Homili Mgr Antonius Subianto Bunjamin,
OSC
Misa Hari Raya Pentakosta 31 Mei 2020
Gereja Santo Petrus Katedral Bandung
video : Hari Raya Pentakosta 31 Mei 2020
Bacaan I Kis 2:1-11
Mazmur Tanggapan Mzm 104:1ab.24ac.29bc-30.31.34
Bacaan II 1 Kor 12:3b-7.12-13
Bacaan Injil Yoh 20:19-23
Saudara saudari yang terkasih,
setiap orang menjalani berbagai
perubahan dan bisa hidup karena perubahan tersebut. Namun tidak setiap orang suka akan perubahan, apalagi
kalau sudah menikmati kenyamanan, keamanan dan ketentraman yang ia anggap
normal. Ia tidak suka perubahan walaupun menjanjikan relasi, fungsi, lokasi dan
situasi yang mungkin jauh lebih baik. Janin yang merasa nyaman dalam rahim
ibunya, tak akan pernah menjadi manusia dewasa tanpa keluar dari rahim dan
lahir ke dunia, menjalani sesuatu yang normal baru. Kita tak mungkin menikmati kemuliaan
surgawi yang kita imani tanpa melewati kematian. Kehidupan seseorang, mulai
bujangan punya kehidupan normal sendiri, kemudian berkeluarga, ada kehidupan
normal baru, mempunyai anak, kehidupan normal yang lain, mempunyai mantu, lain
lagi, mempunyai cucu, lain lagi. Itulah serangkaian new normal yang sebetulnya kita laksanakan. Keadaan normal baru yang
harus dijalani sesuai dengan situasi dan kondisi agar dapat hidup lebih baik.
Pentakosta adalah suatu new normal bagi para murid Yesus yang
biasa menjadi ‘anak bawang’ yang selalu mengikuti atau pemain cadangan yang
tampil kalau dibutuhkan, kini harus menjadi Bapa Bangsa, pemimpin gereja, atau
penjaga gawang pembela gereja yang ditandai dengan turunnya Roh Kudus. Pentakosta
diwujudkan dengan cara hidup baru sebagai gereja sehati sejiwa, berbagi
sukacita yang berpusat pada Ekaristi. Normalitas lama bisa menina bobokan para
murid kalau tidak berubah, hingga sulit matang, tak berkembang, terus menjadi
murid. Kapan menjadi guru dan gembala seperti yang diminta Yesus? Kapan menjadi
Nabi dan Imam seperti yang dipanggil Tuhan? Maka dalam amanat perpisahan Yesus
bersabda, “adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi, sebab jikalau Aku
tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku
pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
Saudara saudari yang terkasih,
ketika saya masih frater, saya diminta untuk
memimpin ibadat pembukaan retret. Dalam Ibadat pembukaan, lalu ada nyanyian
datanglah roh kudus …veni sancte spiritus,
diulang-ulang … veni sancte spiritus…
tiba-tiba di tengah ada satu orang tiba-tiba eee…eee…eee… saya lagi nyanyi,
saya berpikir, ini minta datang Roh Kudus kok mengganggu, roh kudis yang ada,
lalu saya keraskan … veni sancte spiritus
makin keras eee… ooo… eee… saya bilang, ini sekarang yang datang roh kuda. Selesai
ibadat semua keluar anak-anak itu, lalu ia tinggal sendiri, orangnya tinggi
kurus, lalu saya tanya,
“ada apa?”
“Ya, saya mengalami sesuatu yang aneh”.
“Kenapa? apa yg terjadi? kamu punya
jimat?”
Dia bilang, “ya, saya punya jimat”. Dia
sebutkan jimatnya apa
“Untuk apa?”
“Saya ingin tenang. Saya ingin tentram. Saya
terlalu banyak diejek, ‘kurus-kurus-peang- peang”, kata dia. Saya bilang,
“tidak bisa, kalau untuk mencari
ketenangan, kamu harus mengakui Tuhan. Dengan memegang iblis kamu menolak
kekuasaan Allah”
“Yaaa… tapi kalau punya jimat itu, kalau
saya diejek, maka kalau saya marah seperti ada macan dalam diri saya. Maka orang
yang saya pukul bisa mental!”
Saya bilang, “tidak!” Lalu saya
berangkat ke pastor Sukarno, saya bilang, “Pastor, ini ada anak yang pakai
jimat”.
Dia bilang, “yaa… dia harus mengaku dosa.
Dia harus mengakui kembali kekuasaan Allah baru bisa. Coba tanya anak itu, mau
mengaku dosa atau tidak”.
Saya balik lagi, saya bicara, anak itu
mau mengaku dosa. Lalu mengaku dosalah anak itu dan didoakan oleh Pastor Sukarno,
terjadi upacara pengusiran. Lalu anak itu mulai hidup tenang, tentram, ada new normal dengan hidup dikuasai oleh Roh
Kudus. Membebaskan diri dari kekuasaan gelap. Itulah suatu normalitas baru yang
dijalankan anak itu.
