Monday, June 15, 2020

15 Juni 2020 Senin Pekan Biasa XI


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Senin Pekan Biasa XI 15 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung


Bacaan I 1 Raj 21:1-16
Mazmur Tanggapan Mzm 5:2-3.5-6.7
Bacaan Injil Mat 5:28-42

Saudara saudari yang terkasih,
ada peribahasa yang berbunyi air susu dibalas air tuba, yang berarti bahwa perbuatan baik dibalas perbuatan jahat. Kita prihatin kalau perbuatan baik ditanggapi secara negatif, bahkan dibalas dengan perbuatan jahat. Itulah kisah seorang anak yang diangkat sepasang suami istri, hingga menjadi putra mahkotanya, tetapi karena konflik, ia membunuh kedua orangtua angkatnya dengan sangat kejam. Lepas dari apa latar belakang konflik yang terjadi, kita mungkin berkomentar: kurang apa kedua orangtua angkatnya terhadap anak itu? Coba jika tidak diangkat anak, mau jadi apa anak itu? Ia disekolahkan di luar negeri dan diberi fasilitas yang dibutuhkan. Bagaimana kalau kita yang dijahati oleh orang lain, apakah kita boleh membalasnya? Bukankah Musa berkata, “mata ganti mata, gigi ganti gigi bahkan tangan ganti tangan, kaki ganti kaki?” Apakah Musa memberikan hukum balas dendam? Musa sebetulnya tidak mengijinkan pembalasan, tetapi pengampunan. Hanya kalau demi keadilan, orang mau membalas dan baru tenang setelah membalas, dibatasi oleh Musa tidak boleh melampaui kerugian yang diterimanya. Jangan sampai putus gigi diganti putus nyawa, putus gigi untuk seseorang diganti putus nyawa seluruh keluarga. Jadi Musa membatasi, jangan membalas, tapi kalau membalas, jangan lebih. Kalau terjadi kecelakaan dan gigi sesamamu ternyata tanggal setengah, jangan dibalas, kalau engkau mau membalas, balas! Jangan lebih lagi, jangan dipukul lagi, jadi tanggal satu, kalau tanggal satu, lebih dari setengah, temannya nanti boleh balas lagi setengah. Jadi hanya memberi batas, jangan sampai pembalasan kita lebih dari apa yang dirugikan. Hukum Musa adalah hukum pembatasan pembalasan berlebihan.
Yang diminta oleh Yesus adalah menanggapi kejahatan tanpa pembalasan apapun tetapi dengan kemurahan hati yang berlimpah. Kejahatan harus ditanggapi dengan kebaikan, untuk itu butuh pengorbanan diri, korban hati, korban perasaan, korban gengsi dan korban lain-lain, yang lahir dari kasih, bukan dari situasi karena takut atau memang karena tidak berdaya. Yesus mengajak mereka berbuat untuk lebih proaktif dalam melakukan kebaikan, bukan sekedar reaktif terhadap apa yang dilakukan orang terhadap kita. Yang diutamakan di sana adalah martabat sebagai manusia yang bukan binatang. Manusia dilengkapi hati nurani dan budi yang cerdas untuk melakukan pertimbangan moral dan spiritual, sebelum berbuat sesuatu. Binatang biasanya reaktif, buntut anjing diinjak, sedang tidur, maka mulut segera menyalak. Tapi manusia harus berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat.
Dalam kerumunan bis yang padat seorang terinjak kakinya. Orang berkata,
“maaf Pak, Pak, maaf sekali, maaf Pak, kaki saya terinjak”.
Luar biasa! Sudah terinjak masih maaf-maaf juga dan yang menginjak malah marah,
“makanya taruh kaki jangan sembarangan, supaya tidak diinjak!”
“Iya maaf Pak, maaf, terima kasih”.
Sikap itulah yang kurang lebih diminta oleh Yesus, ekstrimnya, jika ditampar pipi kanan berikanlah pipi kirimu. Ditampar pipi adalah penghinaan paling besar di depan publik dalam Perjanjian Lama. Orang yang dihina seperti itu, kata Yesus, jangan membalas, beri pipi lain. Kata Yesus, ”berikanlah pipi lain sebagai suatu tanda, coba apa, kenapa engkau menampar, memperlakukan aku di dalam publik, menghina di dalam publik”. Yesus pernah ditampar pipiNya di depan Pilatus, apakah Yesus memberi pipiNya yang lain? tidak! Karena bagi Yesus meski kita harus berkorban, meski kita harus menanggung salib, meski kita harus murah hati dalam menanggapi kejahatan tapi jangan memberikan diri diperlakukan tidak adil, hormatilah martabat diri sendiri. Maka yesus berkata, membela martabat, “jika Aku mengatakan sesuatu yang salah, tunjukkanlah kesalahanKu, tetapi jika yang Kukatakan benar mengapa kamu menampar Aku? Yohanes 18:20. Yesus tidak mengijinkan kita membiarkan diri diperlakukan tidak adil, Ia mengajak kita untuk tidak melakukan kejahatan apapun, walau atas nama keadilan. Tetapi kalau ada seseorang yang tidak diperlakukan adil, maka kita didorong untuk membela keadilan itu. Tetapi jangan sampai untuk membela keadilan, kita melakukan kejahatan. Jangan sampai karena mau membela keadilan, kita melakukan kejahatan yang sama bahkan lebih parah lagi. Yesus sendiri telah memberi contoh bagaimana kejahatan ditanggapi dengan kemurahan hati yang berlimpah, “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan”. Di atas salib Yesus mendoakan, memberi berkat bagi mereka yang melakukan kejahatan terhadapNya.

Saudara saudari yang terkasih,
kalau kita diperlakukan tak menyenangkan atau dijahati orang lain, bahkan oleh orang yang kita perlakukan dengan baik, kita kecewa dan marah, wajar! Kadang ada godaan balas dendam bahkan niat untuk lebih menyengsarakan orang lain. Hari ini kita diingatkan untuk bermurah hati secara berlimpah, yaitu berbelas kasih yang mengatasi keadilan. Bersyukurlah kepada Allah kalau selama ini kita telah melakukan apa yang diminta Yesus, yaitu tetap berbuat kasih sebagai tindakan proaktif murid Yesus yang bermartabat, sebagaimana telah dicontohkan Yesus. Kalau diberi air tuba marilah kita beri susu murni, kalau orang membuat kita iba, berilah senyum kasih sejati.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...