Saturday, June 13, 2020

13 Juni 2020 Peringatan Wajib Santo Antonius dari Padua


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Peringatan Wajib Santo Antonius dari Padua 
13 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung


Bacaan I 1 Raj 19:19-21
Mazmur Tanggapan Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10
Bacaan Injil Mat 5:33-37

Saudara saudari yang terkasih,
kita semua pernah bersumpah baik secara langsung ataupun diwakilkan, misalnya yang paling awal adalah janji baptis bagi kita yang dibaptis sewaktu bayi. Setelah itu ada banyak peristiwa di dalam hidup kita yang disertai oleh sumpah, baik formal maupun informal, baik publik, privat atau kalangan terbatas. Entah sumpah pekerjaan, jabatan atau jalan hidup, seperti janji perkawinan, kaul religius. Sumpah diperlukan karena ada kecenderungan orang untuk tidak menyatakan dengan terus terang apa yang di dalam hati, serta tidak mau dan tidak mampu melakukan dengan gamblang apa yang dituntut. Orang bersumpah di pengadilan di bawah Kitab Suci, tetapi kadang-kadang kita mendengar atau meragukan sumpah itu.
Ada satu peristiwa dengan Santo Antonius, ketika itu di Lisbon, abad 13, tetangga ayah dari Santo Antonius membunuh. Lalu waktu dicari ternyata jenazahnya dikubur di pekarangan ayah Santo Antonius. Maka ayahnya, Martinus, didakwa pembunuhan itu. Tidak bisa ada yang membuktikan, kecuali jenazah itu ada di pekarangannya. Maka dengan kuasa Allah Santo Antonius mendapat karunia mengetahui peristiwa itu. Lalu ia meminta ijin dari pimpinannya dari Padua pergi ke Lisbon malam itu, yang jaraknya 1930 km. Pagi hari ia sudah ada di Lisbon, di pengadilan. Walaupun mereka sudah disumpah, mereka tetap menyatakan bahwa yang membunuh itu adalah ayahnya. Akhirnya Santo Antonius meminta jenazah itu dihadirkan, dan dengan mukjizat, jenazah itu bangun dan berbicara serta menunjuk dan mengatakan siapa yang membunuhnya. Ayahnya dibebaskan, pada saat itu juga, dan jenazah setelah itu meminta absolusi dari Santo Antonius dan kemudian orang yang sudah dihidupkan kembali itu mati lagi.
Sumpah, sekalipun orang sudah disumpah dengan Kitab Suci ternyata orang masih bisa mengkhianati. Maka ada orang berkata, kalau semua janji memang bisa dipegang, buat apa ada meterai 6000, justru meterai 6000 itu untuk meyakinkan bahwa apa yang ditulisnya itu benar walaupun kadang-kadang tidak benar juga.

Saudara saudari yang terkasih,
keprihatinan itulah yang dilihat Yesus. Salah satu akar lain yang mengganggu kehidupan komunitas murid Yesus adalah sikap tidak terus terang, yaitu kehendak untuk menyembunyikan sesuatu dengan tujuan tertentu bahkan dengan niat jahat. Yesus tidak bermaksud mengatakan bahwa janji itu tidak perlu, tetapi justru mengajak orang untuk  melihat fondasi dari janji yang sejati, yaitu hati yang jujur diterangi Roh Kudus. Kalau orang tidak jujur dan tidak mau dibimbing oleh Roh Kudus, untuk apa berjanji? Karena hanya akan menjadi upacara seremonial atau ibadat ritual belaka, yang tidak mempunyai efek positif. Misalnya anak berkelahi disuruh minta maaf, ia tidak mau berdamai, tapi karena dipaksa, minta maaf, damai tapi gersang, bersalaman tetapi tetap bermusuhan. Itulah kelakuan orang munafik, mulut berkata ya, tapi hati berkata tidak. Itulah perbuatan penipu, mulut berpuisi indah, badan berpakaian perlente bahkan disertai janji dengan tetes air mata buaya, tapi berdusta dan pikiran mendua. Orang mempromosikan sesuatu dan menjanjikan untuk membantu, tetapi saat dibutuhkan, ingkar janji. Maka kata Yesus, “jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat”. Iblis itulah yang membuat orang mencla mencle, iya - iya, tidak terus terang, hingga hidup itu menjadi gelap.
Alkisah suatu hari seorang suami ditanya istrinya,
“Pak, uang THR sudah semua pak? sudah diberikan?”
“Lha kemarin yang diberikan?”
“Itu sudah semua, Pak? Kok segitu? Bukankah harusnya naik?
“Iya … udah segitu”.
“Tidak ada uang tambahan lain, Pak?”
“Tidak ada”.
“Betul pak?”
“Eee …”.
“Betul tidak?”
“Eee…”.
“Betul nggak?”
“Iya, iya betul segitu. Lalu apa lagi?”
Lalu kata istrinya, “lalu uang yg di laci di bawah buku itu apa? Yang ditumpuk buku itu?”
“Ya itu uang sial!”
“Lha kok uang sial?”
“Iya, sudah disembunyikan, masih ketahuan juga”.

Saudara saudari yang terkasih,
kita diajak membebaskan diri dari kebohongan, dari pengaruh iblis. Kita diminta menyerahkan diri pada bimbingan Roh Kudus yang selalu berkata baik dan benar, iya – iya, tidak – tidak. Berkata terus terang agar hidup terang terus. Maka kalau seorang sudah berkata iya – iya, tidak – tidak, di bawah terang Roh Kudus, maka janji itu menjadi bernilai, sumpah itu menjadi luhur dan mulia karena akan terlaksana.

Saudara saudari yang terkasih,
sumpah atau janji apa yang sudah kita ucapkan, baik resmi ataupun tak resmi? Apakah kita termasuk orang yang memegang janji atau sumpah tersebut? Adakah janji yang sudah kita abaikan? Yesus mengajak kita untuk melakukan apa yang sudah kita janjikan. Jika janji itu sudah baik dan benar, yaitu kalau janji itu dibuat karena dorongan Roh Kudus, bukan karena hasutan roh jahat atau desakan roh aku, egoisme. Untuk itulah Yesus menegaskan, jangan main-main dengan sumpah, apalagi bersumpah demi Bait Allah. Yang paling baik adalah  berkata dengan jujur, terus terang, dalam soal hidup moral dan spiritual. Jangan sampai kita menggunakan nama Allah untuk melakukan kejahatan yang dibalut dengan indah lewat janji atau sumpah, bahwa saya berkata demi Allah dan demi Kitab Suci.
Marilah saudara saudari, berkata terus terang sebagai murid Kristus sesuai terang Roh Kudus supaya hidup kita sungguh terang terus dan menjadi terang dunia.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...