Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
14
Juni 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung
Bacaan I Ul 8:2-3.14b-16a
Mazmur Tanggapan 147:12-13.14-15.19-20
Bacaan II 1 Kor 10:16-17
Bacaan Injil Yoh 6:51-58
Saudara saudari yang terkasih,
pada hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh
dan Darah Kristus. Tubuh dan darah adalah anasir fisik yang paling berharga
bagi kita. Tubuh dan darah adalah kita sendiri, yang tanpanya kita tidak ada. Yang
paling berharga yaitu Tubuh dan Darah Yesus sudah dikorbankan di salib dan kini
dianugerahkan kepada kita secara sakramental dan riil dalam roti dan anggur
agar kita bersatu dan menjadi serupa dengan Kristus.
Ada orang bertanya, “mengapa istri saya
sering misa, bahkan dulu setiap pagi, tapi hidupnya tidak berubah?” Lain lagi
pertanyaan, “mengapa suami saya yang prodiakon kok masih kasar? Lalu apa efek
komuni yang diterima dan dibagikannya”.
Saudara saudari yang terkasih,
Musa mengingatkan umatnya akan
penyertaan Yahwe yang setia dan penuh belas kasih dengan memberikan manna dari Surga untuk menjamin mereka
agar mereka hidup. Karena betapa besar kasih Allah pada manusia, Ia mengutus Putra
TunggalNya yang terkasih ke dunia. Dialah roti hidup sejati yang turun dari Surga
yang lebih mulia dari manna. Yesus menghendaki
ada Ekaristi sebagai perjamuan Tubuh dan DarahNya agar para murid bersatu denganNya
dan hidup karenaNya. Maka Perayaan Ekaristi adalah puncak dan sumber iman kita.
Para murid atau para pendengar pada waktu itu tidak percaya bagaimana Yesus
memberikan dagingNya untuk dimakan dan darahNya untuk diminum. Ini sesuatu yang
membuat mereka bertengkar, bahkan akhirnya beberapa pergi meninggalkan mereka. Yesus
sangat tegas, tidak mau kompromi dalam soal ini, iya - iya, tidak - tidak. Yesus
meyakinkan mereka bahwa apa yang dikatakannya bukanlah bahasa simbol atau
metafor, tetapi sungguh apa adanya.
Kita ingat peristiwa Yesus berbicara dengan
Nikodemus pada Yohanes 3:45, ketika Yesus berkata “barang siapa tidak
dilahirkan kembali, ia tidak akan masuk dalam Kerajaan Surga”, lalu Nikodemus
berkata, “bagaimana orang yang sudah tua dilahirkan kembali? Haruskah ia masuk
ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan kembali?” Tapi Yesus berkata, ”tidak! Barang
siapa tidak dibaptis oleh air dan roh, ia tidak akan masuk Kerajaan Surga”.
Dengan kata lain Yesus berkata, “tidak! yang Kukatakan bukan bahasa
sesungguhnya, yang Kukatakan adalah bahasa metafor, bukan dilahirkan masuk
lagi, bukan! Tapi dilahirkan oleh air dan Roh Kudus”. Tapi dalam Injil hari ini
Yesus berkata, “tidak! Aku berkata sungguh-sungguh!” Bahkan ia berkata, “sungguh!
Betulan, bahwa barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup
kekal”. Bukan metafor bukan simbol, tapi “sungguh dagingKu dan darahKu, dan Aku
akan membangkitkan dia pada akhir jaman. Siapa saja yang makan dan minum darahKu, ia tinggal di dalam aku dan
aku di dalam dia. dengan demikian siapa saja yg memakan Aku, ia akan hidup oleh
Aku”.
Apa yang dikatakan oleh Yesus menjadi
nyata dalam pengalaman iman Paulus dalam Bacaan Kedua, dalam mereka yang ambil
bagian, ada aktif, ambil bagian, partisipasi dalam Tubuh dan Darah Kristus akan
mengalami diri communio, persatuan,
satu anggota, satu gereja, satu keluarga. Kesatuan mistik dengan Tuhan dinyatakan
secara kongkrit dalam persatuan epis dengan sesama. Maka partisipasi menyantap
Tubuh dan Darah Kristus tampak nyata dalam kontribusi membangun hidup menggereja
dan terlibat dalam masyarakat.
Saudara saudari yang terkasih,
roti dan anggur melalui kata-kata
transformatif formatif Imam dalam pribadi Kristus yang berubah menjadi Tubuh
dan Darah Kristus dalam misa, bukanlah simbol, tetapi kehadiran nyata Kristus
seutuhnya: Tubuh, Darah, Jiwa dan KeilahianNya dalam persatuan dengan Allah Tritunggal.
Maka dalam Doksologi diangkat dalam kesatuan Tritunggal. Bukankah ini anugerah
luar biasa yang tidak pernah diberikan kepada siapa pun, dalam jaman apapun,
kecuali kepada kita, sejak Perjamuan Malam Terakhir. Sejak saat itu Kristus yang
bangkit hadir, Putra Allah berkenan ada di antara kita secara nyata. Sakramen Mahakudus
communio yang paling suci di dunia
ini. Ia adalah Tuhan sendiri, luar biasa! Kita diperkenankan bukan hanya
menyentuh tetapi bersatu denganNya saat menyambut komuni. Ingat kisah seorang
wanita yang duabelas tahun sakit pendarahan? Ia berkata dengan penuh iman, “asal
kujamah saja jumbai jubahMu, aku akan sembuh!” Ia sembuh dan Yesus berkata, “teguhkanlah
hatimu, hai anakku, imanmu telah menyelamatkan engkau”(Matius 9:22). Tuhan yang
sama yang jubahNya disentuh, sekarang bukan hanya membiarkan jubahNya untuk
kita sentuh, tetapi TubuhNya untuk kita pegang dan santap, sehingga Ia bersatu dengan
kita dan kita akan menjadi tempatNya yang kudus, TabernakelNya yang kudus. Maka
seharusnya hidup kita kudus, “imanmu meneguhkan engkau, sembuhlah!” Maka
mintalah, sebelum kita menyambut komuni, “ya Tuhan saya tidak pantas, Tuhan
datang kepada saya”, minta kesembuhan, “bersabdalah saja maka saya akan sembuh”.
