Monday, June 8, 2020

7 Juni 2020 Hari Raya Tritunggal Maha Kudus


Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Misa Hari Raya Tritunggal Maha Kudus 7 Juni 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung


Bacaan I Kel 34:4b-6.8-9
Mazmur Tanggapan Dan 3:52-56
Bacaan II 2 Kor 13:11-13
Bacaan Injil Yoh 3:16-19

Saudara saudari yang terkasih,
kiranya wajar kalau orang beriman bertanya siapakah Allah yang aku imani atau siapakah Allah bagi kita, bagiku. Kita tak dapat memahaminya secara penuh tetapi dapat mengalamiNya. Pada Hari Raya Tritunggal Mahakudus ini, bacaan-bacaan Kitab Suci mewartakan siapakah Allah itu bagi manusia. Ia adalah Allah yang panjang sabar dan penuh kasih setiaNya. Karena kasihNya yang begitu besar kepada manusia, Allah mengutus Putra TunggalNya. Allah itulah yang diwartakan oleh Paulus dalam sapaan kepada umatNya, kasih karunia Tuhan Yesus, Kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Setiap hari kita mengungkapkan misteri Allah Tritunggal dengan membuat Tanda Salib: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Beberapa orang yang berhasil dalam bidang olahraga atau bidang lain ketika menjadi juara, menang, langsung membuat Tanda Salib, itulah Allah Tritunggal. Walaupun tak dimengerti betul, tetapi rupanya dekat dan akrab dengan manusia. Misteri Allah Tritunggal ini merupakan pusat dari misteri iman kita. Orang mengira Ekaristi, Ekaristi adalah sakramen yang adalah puncak dan sumber, tetapi ajaran misteri iman, puncaknya ada pada misteri Tritunggal Mahakudus. Katekismus Gereja Katolik no 234, gampang dihapal, menulis demikian, misteri Tritunggal Mahakudus adalah rahasia sentral iman dan kehidupan Kristen. Itulah misteri kehidupan batin Ilahi, dasar pokok segala misteri iman yang lain dan cahaya yang meneranginya. Itulah yang paling mendasar dan hakiki dalam hirarki kebenaran iman. Seluruh sejarah kesalamatan tidak lain adalah sejarah jalan dan upaya yang dengan perantaraanNya, Allah yang satu dan benar, Bapa, Putra dan Roh Kudus mewahyukan diri, memperdamaikan diriNya dengan manusia yang berbalik dari dosa dan mempersatukan mereka dengan diriNya.
Allah yang satu dengan tiga pribadi, mewahyukan diri dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan mencapai puncaknya dalam Kitab Suci Perjanjian Baru yaitu dalam misteri inkarnasi dan Pentakosta, turunnya Roh Kudus atas para rasul. Dalam Perjanjian Lama ada tanda yang mengarah pada Allah Tritunggal, dalam Bacaan Pertama hari ini, Tuhan turun dalam awan. Awan adalah simbol Roh Kudus. Tuhan dalam Perjanjian Baru, selalu ditujukan pada pribadi Allah yang kedua, yaitu Putra. Tuhan adalah gambaran dan bayangan Allah Putra yang akan sempurna menjelma menjadi manusia nanti dalam diri Yesus dalam misteri inkarnasi. Maka sejak awal, Allah Tritunggal ada, bukan berarti bahwa inkarnasi sudah terjadi pada Perjanjian Lama, tidak! Tetapi tanda, clue, bayangannya, hadir. Maka kalau ada selalu ada awan dan Tuhan, di situlah Roh Suci, Roh Kudus dengan Allah Putra dalam kesatuan dengan Bapa.

Musa mengalami bagaimana kasih Allah menyertai bangsa Israel yang diselamatkan dari perbudakan Mesir dan dihantar menuju tanah terjanji. Musa menyadari bagaimana umatnya berkeras hati, hingga jatuh berkali-kali dalam dosa dan berhala. Tetapi sekaligus mengalami bagaimana Allah itu sabar terhadap umatNya dan selalu mengampuni umatNya. Dosa umat Israel tidak dapat mengalahkan, tidak dapat membatalkan belas kasih Allah yang luar biasa. Dan itulah yang disampaikan Injil hari ini, mengapa Allah mengutus PutraNya ke dunia? Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Ia datang bukan untuk menghakimi, bukan untuk menghukum, tetapi untuk menyelamatkan manusia. Sebelum wafat, Yesus menjanjikan Roh Kudus untuk menyertai muridNya, GerejaNya sampai akhir jaman, berada di antara kita semua.
Kesatuan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus itulah yang dialami dan diwartakan oleh Santo Paulus, yang sapaannya selalu kita dengar dalam perayaan Ekaristi, setelah atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, para Imam biasa berkata, semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, Cinta Kasih Allah - Paulus itu rumusan dari Paulus, Paulus tidak pernah menyebutkan Bapa selalu Cinta Kasih Allah. Bapa oleh Yesus selalu diungkapkan, tapi itu merupakan pribadi Allah pertama - Cinta Kasih Allah dalam persekutuan Roh Kudus besertamu. Paulus mengalami Allah Tritunggal dalam hidupnya. Itulah Allah Tritunggal yang satu dalam tiga pribadi: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Misteri ini sulit dipahami, tetapi dapat dialami. Kita mengawali doa dengan rumusan Tritunggal Mahakudus, dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Walaupun masa pandemi ini kita berada di rumah, berapa kali kita membuat Tanda Salib? Apa yang kita alami saat membuat Tanda Salib? Pertama-tama bukan membuat Tanda Salib, yaitu mengingatkan apa yang dilakukan Allah dalam Yesus untuk manusia, tetapi pertama-tama ketika kita membuat Tanda Salib adalah soal Trinitas, soal Allah Tritunggal, yaitu tentang siapakah Allah yang kita imani. Kita tidak mengerti betul, siapakah Allah Tritunggal, tetapi kita sungguh mengalami kedekatan denganNya. Ada daya Ilahi yang menyertaiNya, ada kasihNya yang melindungi kita, hingga kita merasa sreg, pas, aman dan nyaman saat setelah membuat Tanda Salib. Untuk memohon berkat dan perlindungan, ketika kita takut, waktu kecil atau waktu sekarang juga, ada tempat gelap, ada bunyi sesuatu, takut, langsung buat Tanda Salib: Bapa, Putra dan Roh Kudus, Amin, merasa lebih tenang ada Allah Tritunggal hadir di sana. Ketika kita sedih, ketika kita susah, ketika kita menderita, atau bahkan ketika kita sukses, berhasil, bahagia, karena terwujud, harapan terpenuhi dan doa terkabul. Itu seperti para juara, begitu menang langsung Tanda Salib, untuk menyatakan Allah yang aku imani, Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin. Saat itu sebetulnya kita mengalami kehadiran Allah Tritunggal yang sulit untuk dimengerti tetapi kasihNya sungguh kita alami. Kita berdoa kepada siapa? Kepada Allah Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Lalu kita harus berdoa kepada siapa? Kepada siapa saja, pribadi Allah pertama, Bapa, atau kedua Putra atau ketiga Roh Kudus, sama saja. Ketika kita berdoa kepada Putra, kepada Yesus, Bapa dan Roh Kudus tahu. Ketika kita memohon terang Roh Kudus, Bapa dan Putra juga tahu dan kepadaNyalah kita berdoa. Lain dengan manusia, kalau saudara menyampaikan intensi misa ke Romo Hilman, Romo Hilman tidak menyampaikan kepada Romo Eddy, tidak akan tertulis. Kalau menyampaikan kepada saya tidak ditulis maka tidak tertulis. Tetapi kepada Allah, berdoa kepada Allah siapapun, Allah Tritunggal satu, tiga pribadi. Satu Allah yang Maha Kuasa dalam tiga pribadi itu.

