Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Rabu Pekan Biasa XI 17 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
video : Rabu Pekan Biasa XI 17 Juni 2020
Bacaan I 2 Raj 2:1.6-14
Mazmur Tanggapan Mzm 31:20.21.24
Bacaan Injil Mat 6:1-6.16-18
Saudara saudari yang terkasih,
manusia bahagia penuh rahmat saat hidup
sesuai dengan kehendak Allah. Saat godaan datang, ia mulai gelisah bahkan jatuh,
hidup dalam dosa dan sengsara, malu karena tidak mendengarkan Allah malah menuruti
bisikan iblis. Damai sejahtera lenyap, persahabatan terganggu. Untuk
mengembalikan damai sejahtera itu kita perlu bertobat dengan cara berdoa,
berpuasa dan beramal. Kata orang puasa tanpa doa itu diet, puasa tanpa karya
amal itu namanya ngirit, puasa tanpa
sukacita itu namanya kere, puasa
tanpa pilihan itu namanya sengsara, puasa tanpa iman itu namanya drama dan tragedi,
hanya tindakan ritual belaka supaya dilihat dan dipuji orang. Puasa dengan doa
dan amal kasih itulah yang dikehendaki Yesus.
Saudara saudari yang terkasih,
bagi Yesus tindakan asketik, yaitu puasa
dan pantang, mistik yaitu laku tapa dan doa, dan tindakan karitatif yaitu amal
kasih, jangan hanya menjadi aksesoris hidup pada tingkat basa basi, hingga
sekedar upacara ritual dan seremonial belaka, tetapi menjadi suatu niat dan
kiat untuk mendekatkan diri dan berbakti kepada Allah. Orang berpuasa dan
berpantang bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk menahan diri agar hati dan
budinya makin selaras dengan kehendak Allah. Orang yang melakukan tapa dan doa
bukan untuk kesalehan pribadi, tetapi agar ia semakin dekat dengan Bapa di Surga
hingga memancarkan kasih Allah dalam perkataan dan perbuatan. Orang melakukan
karya amal dan kasih bukan untuk dipuji, tetapi memanfaatkan energi dan
materinya untuk kehidupan umat dan kepentingan masyarakat. Itulah tiga nasihat Injil
bagi murid Yesus agar hidup berbakti yang secara radikal menjadi tiga kaul
religius. Dengan berpuasa kita mengontrol diri agar dapat menyerahkan diri untuk
hanya dibimbing oleh Roh Allah bukan dikendalikan oleh perut, itulah inti kaul
ketaatan. Dengan berdoa, kita makin mendekatkan diri dengan Yang Kudus agar dapat
hidup murni dan sesuai dengan panggilan Tuhan, itulah yang menjadi inti kaul
kemurnian. Dengan beramal orang makin melepaskan diri dari kelekatan terhadap
apa yang dimilikinya agar lepas bebas pada milik dan makin tulus berbagi, itulah
yang menjadi inti kaul kemiskinan. Jika mengalami kesulitan dalam berpuasa,
berdoa dan beramal, bagaimana mereka yang mengucapkan kaul akan mau dan mampu
menghidupi kaul ketaatan, kaul kemurnian dan kaul kemiskinan sebagai bentuk
radikal dari nasehat Yesus?
Saudara saudari yang terkasih,
kita berpuasa dan berpantang bukan
karena makanan itu buruk, tidak enak, tetapi makanan itu diperlukan dan
diinginkan manusia apalagi enak, tetapi karena makanan itu memang enak dan
nafsu makan bisa menjerumuskan kita pada kenikmatan lidah dan kepuasan badan
tanpa peduli pada sesama yang mengalami kelaparan. Dengan berpuasa kita menahan
diri serta makan secukupnya dan memberikan kelebihan pada mereka yang
membutuhkan lewat tindakan amal kasih. Di situlah puasa membebaskan seseorang
dari perbudakan daging badanik, dari keinginan bebas diri sendiri untuk
menyerahkan kepada Tuhan dan untuk makin merindukan makanan rohani. Kalau
menahan atau mengontrol diri untuk makan berlebihan saja tidak bisa, apakah
kita bisa dijamin bahwa kita akan mampu dan mau mengontrol diri dari nafsu yang
lebih dahsyat dan mencelakakan? Puasa ini dilakukan dalam doa yang mengantar
pada keutamaan untuk makin rendah hati, mengandalkan kekuatan Allah. Tak ada seorangpun
dapat berdoa dengan baik kalau ia sombong, kalau berdoa kita akan menjadi
seperti anak kecil di hadapan Tuhan dan untuk makin rendah hati.
Saudara saudari yang terkasih,
kegiatan esketik, mistik dan karitatif
sebagai ungkapan pertobatan spiritual yang tampak dalam pertobatan material lebih
diintensifkan lagi dalam masa Prapaskah dan Adven. Akan tetapi pertobatan itu dilakukan
setiap hari, bahkan setiap saat. Buah nyata dari pertobatan adalah waktu dan
kesungguhan dalam berdoa serta merayakan sakramen bertambah, pengendalian badan
dan kontrol diri makin baik, keterlibatan dalam kegiatan umat makin bertambah serta
kepedulian untuk membantu masyarakat kian meningkat. Berdoa, berpuasa dan karya
amal kasih bukanlah pertunjukan untuk dipertontonkan kepada sesama hingga
mereka berdecak kagum, melainkan suatu persembahan hidup yang tulus kepada Allah
hingga Allah berkenan kepada kita.
No comments:
Post a Comment