Saudara saudari yang terkasih,
Pentakosta adalah suatu saat dan
kesempatan rahmat dalam sejarah keselamatan yang membuat umat Allah memasuki
jaman baru, new normal, dengan ciri
dan cara baru sesuai dengan kehendak Allah. Dalam sejarahnya, Paskah Perjanjian
Lama dihayati sebagai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir oleh Musa
dan Pentakosta dihayati sebagai peristiwa bangsa Israel tiba di gurun Sinai dan
menerima sepuluh perintah Allah yang tertera pada dua loh batu yang dibawa Musa
dari gunung Sinai, yang ditandai oleh turunnya Allah dalam rupa api, seperti dikisahkan
dalam Keluaran 19:18. Sejak saat itu bangsa Israel memasuki kehidupan baru sebagai
bangsa yang hidup menurut sepuluh perintah Allah. Itulah normalitas baru yang
harus dijalankan bangsa Israel hingga menjadi umat kesayangan Yahwe.
Paskah Perjanjian Baru dihayati sebagai
penebusan, pembebasan manusia dari dosa oleh Yesus dan Pentakosta diimani
sebagai peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul dalam rupa api dengan
bunyi dan tiupan angin keras. Roh Kudus dicurahkan kepada para murid. Hukum Allah
dipatrikan tidak lagi pada dua loh batu tetapi pada loh hati manusia. Sejak itu
para rasul hidup dalam normalitas baru sebagai kelanjutan dari penciptaan baru
oleh Yesus yang menghembuskan dan mengutus mereka, “terimalah Roh Kudus, sama
seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu”. Menjadi rasul, utusan
yang hanya mengandalkan Tuhan dan membaktikan diri untuk kepentingan dan
perkembangan gereja adalah new normal
sebagai saat dan kesempatan rahmat. Suatu khairos,
orangnya sama, tetapi mindset, heartset,
handset, moral and spiritualsetnya berubah karena hukum cinta telah dipatri
Roh Kudus dalam hati, hingga mereka hidup dan berkarya dalam bahasa cinta.
Saudara saudari yang terkasih,
akhir-akhir ini setelah kita mengalami
masa lockdown yang memprihatinkan,
kita digembar gembor dengan konsep a new
normal. Ada banyak reaksi, tetapi mari kita sambut new normal itu sebagai khairos.
Dalam bahasa Yunani ada dua kata waktu, kronos
itu waktu, hari ini, besok, kemarin, waktu, waktu. Sedangkan khairos itu adalah waktu ya saat
kesempatan rahmat, yang harus segera disambut. Ketika tidak disambut, lewatlah
rahmat itu. Orang bilang itu hoki, orang siap, kita sambut, itu rahmat. Khairos, maka new normal bisa menjadi khairos
bagi kita, saat dan kesempatan rahmat untuk menjadikan hidup dan dunia kita lebih
baik dari sebelumnya. Pandemik covid19
bisa menyadarkan kita bahwa di balik kemajuan dunia yang patut kita syukuri, ternyata
ada hal-hal yang harus kita perbaiki. Kita diajak untuk menjadi lebih humanis
dan ekologis bagi kesejahteraan bersama, serta tahu diri dan tahu batas, dengan
hidup lebih rapi, bersih, sehat dan hemat, sebagai cerminan dari kehidupan yang
baik, benar, santun dan kudus, yaitu kehidupan yang penuh hikmat yang membawa
berkat dan selamat. New normal adalah
kehidupan dengan perubahan pola pikir mindset
tadi, sikap hati - heartset, cara
kerja - handset, dan semangat moral
serta penghayatan spiritual yang diperbaharui oleh Roh Kudus. Dari perspektif yang
lebih egois jadi makin altruis,
mengarahkan diri pada orang lain, dari orientasi individual menjadi makin
solider dengan sesama, dari mengandalkan kehebatan manusia menjadi berserah
diri pada kekuasaan Allah.
Mari kita sambut new normal dengan semangat Pentakosta
sebagai orang yang dicurahi oleh Roh Kudus, Roh Pembaharu dengan tujuh karuniaNya
dengan aktivitas, kolektivitas, mentalitas, moralitas dan spiritualitas yang
diperbaharui. Ingat nasihat Yesus, “tetapi anggur yang baru disimpan dalam
kantung yang baru pula. Dan dengan demikian, terpeliharalah kedua-duanya. Sebab
kalau disimpan di kantung yang lama dengan cara lama, akan koyaklah kantung dan
terbuanglah anggur itu”.
Mari kita wujudkan perubahan pola pikir,
sikap hati, cara kerja, jalan hidup kita dengan mengembangkan gagasan,
kesadaran dan gerakan humanis dan ekologis, sebagai ungkapan iman dan syukur
atas karunia Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita. Untuk hanya berbicara dan
berbuat dalam bahasa cinta. Hidup sesuai dengan buah-buah Roh Kudus: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabararan, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah
lembutan, penguasaan diri. Karunia itu sudah dicurahkan, apakah buah-buah itu
sudah ada? Kalau buah-buah itu masih kecil, mari kita tumbuhkan. Kalau
buah-buah itu sudah matang, mari kita bagikan.
Selamat Hari Raya Pentakosta.