Thursday, June 11, 2020

10 Juni 2020 Rabu Pekan BIasa X


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Rabu Pekan Biasa X 10 Juni 2020
Kapel Maria Bunda Yesus 
Wisma Keuskupan Bandung


Saudara saudari yang terkasih,
kehadiran orang baru membawa dampak, entah positif, netral atau negatif. Tak jarang orang yang hendak membawa pembaharuan bagi institusi atau diri kita, justru dianggap pengacau suasana adem ayem dan perusak tradisi pendahulu. Orang itu biasanya disingkirkan agar tak betah, segera mundur, dan pergi jauh, hingga kita tetap menikmati status quo. Padahal ia mau meningkatkan kualitas pribadi dan memajukan organisasi kita yang membuka jalan bagi kesejahteraan yang lebih baik. Ia tampil sebagai pembaharu yang kreatif, inovatif, yang membawa apa yang lama dan biasa menjadi usang. Jangankan dalam organisasi kemasyarakatan atau kenegaraan, kadang-kadang dalam institusi gerejapun terjadi demikian. Ketika ada pemilihan, orang memilih bukan yang terbaik bagi kesejahteraan bersama, tetapi siapa yang menguntungkan saya. Bisa jadi yang dipilih bukanlah yang terbaik tetapi siapa yang paling populer, yang membuat saya tetap aman dan nyaman dalam keadaan sekarang ini.

Saudara saudari yang terkasih,
kehadiran Yesus bagi orang Farisi dan ahli Taurat, yang menjunjung tinggi hukum Taurat, menjadi gangguan yang mengobrak abrik hukum Taurat. Ia dipandang sebagai provokator yang melecehkan Taurat dengan bertindak seakan-akan tak memperhatikan tulisan, kata demi kata yang tertera jelas dalam hukum Musa, yang berjumlah 613 dengan 365 larangan, setiap hari ada larangan, dan 248 anjuran. Padahal Yesus datang hendak membawa perubahan inovatif dan kreatif demi pemenuhan hukum Taurat seperti yang dikehendaki Allah, dan dibawa serta dihayati Musa, sehingga hukum Taurat sungguh menjadi lebih inspiratif untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengasihi sesama. Bukan menjadi alat represif mereka yang menikmati status quo. Maka Yesus berkata, “Aku datang bukan untuk meniadakannya, hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, melainkan untuk menggenapinya”. Mungkin Yesus berkata, “kalian membaca Taurat tetapi tak mengerti atau kalian memahami tetapi tidak mengajarkannya dengan benar. Justru”, kata Yesus, mungkin, “Aku membaca, mengerti dan mau mengajarkan dengan benar, sesuai dengan maksud Allah yang bersabda melalui Kitab Suci. Aku datang untuk memberantas orang dari buta huruf terhadap hukum Allah, tetapi kalian telah membuat mereka buta terhadap hukum kasih Allah”.
Injil Matius seperti kita ketahui saudara saudari, dibuat untuk orang-orang Yahudi dan untuk mewartakan bahwa Yesus adalah pemenuhan Kitab Suci Perjanjian Lama yang dalam kacamata Yahudi adalah Taurat dan Kitab Para Nabi. Maka Matius mengawali karya Yesus di depan umum dengan menampilkan Yesus sebagai Musa baru yang memenuhi hidup dan ajaran Musa dengan naik ke atas gunung dan mengajar Sabda Bahagia seperti Musa naik ke atas gunung untuk menerima Sepuluh Perintah Allah. Yesus ingin mengembalikan hukum Taurat kepada intinya dan mengungkapkan maksud asli dan tujuan mulianya. Hari-hari berikutnya kita akan merenungkan beberapa ayat, bagaimana Yesus mengembalikan hukum Taurat. Contoh dalam Matius 5:21-22, “kamu telah mendengar apa yang difirmankan kepada nenek moyang kita, Taurat, jangan membunuh, siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata”, kata Yesus, “setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum”. Orang mungkin berkata, saya tak membunuh. Yesus mengajak mereka untuk memahami maksud yang lebih dalam dari aturan jangan membunuh. Pembunuhan adalah suatu tindakan bejat yang berawal dari kebencian karena orang marah. Hati yang marah, kata marah di sini ada dua macam, tapi yang digunakan oleh Penginjil Matius di sini adalah orge yaitu kata yang marah bisa tersimpan lama menjadi  kebencian dan menjadi dendam dengan menjadi niat untuk membunuh. Ada kata lain marah, thymos, itu marah yang meledak-ledak, tidak baik tetapi tidak berbahaya. Misalnya orang marah spontan, gebrak meja, keluar binatang semua, setelah itu menyesal, mohon maaf. Tidak baik, tetapi tidak berbahaya. Sedangkan orge, marah, menyimpan dendam, sehingga menjadi suatu kemarahan yang berujung pada niat bagaimana mencelakakan orang itu. Nah itulah yang digunakan, kalau hatinya marah, maka itu saja sudah tidak boleh, sama dengan dosa pembunuhan. Agar tak jadi pembunuhan, orang harus menjaga hati dengan mengendalikan diri terhadap apa yang dilakukan sesama.  Maka orang yang sabar dan penuh belas kasih seperti Allah tak akan mempunyai kemarahan, orge, kebencian tadi dan tak berniat jahat apalagi membunuh terhadap mereka yang sudah mengecewakan dirinya. Maka dengan mengembalikan maksud asli dan tujuan mulia dari Sabda Allah itulah, Yesus memenuhi hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Yesus adalah pembaharu kreatif dan inovatif yang menantang orang-orang yang ada pada waktu itu untuk memenuhi hukum Taurat secara baik dan benar, sesuai dengan maksud aslinya. Yesus adalah penyempurna dari hukum-hukum yang berlaku.

Saudara saudari yang terkasih,
jika bertemu dengan seorang pembaharu yang mengajak kita maju, walau mungkin tak nyaman, mari kita sambut sebagai sahabat bukan dibabat habis bagaikan musuh bebuyutan. Kalau kita tidak mencermati dan menerima suatu tantangan dan kesempatan untuk memperbaiki diri, memulai gaya inovatif dan cara inspiratif, new normal misalnya, mungkin kita akan mengalami kemerosotan, ketinggalan, kegagalan. Marilah kita menjadi seorang pembaharu inspiratif dengan gaya inovatif, seraya tetap mempertahankan nilai-nilai Kerajaan Allah bukan hanya agar kita dapat hidup, agar kita dapat eksis, bukan! Tetapi excellence exist agar kita dapat hidup sebagai militan, garam dan terang dunia.
Mari kita menjadi pembaharu yang mau dan mampu membawa perubahan atau menerima pembaharu yang mau memperbaiki dan membaharui kita, mulai dari rumah kita, tempat kerja, gereja dan masyarakat.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...