Pastor Paroki. Ia bertanya pada ibunya, “Mah, apakah ini betul
nama pastor paroki ini?” Ia sebutkan nama lengkapnya sesuai dengan poster yang
akan dipasang. Lalu kata ibunya, “bukan ini namanya Pastor … (panggilannya
disebutkan)”. “Lho … oh berarti salah”. Ternyata saudara saudari, Pastor yang
sama dikenal orang nama panggilannya, tapi nama lengkapnya tidak tahu. Bahkan
ada orang yang tidak kenal wajahnya. Sejauh mana kita kenal dengan gembala kita
juga?
Saudara saudari yang terkasih,
domba yang mendengarkan gembala, yang
mengikuti gembala, yang dekat dengan gembala itulah domba yang berbau gembala. Relasi
spiritual ini diperlihatkan melalui kesiapan dan kerelaan dengan sukacita mendengarkan
dan mengikut ajaran dan anjuran gereja lewat para gembalanya.
Ada sepuluh perintah Allah, kita sudah
tahu dan kita sudah hapal. Ada juga yang disebut dengan lima perintah Gereja. Apakah
kita tahu? Apakah kita melaksanakannya? Jangankan melaksanakannya, hapalpun
tidak. Jangankan hapal, dengarpun baru sekarang. Ada lima, saya sebutkan :
- Rayakanlah Hari Raya yang disamakan dengan hari Minggu.
- Ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan Hari Raya yang diwajibkan dan jangan melakukan perbuatan yang dilarang pada hari itu.
- Berpuasa dan berpantanglah pada hari yang ditentukan
- Mengaku dosalah sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun
- Menyambut tubuh pada masa paskah
Itu lima perintah gereja. Maka sepuluh
perintah Allah dan lima perintah Gereja yang merupakan ungkapan kasih kepada Allah
dan kepada sesama, seperti kepada diri sendiri yang adalah Sabda Sang Gembala Utama
Yesus. Apakah itu sudah dipahami dan dijalankan? Bagaimana mungkin dipahami dan
dijalankan? Hapalpun tidak. Bagaimana mungkin hapal? Tahu pun tidak. Bagaimana mungkin
tahu? Dengarpun kadang-kadang atau baru sekarang ini.
Saudara saudari yang terkasih,
kedekatan spiritual yang dihidupi dengan
para gembala kita, pertama-tama diperlihatkan oleh domba yang baik dengan cara
mendoakan gembala setiap hari dan mendukung panggilan gembala, seperti para
gembalapun mendoakan dombanya setiap hari.
No comments:
Post a Comment