Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Selasa Pekan Biasa IX 2 Juni 2020
Kapel Santa Maria Bunda Yesus
Wisma Keuskupan Bandung
Bacaan I 2 Ptr 3:12-15a.17-18
Mazmur Tanggapan Mzm 90:2.3-4.10.14.16
Bacaan Injil Mrk 12:13-17
Saudara saudari yang terkasih,
sikap oportunis yaitu mau untung sendiri
dan mencari muka sering menjadi ganjalan untuk bisa menempatkan persoalan
secara proporsional. Bagi seorang oportunis, yang penting bukanlah kebenaran melainkan
ketenaran dan kebesaran. Sikap ini memungkinkan orang untuk tidak mau tahu,
atau pura-pura tidak tahu, mana yang baik dan mana yang benar. Maka kenyataan
bisa dibolak balik untuk menjatuhkan orang lain, bahkan untuk mencobai Allah. Orang semacam ini bermuka dua,
tidak tulus dalam berkata dan bertindak. Sikap semacam ini dijumpai Yesus dalam
diri orang Farisi dan Herodian yang mau menjebak dan menyudutkannya. Kadang
kita melihat/menyaksikan dua orang bertengkar, mempersoalkan kebenaran, yang
satu berkata,
“kemarin kamu berkata begitu, tetapi
mengapa sekarang begini? Lalu mana yang benar?” Jawabannya, “dua-duanya benar,
yang lain itu adalah situasinya”.
“Sudahlah, dasar plin plan!”
Salah satu ciri orang oportunis itu
berubah-ubah, plin plan, tidak berpegang pada prinsip mana yang benar. Kebenaran
bisa berubah-ubah tergantung mana yang akan menguntungkan.
Saudara saudari yang terkasih,
orang Farisi biasanya tak rukun dengan orang
Herodian karena perbedaan keyakinan. Misalnya orang Farisi menentang penjajah Roma,
tidak suka pada Herodes, tetapi orang Herodian pendukung dinasti Herodes. Dua
kelompok yang sering tampil bagaikan kucing dan anjing ini tiba-tiba rukun,
karena mau menjatuhkan Yesus dengan mengajukan pertanyaan dilematis: “apakah diperbolehkan
membayar pajak kepada kaisar atau tidak? Haruskan kami membayar atau tidak?” Mereka
memuji Yesus sebagai orang yang tidak mencari muka karena memang Yesus punya
muka, punya integritas. Orang yang punya muka adalah orang yang punya integritas,
antara perkataan dengan perbuatannya nyambung. Sementara mereka tidak punya
muka dan mau mencari muka di depan rakyat. Jebakan ini tampaknya mujarab, Yesus
tidak mungkin lolos tanpa kecaman dan hukuman. Kalau Ia menjawab boleh membayar
pajak, berarti ia akan dituduh melawan Allah yang adalah satu-satunya Raja keyakinan
bagi orang-orang Farisi. Kalau menjawab tidak boleh, Yesus akan diadukan pada Herodes,
yang dianggap sebagai provokator melawan Herodes dan pemerintahannya, yang akan
menguntungkan posisi ini bagi kelompok Herodian. Orang Farisi bertanya soal
pajak bukan karena mencintai hukum Allah dan mau membela Allah, tetapi mereka
mau menyembunyikan kejahatan dan mau menjerat mereka dengan demikian
popularitas mereka naik. Orang Herodes bertanya soal pajak bukan karena mau
menegakkan hukum Roma tetapi mau menjilat penguasa mau mempertahankan status
mereka sebagai kelompok pendukung Herodes. Yesus membeberkan kemunafikan mereka
yang sering mengambil hak Allah dengan mengabaikan hak orang kecil dan menindas rakyat biasa.
Saudara saudari yang terkasih,
orang yang mencari muka dan untung sendiri,
sering bersikap tak masuk akal, jika ia berbicara, bertanya, mengusulkan
sesuatu. Apa yang tidak ada sangkut paut dikait-kaitkan supaya masuk akal, apa
yang berhubungan justru dihilangkan, untuk menyembunyikan sesuatu dan
membenarkan dirinya sendiri. Yang penting bagi orang ini menang, lawan kalah. Yang
utama adalah kepuasan bukan kebenaran. Yesus mengajak kita memberikan apa yang
menjadi hak Allah dan hak kaisar. Pertama berikanlah kepada kaisar sudah beres,
lalu yang kedua ini yang lebih penting adalah, berikanlah apa yang menjadi hak Allah.
Hak Allah apa? Hak kaisar jelas, tunjukkan koin itu, gambar dan tulisan siapa
ini? Gambar dan tulisan kaisar bolak balik, maka kata Yesus berikanlah kepada
kaisar apa yang menjadi hak kaisar. Lalu apa yang menjadi hak Allah? Kita ingat
akan Kejadian 1:27, Allah menciptakan manusia seturut gambarNya, Allah
menciptakan dia pria dan wanita seturut gambarNya. Manusia adalah koin Allah,
mungkin saya bisa mengatakan koin emas Allah yang gambar dan tulisan Allah
bolak balik, pria dan wanita, ialah gambar dan tulisan Allah. Kalau manusia
adalah gambar dan tulisan Allah, koin Allah, berarti menjadi hak Allah, hidup
itulah yang menjadi hak Allah. Kita diajak untuk memelihara hidup dengan layak
sebagai persembahan pantas, karena ini adalah milik Allah. Yesus berbicara bukan
soal memberi kepada Allah, tetapi memberi kembali, mengembalikan apa yang
menjadi hak Allah. Sepertinya kita ini berhutang hidup kepada Allah yang telah
menitipkan memberikan kepada kita dan Allah berhak mendapatkannya kembali. Apa
yang kita miliki berasal dari Allah, makin sejahtera hidup kita, rohani dan jasmani,
makin kita berhutang pada Allah. Kita diajak untuk mengembalikan hak Allah dengan
berbuat kasih. Di situlah kewajiban spiritual kepada Allah, membayar pajak
kepada Allah kita wujudkan dalam kewajiban sosial kepada sesama, dengan
disimbolkan membayar pajak kepada kaisar, yang adalah diminta oleh Allah sebetulnya
pemerintah itu untuk kesejahteraan rakyatnya.
Marilah kita persembahkan hidup kita
kepada Allah dan sesama, berdasarkan porsinya dengan tulus tanpa akal bulus, dengan
lurus tanpa mencari muka, dengan kudus tanpa bermuka dua. Itulah yang
digambarkan oleh Petrus dalam bacaan pertama, makin tulus kita maka makin
bertumbuh belas kasih dan pengenalan kita akan Yesus Kristus.
No comments:
Post a Comment