Kurang apa lagi? Kalau dengan komuni saja kita tidak mempan, bertemu dengan Tuhan
saja kita tidak sadar-sadar, lalu dengan apa lagi kita harus bertobat? Siapa
dan apa lagi? Tuhan sendiri yang hadir sudah dekat dengan kita, ada di depan
kita.
Santo Maximilianus Kolbe berkata, “kalau
malaikat bisa iri hati, ia akan iri hati kepada kita manusia, karena kita
menerima Tubuh Kristus, memegang Tuhan sendiri, menyantap Daging Kristus, Tuhan
yang utuh”. Itu juga yang ditulis oleh Santa Faustina, “momen yang paling khusyuk
dalam hidup saya adalah saat saya menerima komuni suci. Jika malaikat dapat
iri, mereka akan iri dua hal, salah satunya adalah menerima komuni suci, yang
kedua karena manusia dapat menderita, sebagaimana Yesus dapat menderita,
malaikat tidak”.
Ada seorang Ateis berkata, menyindir,
tapi sindirannya bagus untuk kita renungkan. Ia berkomentar begini, “kalau orang
Katolik percaya bahwa komuni itu Tubuh Kristus yaitu Tuhan yang mulia yaitu Tuhan
yang utuh, yang diajarkan oleh Gereja Katolik, pasti mereka akan menyambut Tubuh
Kristus sambil berjalan berlutut, karena Tuhan yang ada di depannya”. Maka orang
Katolik seharusnya menyiapkan diri sekudus-kudusnya, sekhusyuk-khusyuknya
menyambut Tubuh Kristus, bukan culang
cileung, lalu udah di depan, amin, lalu disambut, lalu hai hei hai hei,
lalu kaget, lalu oh, bukan amin juga, tapi ia menyebut oh. Maka ini kita butuh
persiapan, kadang-kadang kita juga …
Hari ini kita diteguhkan kembali, para Imam
juga, luar biasa! Dengan kata-kata formatif, permohonan Roh Kudus dalam Tubuh Kristus,
inilah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, “inilah tubuhKu”, luarbiasa anugerah yang
diberikan kepada para Imam, mudah-mudahan ini juga makin meneguhkan, hari ini,
panggilan para Imam, umat kita, kita semua juga, luar biasa! Tuhan menawarkan
diriNya sendiri kepada kita. Tidak ada karunia yang lebih besar daripada Ekaristi
dalam hidup kita sekarang ini.
Mudah-mudahan kita sungguh disadarkan
kembali, Yesus menyatakan diriNya secara riil dalam roti dan anggur, yang tanpaNya
murid Kristus akan mati, akan kehilangan identitas dan kehabisan aktivitasnya.
Keadaan Kristus dalam Tubuh dan Darah, dalam roti dan anggur itu tak terbagi,
utuh, roti atau anggur utuh, Tubuh dan Darah utuh, jadi apa yang disantap Imam,
Tubuh dan Darah Kristus itu utuh, sama dengan apa yang disantap oleh umat, Tubuh
Kristus saja. Jangan berkata, “aduh! Kurang lengkap ini, Yesusnya setengah,
tidak utuh”. Dalam bentuk kecil remah rotipun, sejauh itu masih bentuk roti, masih
Tubuh Kristus. Maka itu disantap pelan-pelan, jangan digigit kayak menggigit
donat, bukan! Sambut pelan-pelan, dibiarkan hancur oleh air ludah dan ditelan
masuk dengan hormat, dan pada saat hilang, sudah bukan Tubuh Kristus lagi, hanya
dalam rupa roti itu menjadi Tubuh Kristus.
Saat komuni kita tidak hanya pasif
menerima, maka alasan tadi, pertanyaan “mengapa tidak berubah? Suami saya tidak
berubah, istri saya tidak berubah, saya komuni tidak berubah”. Karena mungkin
saat menerima komuni kita jangan hanya pasif menerima, kasih-menerima, tetapi
juga aktif membuka diri, aktif bersekutu, aktif masuk dalam kehidupan Yesus, bersatu
dengan Tuhan, sebagaimana Ia menawarkan diri,
hingga kita mengalami apa yang dijanjikanNya, yaitu hidup kekal. Kesadaran
aktif ini, partisipasi, ambil bagian, inilah yang membuat kita makin hormat
terhadap Sakramen Maha Kudus. Ada begitu banyak mukjizat Sakramen Maha Kudus. Ada
bukunya: Mukjizat-Mukjizat Sakramen Maha Kudus.
Maka kita makin hormat, makin rindu
menyambut Tubuh Kristus dan makin kudus dalam hidup sehari-hari dengan
menghadirkan Kristus melalui perbuatan kasih. Di situlah kita akan terperangah mengalami,
bagaimana komuni menyambut Tubuh Kristus itu ada efek nyatanya dalam hidup
kita.
No comments:
Post a Comment