Saudara saudari yang terkasih,
ada … saya mengakhiri dengan ilustrasi dari Santo Agustinus yang terkenal. Kisah Santo Agustinus setelah bertobat merenungkan Allah Tritunggal, berjalan-jalan di tepi pantai, sulit mengerti apa itu Allah Tritunggal. Siapa? Ia yang luar biasa pintar, ingin memahami betul Allah Tritunggal. Ia berjalan-jalan, tiba-tiba ia melihat seorang anak sedang sibuk, lalu ia tanya,
“lagi apa, Nak?”
“Main”
Lalu dia lewat, dia lihat lagi, bolak balik anak itu,
“Nak, apa yang kaulakukan?”
Dia bilang,
“saya sedang berusaha memindahkan air laut itu, ke dalam lubang kecil, sumur kecil ini”.
Agustinus tertawa, “hahahaha”.
Lalu katanya,
“kenapa tertawa?”
“Bagaimana mungkin”, kata Agustinus, “engkau mau memindahkan air yang begitu luas ke dalam lubang sumur yang engkau buat, tidak mungkin!”
Anak kecil itu berkata,
“itulah yang Bapak lakukan, bagaimana mungkin mau memindahkan kebesaran dan kemuliaan Allah yang begitu agung ke dalam otak Bapak yang begitu kecil?”
Agustinus tersentak, berhenti lalu ia berkata, “Tuhan, ampunilah aku …”.
Anak kecil itu tiba-tiba lenyap.
Setelah kejadian itu Agustinus tidak lagi mau mencari tahu dan mau menguasai Tuhan dengan pengetahuannya, tetapi berserah diri kepada Tuhan sepenuhnya dalam hidup. Maka di hari-hari berikutnya Agustinus berkata, “kalau dia itu bisa dimengerti secara penuh, bisa masuk akal, diuraikan berdasarkan logika, secara rasional dan orang mengerti betul, dia itu bukan Allah”. Allah itu selalu ada misteri yang tidak kita ketahui. Allah itu melampaui apa yang kita tanyakan. Allah itu mengatasi pikiran kita. Maka godaan untuk mengecilkan realitas Allah adalah ketidak percayaan kita kepada Allah. Bagaikan kalau kita melihat objek yang tinggi, ada Borobudur besar, luar biasa, candi, lalu ada gantungan kunci Borobudur, ingin menggenggam. Ada menara Eiffel di Paris, besar, lalu ada gantungan kuncinya, menara Eiffel kita genggam. Itulah kecenderungan dan godaan kita, mau menguasai Allah yang begitu besar, menggenggamNya dalam tangan kecil, menguasaiNya dalam otak.
Maka saudara saudari, saat pikiran tidak mampu memahami, mari kita buka pintu iman. Allah itu besar, agung, transenden, jauh, tetapi imanen, dekat di hati, ada menyertai kita, wujudNya tidak kelihatan, efeknya kita alami.
Renungkanlah apa yang saudara alami sekarang, bagaimana kehadiran Allah ketika kita membuat Tanda Salib: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin. Lihatlah kesaksian orang-orang kudus yang mengalami kehadiran Allah tanpa sungguh memahami Allah Tritunggal itu.
Mari kita pahami sebagaimana Allah mewahyukan dan mari kita imani Ia Allah Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus, Allah yang berbelas kasih, Allah yang selalu menyertai dan mencintai kita. Ia jauh, besar, tapi dekat ada di hati kita. Amin.

No comments:

Post a Comment

5 Juli 2020 Minggu Pekan Biasa XIV

Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC Misa Hari Minggu Biasa XIV 5 Juli 2020 Gereja Santo Petrus Katedral Bandung video :  Min...