Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Peringatan Wajib Santo Antonius dari
Padua
13 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Bacaan I 1 Raj 19:19-21
Mazmur Tanggapan Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10
Bacaan Injil Mat 5:33-37
Saudara saudari yang terkasih,
kita semua pernah bersumpah baik secara
langsung ataupun diwakilkan, misalnya yang paling awal adalah janji baptis bagi
kita yang dibaptis sewaktu bayi. Setelah itu ada banyak peristiwa di dalam hidup
kita yang disertai oleh sumpah, baik formal maupun informal, baik publik, privat
atau kalangan terbatas. Entah sumpah pekerjaan, jabatan atau jalan hidup, seperti
janji perkawinan, kaul religius. Sumpah diperlukan karena ada kecenderungan orang
untuk tidak menyatakan dengan terus terang apa yang di dalam hati, serta tidak
mau dan tidak mampu melakukan dengan gamblang apa yang dituntut. Orang
bersumpah di pengadilan di bawah Kitab Suci, tetapi kadang-kadang kita
mendengar atau meragukan sumpah itu.
Ada satu peristiwa dengan Santo Antonius,
ketika itu di Lisbon, abad 13, tetangga ayah dari Santo Antonius membunuh. Lalu
waktu dicari ternyata jenazahnya dikubur di pekarangan ayah Santo Antonius. Maka
ayahnya, Martinus, didakwa pembunuhan itu. Tidak bisa ada yang membuktikan,
kecuali jenazah itu ada di pekarangannya. Maka dengan kuasa Allah Santo Antonius
mendapat karunia mengetahui peristiwa itu. Lalu ia meminta ijin dari
pimpinannya dari Padua pergi ke Lisbon malam itu, yang jaraknya 1930 km. Pagi
hari ia sudah ada di Lisbon, di pengadilan. Walaupun mereka sudah disumpah, mereka
tetap menyatakan bahwa yang membunuh itu adalah ayahnya. Akhirnya Santo Antonius
meminta jenazah itu dihadirkan, dan dengan mukjizat, jenazah itu bangun dan
berbicara serta menunjuk dan mengatakan siapa yang membunuhnya. Ayahnya
dibebaskan, pada saat itu juga, dan jenazah setelah itu meminta absolusi dari Santo
Antonius dan kemudian orang yang sudah dihidupkan kembali itu mati lagi.
Sumpah, sekalipun orang sudah disumpah dengan
Kitab Suci ternyata orang masih bisa mengkhianati. Maka ada orang berkata,
kalau semua janji memang bisa dipegang, buat apa ada meterai 6000, justru
meterai 6000 itu untuk meyakinkan bahwa apa yang ditulisnya itu benar walaupun
kadang-kadang tidak benar juga.
Saudara saudari yang terkasih,
keprihatinan itulah yang dilihat Yesus. Salah
satu akar lain yang mengganggu kehidupan komunitas murid Yesus adalah sikap
tidak terus terang, yaitu kehendak untuk menyembunyikan sesuatu dengan tujuan
tertentu bahkan dengan niat jahat. Yesus tidak bermaksud mengatakan bahwa janji
itu tidak perlu, tetapi justru mengajak orang untuk melihat fondasi dari janji yang sejati, yaitu hati
yang jujur diterangi Roh Kudus. Kalau orang tidak jujur dan tidak mau dibimbing
oleh Roh Kudus, untuk apa berjanji? Karena hanya akan menjadi upacara
seremonial atau ibadat ritual belaka, yang tidak mempunyai efek positif. Misalnya
anak berkelahi disuruh minta maaf, ia tidak mau berdamai, tapi karena dipaksa,
minta maaf, damai tapi gersang, bersalaman tetapi tetap bermusuhan. Itulah
kelakuan orang munafik, mulut berkata ya, tapi hati berkata tidak. Itulah perbuatan
penipu, mulut berpuisi indah, badan berpakaian perlente bahkan disertai janji dengan
tetes air mata buaya, tapi berdusta dan pikiran mendua. Orang mempromosikan
sesuatu dan menjanjikan untuk membantu, tetapi saat dibutuhkan, ingkar janji. Maka
kata Yesus, “jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan
tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat”. Iblis itulah yang
membuat orang mencla mencle, iya -
iya, tidak terus terang, hingga hidup itu menjadi gelap.
Alkisah suatu hari seorang suami ditanya
istrinya,
“Pak, uang THR sudah semua pak? sudah diberikan?”
“Lha kemarin yang diberikan?”
“Itu sudah semua, Pak? Kok segitu? Bukankah
harusnya naik?
“Iya … udah segitu”.
“Tidak ada uang tambahan lain, Pak?”
“Tidak ada”.
“Betul pak?”
“Eee …”.
“Betul tidak?”
“Eee…”.
“Betul nggak?”
“Iya, iya betul segitu. Lalu apa lagi?”
Lalu kata istrinya, “lalu uang yg di
laci di bawah buku itu apa? Yang ditumpuk buku itu?”
“Ya itu uang sial!”
“Lha kok uang sial?”
“Iya, sudah disembunyikan, masih
ketahuan juga”.
Saudara saudari yang terkasih,
kita diajak membebaskan diri dari
kebohongan, dari pengaruh iblis. Kita diminta menyerahkan diri pada bimbingan Roh
Kudus yang selalu berkata baik dan benar, iya – iya, tidak – tidak. Berkata
terus terang agar hidup terang terus. Maka kalau seorang sudah berkata iya –
iya, tidak – tidak, di bawah terang Roh Kudus, maka janji itu menjadi bernilai,
sumpah itu menjadi luhur dan mulia karena akan terlaksana.
Saudara saudari yang terkasih,
sumpah atau janji apa yang sudah kita
ucapkan, baik resmi ataupun tak resmi? Apakah kita termasuk orang yang memegang
janji atau sumpah tersebut? Adakah janji yang sudah kita abaikan? Yesus
mengajak kita untuk melakukan apa yang sudah kita janjikan. Jika janji itu sudah
baik dan benar, yaitu kalau janji itu dibuat karena dorongan Roh Kudus, bukan
karena hasutan roh jahat atau desakan roh aku, egoisme. Untuk itulah Yesus
menegaskan, jangan main-main dengan sumpah, apalagi bersumpah demi Bait Allah. Yang
paling baik adalah berkata dengan jujur,
terus terang, dalam soal hidup moral dan spiritual. Jangan sampai kita
menggunakan nama Allah untuk melakukan kejahatan yang dibalut dengan indah
lewat janji atau sumpah, bahwa saya berkata demi Allah dan demi Kitab Suci.
Marilah saudara saudari, berkata terus
terang sebagai murid Kristus sesuai terang Roh Kudus supaya hidup kita sungguh terang
terus dan menjadi terang dunia.
No comments:
Post a Comment